Wednesday, June 17, 2020

Ghirahmu (2)


Bismillaah


Selain Me Time, kami pun  bisa berolahraga dengan Senam Nusantara yang diiringi lagu-lagu Nusantara. Saya sempat berpikir, jangan-jangan lagu-lagu daerah se-Nusantara diputar untuk mengiringi senam. Wah, bisa berabe, nih. Mana kuat? Alhamdulillah, di saat kaki sudah mulai letih dan lesu, musiknya berhenti. Ketahuan nih, jarang olah tubuh. Baru sebentar saja sudah loyo. ^_^


Setelah tubuh terasa lebih segar, peserta mendapat materi tentang apa itu LATANSA. Sayangnya, saya kurang bisa mendengarkan dengan jelas, karena suara sound system-nya kecil. Kemudian dilanjutkan materi tentang seputar penggunaan media sosial. Peserta diingatkan agar lebih berhati-hati dalam menge-share sebuah postingan. Dengan begitu banyaknya pesan yang bersifat hoax, sudah seharusnya apabila ingin membagikan suatu berita, kita harus tabayyun dulu, klarifikasi dulu, apakah informasi tersebut shahih atau tidak, valid atau tidak, bias dipertanggungjawabkan kebenarannya atau tidak. Kalau kita tidak bias melakukan itu, lebih baik berita tersebut berhenti di kita saja. Tidak perlu di-share.


Begitu pula saat kita mengunggah status. Berhati-hatilah. Jangan samapai pepatah mulutmu harimaumu terjadi pada kita. Apa yang kita tulis, sama seperti apa yang kita ucapkan. Bisa berbahaya, bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain. Bisa juga bermanfaat. Kalau status yang kita unggah adalah sesuatu yang bermanfaat, in syaa Allah pahalanya akan terus mengalir seiring banyaknya orang yang terinspirasi dari status tersebut. Begitu pula sebaliknya, bila status itu sesuatu yang berbahaya, atau mengandung fitnah, maka dosa orang-orang yang telah memercayainya atau ikut melakukannya, akan mengalir kepada diri kita juga. Na’udzubillahi min dzalik.


 Acara  yang tak kalah asyiknya di LATANSA, sesuai dengan namanya, LATANSA (Pelatihan Siaga Dasar Perempuan), adalah kursus kilat seputar P3K. Tahu, kan, Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan?  Pematerinya seeorang relawan tingkat kabupaten. Mungkin seperti tim SAR (Search  And Rescue), begitu. Maaf saya lupa namanya. ^_^


Dari materi itu saya jadi tahu bagaimana menangani orang yang kecelakaan baik di rumah maupun di jalan, bagaimana menolong korban kebakaran, sampai bagaimana cara memberikan bantuan pernapasan. Selain itu, ilmu lain yang saya dapat adalah, bahwa kita tidak boleh menyebarkan foto orang yang mengalami kecelakaan, karena itu termasuk pelanggaran kode etik dalam bidang medis. Nah loh, selama ini kita seringkali mendapat atau bahkan ikut menyebarkannya, ya.


Dari sekian banyak ilmu yang diberikan hari itu, ada yang sempat membuat saya resah, yaitu bahwa mereka yang sudah pernah mengikuti pelatihan semacam ini, bila menghadapi atau menemui orang yang mengalami kecelakaan dan ia tidak mau menolong, bisa terkena sanksi hokum. Ih, ngeri, kan? Sedangkan ilmu saya belum seberapa. Nanti bukannya menyelamatkan, malah memperparah korban, lagi. Selain itu saya juga tidak kuat kalau melihat darah yang berceceran dan mengalir dari luka. Bisa lemes. Jangan-jangan, saya malah pingsan. Na’udzubillah. Saya sempat merasa menyesal telah ikut mendengarkan materi tadi. Tapi materi itu juga sangat penting. Namun, alhamdulillah, ditambahkan oleh pemateri bahwa kalau tidak ada yang tahu dan tidak ada yang melaporkan bahwa kita pernah ikut pelatihan P3K, in syaa Allah tidak ada masalah. Aman-aman saja.


Penjelasan tersebut, setelah bada Dhuhur, dilanjutkan dengan praktek. Kami yang 1.500 peserta dibagi ke dalam beberapa kelompok. Selain diberi kesempatan langsung untuk memraktekkan materi yang sudah dijelaskan tentang P3K, kami juga dilatih bagaimana melakukan bela diri praktis ketika ada serangan dari orang yang berniat jahat. Saking asyiknya mendengarkan dan memraktekkan langsung, meski diguyur hujan deras, tak ada satu peserta  pun yang berniat untuk berteduh. Dengan jas hujan sekali pakai, kami bertahan dan berusaha menyimak materi. Jadi ingat masa kecil, asyiknya main hujan.


Sekitar pukul 5 sore, kami berkumpul lagi di lapangan. Sebelum acara ditutup, dipimpin oleh Santika (Barisan Putri Keadilan), peserta melakukan senam Asyik. Setelah itu, setelah sambutan penutup oleh Ibu Fatma Hanum selaku ketua BPKK, acara LATANSA pun ditutup. Kami pulang menjelang Maghrib dengan pakaian yang hampir 70% basah. Tapi, tak mengapa. Kami senang bisa ikut kegiatan ini, walaupun masih ada beberapa kekurangan dalam pelaksanaannya. Tak mengapa. Bukankah tak ada gading yang tak retak? Semoga LATANSA berikutnya akan jauh lebih baik lagi, aamiin.



LATANSA telah membangkitkan ghirah (semangat) kami yang kadang melemah saat sendiri. Ketika berjamaah, ghirah itu kembali membara.

#KenanganLATANSA2018-BupertaCibubur

No comments: