Bismillaah
Selain Me Time, kami pun bisa berolahraga dengan Senam Nusantara yang
diiringi lagu-lagu Nusantara. Saya sempat berpikir, jangan-jangan lagu-lagu
daerah se-Nusantara diputar untuk mengiringi senam. Wah, bisa berabe, nih. Mana
kuat? Alhamdulillah, di saat kaki sudah mulai letih dan lesu, musiknya berhenti.
Ketahuan
nih, jarang olah tubuh. Baru sebentar saja sudah loyo. ^_^
Setelah tubuh terasa lebih segar, peserta mendapat materi
tentang apa itu LATANSA. Sayangnya, saya kurang bisa mendengarkan dengan jelas,
karena suara sound system-nya kecil. Kemudian dilanjutkan materi tentang seputar penggunaan
media sosial. Peserta diingatkan agar lebih berhati-hati dalam menge-share
sebuah postingan. Dengan begitu banyaknya pesan yang bersifat hoax,
sudah seharusnya apabila ingin membagikan suatu berita, kita harus tabayyun
dulu, klarifikasi dulu, apakah informasi tersebut shahih atau tidak, valid atau
tidak, bias dipertanggungjawabkan kebenarannya atau tidak. Kalau kita tidak
bias melakukan itu, lebih baik berita tersebut berhenti di kita saja. Tidak perlu di-share.
Begitu pula saat kita mengunggah status.
Berhati-hatilah. Jangan samapai pepatah mulutmu harimaumu terjadi pada kita. Apa yang kita tulis, sama seperti apa yang
kita ucapkan. Bisa berbahaya, bisa membahayakan diri sendiri dan orang lain.
Bisa juga bermanfaat. Kalau status yang kita unggah adalah sesuatu yang
bermanfaat, in syaa Allah pahalanya akan terus mengalir seiring banyaknya orang
yang terinspirasi dari status tersebut. Begitu pula sebaliknya, bila status itu
sesuatu yang berbahaya, atau mengandung fitnah, maka dosa orang-orang yang
telah memercayainya atau ikut melakukannya, akan mengalir kepada diri kita
juga. Na’udzubillahi min dzalik.
Acara yang tak kalah asyiknya di LATANSA, sesuai
dengan namanya, LATANSA (Pelatihan Siaga Dasar Perempuan), adalah kursus kilat
seputar P3K. Tahu, kan, Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan? Pematerinya seeorang relawan tingkat
kabupaten. Mungkin seperti tim SAR (Search And Rescue), begitu. Maaf saya lupa namanya. ^_^
Dari materi itu saya jadi tahu bagaimana
menangani orang yang kecelakaan baik di rumah maupun di jalan, bagaimana menolong
korban kebakaran, sampai bagaimana cara memberikan bantuan pernapasan. Selain
itu, ilmu lain yang saya dapat adalah, bahwa kita tidak boleh menyebarkan foto
orang yang mengalami kecelakaan, karena itu termasuk pelanggaran kode etik
dalam bidang medis. Nah loh, selama ini kita seringkali mendapat atau bahkan
ikut menyebarkannya, ya.
Dari sekian banyak ilmu yang diberikan hari
itu, ada yang sempat membuat saya resah, yaitu bahwa mereka yang sudah pernah
mengikuti pelatihan semacam ini, bila menghadapi atau menemui orang yang
mengalami kecelakaan dan ia tidak mau menolong, bisa terkena sanksi hokum. Ih,
ngeri, kan? Sedangkan ilmu saya belum seberapa. Nanti bukannya menyelamatkan,
malah memperparah korban, lagi. Selain itu saya juga tidak kuat kalau melihat
darah yang berceceran dan mengalir dari luka. Bisa lemes. Jangan-jangan, saya
malah pingsan. Na’udzubillah. Saya sempat merasa menyesal telah ikut
mendengarkan materi tadi. Tapi materi itu juga sangat penting. Namun,
alhamdulillah, ditambahkan oleh pemateri bahwa kalau tidak ada yang tahu dan
tidak ada yang melaporkan bahwa kita pernah ikut pelatihan P3K, in syaa Allah
tidak ada masalah. Aman-aman saja.
Penjelasan tersebut, setelah bada Dhuhur,
dilanjutkan dengan praktek. Kami yang 1.500 peserta dibagi ke dalam beberapa
kelompok. Selain diberi kesempatan langsung untuk memraktekkan materi yang
sudah dijelaskan tentang P3K, kami juga dilatih bagaimana melakukan bela diri
praktis ketika ada serangan dari orang yang berniat jahat. Saking asyiknya
mendengarkan dan memraktekkan langsung, meski diguyur hujan deras, tak ada satu
peserta pun yang berniat untuk berteduh.
Dengan jas hujan sekali pakai, kami bertahan dan berusaha menyimak materi. Jadi
ingat masa kecil, asyiknya main hujan.
Sekitar pukul 5 sore, kami berkumpul lagi di lapangan. Sebelum
acara ditutup, dipimpin oleh Santika (Barisan Putri Keadilan), peserta melakukan
senam Asyik. Setelah itu, setelah sambutan penutup oleh Ibu Fatma Hanum selaku
ketua BPKK, acara LATANSA pun ditutup. Kami pulang menjelang Maghrib dengan
pakaian yang hampir 70% basah. Tapi, tak mengapa. Kami senang bisa ikut
kegiatan ini, walaupun masih ada beberapa kekurangan dalam pelaksanaannya. Tak
mengapa. Bukankah tak ada gading yang tak retak? Semoga LATANSA berikutnya akan
jauh lebih baik lagi, aamiin.
LATANSA telah membangkitkan ghirah (semangat) kami yang kadang melemah saat sendiri. Ketika berjamaah, ghirah itu kembali membara.
#KenanganLATANSA2018-BupertaCibubur
No comments:
Post a Comment