Sunday, July 23, 2017

Terlahir Kembali

Bismillah

"Udah, kita pisah! Tak ada gunanya lagi dipertahankan. Lebih baik sendiri daripada punya suami seperti kamu!" Serunya sambil pergi meninggalkan laki-laki yang masih termangu. Bingung dan kaget, hingga ia tak kuasa menahan langkah kaki perempuan itu yang semakin menjauh. Sama tak mampunya dalam mempertahankan pernikahannya yang baru seumur jagung. Kandas, akibat ulahnya sendiri yang masih saja seperti dulu. Menghabiskan malam dan uangnya di tempat penuh maksiat. Sialnya, malam ini istrinya menangkap basah kelakuannya.

***

Dengan gontai, kakinya berusaha menapaki jalan yang masih basah oleh hujan tadi sore, menuju adiknya yang masih setia di atas sepeda motor. Menungguinya.
"Gimana, Teh?" tanya adiknya penuh khawatir, melihat wajahnya yang kusut masai.
"Kita pulang," jawabnya pendek.
Sepanjang jalan, pikirannya menuntunnya kembali saat 6 bulan yang lalu. Lelaki yang memperkenalkan dirinya sebagai wartawan itu datang melamarnya. Mereka memang sudah sering berinteraksi. Dia pun tak menyangkal bahwa ada rasa suka terhadap laki-laki itu. Wajahnya yang teduh, bicaranya sopan dan lemah- lembut. Benar-benar membuatnya meleleh. Dia yang sempat trauma dengan pernikahan, setelah dua kali gagal dan tak ingin mengulang lagi, akhirnya takluk di depan laki-laki wartawan itu.

Tapi kini? Baru tiga bulan usia pernikahan mereka, suaminya sudah terlihat aslinya. Topeng yang selama ini telah menipunya, akhirnya tersibak dan menunjukkan sesuatu yang sangat pahit. Benar-benar kamuflase yang sangat canggih.

Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. Wajahnya masih saja murung. Kenyataan hidup yang dihadapinya telah sempurna mengguncang batin dan pikirannya. Di tempat kerja pun, ia lebih banyak diam. Jangankan menyanyi lagu India kesukaannya, bicara pun sangat pelit. Dina yang sekarang sungguh berbeda dengan yang dulu.

Tak tahan dengan semua derita yang ia simpan sendiri, akhirnya ia curhat kepada salah seorang teman yang sering ia jumpai di mushalla kantor. Mengalirlah drama kehidupan yang telah berlangsung hampir 10 tahun ini. Dari pernikahannya yang pertama hingga saat ini. Beban berat harus ditanggungnya, karena semua mantan suaminya pergi begitu saja dengan meninggalkan dua orang anak bersamanya.

Beruntung ia menemukan teman curhat yang tepat. Setelah cerita yang mengalir bersama derasnya air mata yang ikut menetes, lega rasa hatinya.
"Pasrahkan diri kepada Allah, Din. Semua yang terjadi adalah atas kehendak Allah. Kalau kita ikhlas, Allah akan memberikan jalan keluar yang tidak kita sangka-sangka. Banyak ber-istighfar dan bergaullah dengan orang-orang shaleh agar kita tidak salah langkah," nasihat Mba Nur, di mushalla yang mungil itu.

"Untuk ber-istighfar, aku bisa melakukannya sendiri. Kalau bergaul dengan orang-orang shaleh, gimana caranya? Aku hanya kenal dan bergaul dengan teman-teman kantor. Selain itu, tak ada lagi, karena tempat aktivitasku hanya rumah dan kantor," kata Dina sedikit bingung.

"Kamu bisa ikut kajian. Di sana, in sya Allah kamu akan bertemu dan bergaul dengan orang-orang shaleh," jawab Mba Nur dengan sabar.

Atas saran dan rekomendasi dari Mba Nur, Dina pun bergabung dengan sebuah kelompok pengajian ibu-ibu. Tempatnya cukup jauh dari rumah, tapi itu bukan menjadi penghalang, justru menjadi motivasi agar ia tetap semangat.

Sekali dua kali, hatinya mulai terasa tenang. Pikirannya mulai jernih. Sekali absen dari pengajian, hatinya terasa galau. Ternyata ia mulai menemukan oase iman yang selama ini ia rindukan. Beratnya beban kehidupan yang ia alami, sedikit demi sedikit mulai terasa ringan. Trauma yang sempat dialaminya, kini mulai hilang. Nyanyian India-nya pun mulai berganti dengan lantunan ayat-ayat Al Quran. Sungguh menentramkan.

Dina yang dulu dikenal sebagai penyanyi Bollywood dengan pakaian ala kadarnya, kini tak ada lagi. Dina yang sekarang adalah Dina yang selalu berkerudung rapi, dengan gamis yang menutupi seluruh tubuhnya kecuali wajah dan telapak tangannya. Dina yang sekarang, adalah Dina yang senang membaca Al Quran. Dina seperti terlahir kembali.