Tuesday, July 20, 2021

Pelaku Sejarah

Bismillaah


Setahun lebih pandemi Covid-19 melanda bumi. Satu per satu, orang-orang terdekat mulai terpapar. Saya yang tadinya merasa aman, meski ada was-was juga, akhirnya ikut merasakan juga. 

Berawal dari suami yang harus mengurusi Pak Kades yang ternyata positif, kami sekeluarga ikut terpapar. Saat suami dinyatakan positif, saya masih negatif. Empat hari kemudian, saya dan Mufid positif juga. Ternyata memang yang ditulari itu tidak langsung positif. Perlu waktu.


Dua hari kemudian, menyusul Nisa, Nafa, dan ibu mertua yang positif. Jadilah kami berenam sakit. Meskipun penyakitnya sama, ternyata gejala yang kami rasakan berbeda-beda.

Suami merasakan gejala yang paling berat: demam, sesak napas, pegal-pegal, batuk, pilek, dan juga pusing. Lengkap seperti pasien Covid pada umumnya. Alhamdulillaah saya hanya seperti flu, hanya ditambah lemes. Kalau Mufid seperti sakit typus. Badannya panas sekali dan merasa pegal-pegal. Setelah dua hari minum obat, alhamdulilaah langsung sehat.

Sedangkan Nafa dan Nisa merasa pusing dan demam. Setelah minum obat, alhamdulilaah demamnya langsung turun. Namun, anehnya, setelah sehari sehat, Nafa sempat demam lagi. Alhamdulillaah setelah minum obat, panasnya turun. Keesokan harinya sudah sembuh dan lincah lagi. Alhamdulillaah.


Yang paling mengkhawatirkan tentunya ibu mertua. Selain karena beliau komorbid, keadaan beliau yang stroke, agak sulit untuk mengeluarkan dahak. Alhamdulillaah dengan ikhtiar menghirup uap air panas yang direbus dengan daun sereh dan ditetesi minyak kayu putih, beliau bisa batuk. Demamnya memang agak lama turun. Tetapi karena beliau disiplin minum obat dan suami juga sangat telaten merawat, akhirnya sembuh.

Alhamdulillaah, semua ini terjadi karena kehendak Allah. Allah yang memberikan sakit, Allah jua yang menyembuhkan. 


Monday, July 5, 2021

Menanti Giliran

Bismillaah

Selasa, 15 Juni 2021, kembali seorang kerabat kembali kepada Allah, Sang Pemilik Kehidupan. Setelah hampir sepuluh hari koma, akhirnya Allah memanggilnya untuk kembali ke dalam genggaman-Nya. Innalillahi wainnailaihi rooji'uun. Sesungguhnya kita ini milik Allah dan akan kembali kepada-Nya.

Diawali saat beliau pingsan dan dibawa ke RS. Ternyata pembuluh darah di otak kecil pecah. Setelah pemeriksaan, dokter merasa angkat tangan karena yang pecah di bagian pangkal sehingga tidak bisa dioperasi. Sempat dirawat beberapa hari di ruang ICU namun tidak ada perubahan. Menurut dokter, beliau masih bisa bertahan karena bantuan alat medis. Kalau alat-alatnya dicabut, paling hanya bisa bertahan dua jam.

Akhirnya, keluarga pun pasrah dan mengikuti saran dokter untuk mencabut alat-alat tersebut. Keluarga memilih hari baik yaitu hari Jumat. Sebelum dicabut, segala sesuatunya telah dipersiapkan apabila hal yang paling buruk terjadi, kematian.

Menurut prediksi dokter, setelah dicabut semua alat medis, pasien hanya bisa bertahan selama dua jam. Paling lama. Maka, kami pun bersiap meluncur ke rumah sakit. Sehingga, tak bisa dihindari, tercipta kerumunan di sana. Sempat khawatir juga, karena sedang pandemi begini.

Ternyata dua jam sudah terlewati dan pasien masih bisa bernapas teratur. Bahkan, ketika dibacakan shalawat, kakinya masih bisa bergerak. MasyaAllah. Terbukti sudah. Bahwa kematian itu benar-benar rahasia Allah. Manusia tidak bisa memprediksi, apalagi menentukan. Allahu Akbar.

Setelah bertahan hampir empat hari, akhirnya Allah pun memanggilnya. Kembali ke haribaan-Nya.

Peristiwa itu kembali menyadarkan kita bahwa kematian itu sesuatu yang misterius. Hanya Allah saja yang mengetahuinya. Meskipun tanda-tandanya sudah kita lihat, kalau Allah belum berkehendak, tidak akan terjadi. Kita, manusia, hanya bisa mempersiapkan diri, tidak boleh sok tahu.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌ ۚ فَاِ ذَا جَآءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَئۡخِرُوْنَ سَا عَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ

"Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun."
(QS. Al-A'raf: Ayat 34)


Setiap yang bernyawa pasti akan mati. Tidak perlu sakit. Tidak perlu tua. Bila sudah saatnya, seperti yang telah Allah tentukan, maka kematian akan datang. Tinggal kita mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati. Kehidupan yang kekal abadi.