Wednesday, May 17, 2017

Dua Puluh Tujuh

Bismillaah

Angka 27 sudah akrab dengan saya sejak SMA. Mengapa? Karena nomor absen saya selalu di angka tersebut. Dan saya suka dengan nomor itu. Salah satu berkah yang saya dapatkan akibat memiliki nomor absen 27, saya pernah mendapat door prize! Waah, senang sekali, kan?

Setelah berkeluarga, ternyata angka 27 tak lepas dari hidup saya. Anak pertama saya lahir pada tanggal 27. Tanggal itu bertepatan dengan adanya suatu huru-hara yang menimpa sebuah partai politik di Jakarta. Tidak perlu disebutkan-lah, namanya. Lagi-lagi, 27 membuat saya terkesan. Masyaallah.

Berbicara mengenai angka 27, di dalam Islam pun, ia merupakan angka istimewa. Terbukti dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim:



Jadi, kalau ditanya tentang 27 keinginan atau mimpi atau cita-cita yang ingin saya wujudkan, salah satunya ya ingin selalu mendapatkan 27 derajat seperti yang tertera pada hadits tersebut. Di samping, tentu saja, bisa mendirikan salat di awal waktu. Mengapa? Karena sebagai manusia yang pandai berkilah dan bersilat lidah, saya sering terlambat salat di awal waktu. Ya, alasannya ya, biasalah, ibu-ibu. Sedang tanggung masaknya, setrika baju lah, nyuapin anak lah, dan segudang alasan lainnya. Sehingga salat di awal waktu dan dikerjakan secara berjamaah agar mendapatkan 27 derajat, merupakan jihad yang lumayan berat. Terutama buat saya.

Selain itu, bisa melaksanakan ibadah haji adalah impian besar yang sudah tertunda labih dari 8 tahun. Mimpi menjadi tamu Allah, ziarah ke makam Rasulullah shalallahu alaihi wasallam tercinta, membuat kerinduan semakin menggunung. Minum air zam-zam  dari sumbernya melalui kran-kran langsung, bukan dari botol, adalah hasrat yang terpendam. Rindu untuk diwujudkan segera.

Ah! Dua puluh tujuh asa terasa sangat banyak. Malu rasanya meminta kepada Allah sebanyak bilangan itu. Pantaskah diri? Tidak, rasanya. Namun Allah Mahakaya dan Maha Mengabulkan doa. Tak kan berkurang kekayaan-Nya, meski ribuan doa yang dipinta. Bahkan serakah dalam berdoa adalah sesuatu yang diperbolehkan. Sedangkan serakah harta itu terlarang.

Jadi
Kan kurangkai 27 mimpi
Dalam munajat sunyi
Di tengah dingin malam ini
Mengharap ridho ilahi

Berteman desir angin pohon bambu
Bersama rindu yang mendayu
Diiringi derik jangkrik nan pilu
Menyambut wujudnya asaku

1 comment:

Sabrina Lasama said...

Wahhhh...keren mbak....


Baru sadar tentang 27 derajat itu...hahab