Saturday, May 19, 2018

RCO Memang Ok!

Bismillaah

Akhirnya, RCO 3 hampir selesai. Empat level sudah kulalui dengan tertatih-tatih. Alhamdulilah tidak sampai merangkak.

Dari ketiga RCO yang kuikuti, jujur, ini yang paling berat. Juga paling banyak tugasnya. Sedihnya, tidak semua tugas bisa kuselesaikan karena beberapa faktor.

Yang membuat RCO kali ini terasa berat karena bersamaan dengan padatnya kegiatan baik di rumah maupun di tempat mengajar. Hal ini membuatku kesulitan mencari waktu untuk membaca. Kalau pun ada waktu, itu di malam hari sebelum tidur. Oleh karenanya aku sering tidur menjelang pukul 11 agar bisa membaca. Dan jumlah halaman buku yang kubaca hanya sekadar mencapai target minimal, yaitu 40 halaman. Itu pun sudah dengan mata yang berkabut. Walhasil, untuk level 4 ini, sudah 4 kali aku absen. Mengapa? Baca, sih, baca. Tapi belum jumlah halamannya tidak sesuai target. Jadinya nggak laporan, deh.

Menurutku, RCO'3 ini sudah bagus. PJ-nya juga keren, Cak Lutfi dan Sovia. Anak-anak muda yang penuh semangat dan juga profesional. Sesibuk apa pun mereka, tugasnya selalu dilaksanakan. Terima kasih, ya.

Semoga di RCO berikutnya aku masih bisa bergabung. Program ini sangat bagus dan efektif untuk memaksaku membaca. Tantangan menulisnya juga memaksaku untuk menulis. Kegiatan yang sudah sangat jarang kulakukan. Jadi malu. Ngakunya anggota ODOP, tapi nulisnya jarang-jarang. Dengan adanya tantangan menulis di RCO, aku jadi terpaksa menulis. Dan, ini adalah paksaan yang menyenangkan, bukan menakutkan.
RCO memang Ok!

Semangat RCO, semangat membaca!

#TugasRCO3Level4
#Tugas3
#OneDayOnePost

Friday, May 18, 2018

Guru Bangsa

Di atas kertas
Kau tuangkan rasa cintamu
Pada Ibu Pertiwi
Kau gelorakan semangat juang
Pasukan jihadmu
Dalam bait-bait puisimu
Ada cinta, asa, semangat, juga rindu
Akan kemerdekaan negeri tercinta

Di atas tandu
Kau susun strategi gerilyamu
Kau pimpin prajurit
Hanya dengan satu paru-parumu
Dengan kelemahan tubuhmu
Kau lecut ghirah jihad
Dengan jiwamu yang kuat nan perkasa

Di dalam majelis-majelis taklim
Kau tuntun pengikutmu
Menjadi muslim sejati
Mencintai agama juga negeri
Menjadikan jihad sebagai puncak
Penghambaan pada Ilahi Rabbi
Korbankan harta, raga, pun jiwa
Terasa ringan
Karena jannah menanti

Jenderal Soedirman ...
Namamu terukir indah di relung sejarah
Zuhudmu terpatri dalam setiap sanubari bangsamu
Tulusmu menjadi teladan
Bagi anak negeri
Ilmumu menyinari kegelapan
Cahayanya mengusir kebodohan

Engkaulah Guru Bangsa
Mengajar tanpa pamrih
Berjuang tanpa pedulikan
Paru-paru yang tinggal satu
Berkorban dengan kesahajaan
Yang melekat di badan

Tak ada nikmat duniawi yang kau impikan
Tak ada imbalan yang kau dapatkan
Kami pun
Tiada mampu membalas semua jasamu
Hanya Allah yang Mahakaya
Yang akan mengganjarmu dengan
Surga-Nya
Aamiin

#TugasRCO3Level4
#Tugas1
#OneDayOnePost

Sunday, May 13, 2018

Potret Lembaga Hukum Kita

Bismillaah

Untuk memenuhi tantangan RCO 3 level 4 ini,  saya membaca buku karya Okky Madasari versi bahasa Inggris. Buku setebal kurang lebih 248 halaman ini berkisah tentang seorang pegawai administrasi (clerk) di sebuah Pengadilan. Namanya Arimbi. Seorang gadis lugu anak sepasang petani yang telah menjadi pegawai negeri. Awalnya ia seorang yang jujur dan lugu. Dia sudah merasa puas dengan posisinya sebagai pegawai negeri. Meskipun dengan gajinya yang rendah, ia harus puas dengan tinggal di sebuah rumah kontrakan sederhana di sebuah gang kumuh di salah satu sudut kota Jakarta.

Arimbi yang tadinya seorang pegawai yang lugu dan jujur, akhirnya terkontaminasi juga oleh orang-orang di sekitarnya. Karena sebagian besar pegawai di kantor itu, termasuk bosnya, Mrs. Danti, mau menerima suap dan juga korupsi, Arimbi pun ikut terlibat juga. Awalnya ia merasa takut dan ada rasa bersalah, tapi karena hampir semua orang melakukannya, Arimbi jadi terbiasa. Bahkan ia pun aktif untuk mendapatkan tip yang mengarah kepada suap dan korupsi. Apalagi setelah ia menikah dengan Ananta yang hanya seorang karyawan swasta dengan gaji yang hanya cukup untuk dirinya sendiri, Arimbi merasa perlu mencari uangt tambahan agar bisa hidup lebih layak dan juga agar bisa menabung.

Singkat cerita, Arimbi  dan Mrs. Danti tertangkap karena terlibat korupsi. Mereka berdua masuk sel di penjara wanita. Di dalam penjara, hidup semakin sulit dan kejam. Ditambah lagi, ibunda Arimbi harus menjalani operasi ginjal. Untuk itu, ayahnya harus menjual kebun jeruk yang selama ini menjadi mata pencaharian keluarga mereka. Setelah operasi, ibunya harus kontrol ke dokter seminggu dua kali. Biaya yang dibutuhkan sangat besar. Arimbi tidak tahu bagaimana cara mendapatkan uang untuk pengobatan ibunya. Datanglah teman satu selnya, sekaligus pemimpin dalam sel tersebut, Tutik, menawarkan bantuan. Arimbi bisa mendapatkan biaya pengobatan ibunya dengan berjualan obat-obat terlarang. Obat-obat itu diperoleh dari penghuni sel lainnya yang dipenjara karena tertangkap sedang menjual barang terlarang tersebut, namanya Aling. Untuk mendistribusikan barang terlarang itu, Ananta menjadi kurir yang mengantarkan barang ke tempat pemesan yang berada di luar penjara.

Selain terlibat dalam perdagangan terlarang itu, Arimbi pun terlibat hubungan terlarang dengan Tutik. Mereka saling membutuhkan untuk memuaskan hawa nafsunya. Di sisi lain, Arimbi masih menjadi isteri Ananta. Benar-benar rusak keadaan di dalam penjara. Belum lagi tingkah laku oknum yang selalu memungut pungli dari orang-orang yang menjenguk. Di dalam penjara pun premanisme tumbuh subur. Astaghfirullah.

Bagaimana akhir cerita ini? Silakan baca selengkapnya di buku 86 karya Okky Madasari ini. Di dalamnya diungkap fakta-fakta yang miris dan menyedihkan. Gambaran kualitas penegakan hukum di Indonesia.
Di dalam lembaga pengadilan, praktik suap dan korupsi justru tumbuh subur. Padahal mereka lah harapan masyarakat, untuk bisa mendapatkan keadilan. Ternyata sama saja, praktik premanisme malah mendominasi. Di mana ada uang, di situ ada keadilan. Hanya orang-orang yang berduit saja yang bisa membeli keadilan. Yang tidak punya uang, harus rela masuk penjara meski tidak bersalah. Na'udzubillahi min dzalik. Memang hanya pengadilan Allah saja yang benar-benar adil, tidak pandang bulu, kaya atau miskin. Yang benar akan mendapatkan ganjarannya, yang salah akan mendapatkan balasannya.

Yang kurang saya sukai dari buku ini adalah, beberapa adegan vulgar yang diceritakan secara detail. Bagi saya, ini merusak selera dalam membaca. Selebihnya, buku ini sangat menarik untuk dibaca. Saya jadi tahu betapa bobroknya pengadilan di negeri ini. Saya jadi tahu betapa menyeramkannya tembok penjara itu.

Na'udzubillahi tsumma na'udzubillahi min dzalik.

#TugasRCO3Level4
#Tugas2
#OneDayOnePost

Thursday, May 3, 2018

Laskar Pelangi, dalam Buku dan Film

Bismillaah

Membaca novel Laskar Pelangi yang ditulis oleh Andrea Hirata, membuat kita termotivasi sekaligus terhibur. Tidak hanya terhibur oleh dialog maupun tingkah laku para tokohnya yang lucu, tapi juga terhibur karena di bumi Indonesia yang kita cintai ini, masih ada generasi muda yang begitu cerdas dan bersemangat. Pantang menyerah kepada kemiskinan dan keterbatasan.

Membaca halaman demi halaman buku ini, terbayang di pelupuk mata, indahnya Pulau Belitung, sekaligus kerasnya kehidupan yang dilalui oleh anak-anak dan juga sebagian besar masyarakat yang bekerja sebagai buruh PN Timah. Di sisi lain, para staf PN Timah dan keluarganya hidup bergelimang harta dan kemewahan. Sungguh sebuah pemandangan yang memilukan. Namun keterbatasan dan kemiskinan tidak menghalangi semangat belajar kesepuluh anak-anak Laskar Pelangi. Mereka tumbuh menjadi anak-anak yang cerdas dan kreatif, dan bisa mengharumkan nama sekolah Muhammadiyah yang miskin.

Cerita yang dikisahkan dalam buku ini begitu terperinci dan teliti. Namun saat kita menonton filmnya, kita akan sedikit kecewa dengan adegan yang seperti terputus, tidak saling berkaitan.

Misalnya pada adegan saat Flo hilang di hutan. Di dalam novelnya, diceritakan bagaimana perjalanan dan perjuangan masyarakat beserta anggota Laskar Pelangi dalam upaya mereka untuk menemukan anak perempuan yang tomboi itu. Pencarian itu memakan waktu berhari-hari, sehingga mereka hampir menyerah, seandainya tidak ada rasa belas kasihan dalam dada mereka.

Sedangkan dalam versi layar lebarnya, adegan pencarian itu hanya divisualisasikan dengan aksi orang-orang yang berusaha mencari dalam kegelapan dengan hanya ditemani oleh cahaya obor dan suara mereka yang meneriakkan nama Flo. Setelah itu adegan langsung berganti suasana siang, saat seorang pegawai ayah Flo mendatangi dan meminta Pak Harfan dan Bu Mus untuk menerima Flo sebagai murid mereka. Pak Harfan adalah kepala sekolah Muhammadiyah, tempat anak-anak Laskar Pelangi menimba ilmu. Sedangkan Bu Mus adalah guru favorit mereka.

Meski tidak sedetil apa yang diceritakan di dalam novel, film Laskar Pelangi, tak dapat dipungkiri, adalah salah satu film yang bagus untuk ditonton. Tidak hanya oleh anak-anak, tapi juga untuk orang tua. Permainan akting para tokohnya terkesan lugas dan alami, tidak dibuat-buat. Sebut saja Bu Mus. Bu guru muda nan cantik ini begitu luwes dalam gerak juga ucapannya. Tak heran bila Cut Mini yang memerankannya kebanjiran penghargaan sebagai pemeran utama terpuji/terbaik pada Festival Film Bandung 2009 dan Indonesian Movie Awards 2009. Begitu pula film Laskar Pelangi itu sendiri. Selain mendapat penghargaan di dalam negeri, ia juga meraih penghargaan di luar negeri pada International Festival of Films for Children and Young Adults di Hamedan, Iran.

Penghargaan-penghargaan itu tidak akan diperoleh tanpa kerja keras sutradara dan seluruh kru-nya. Namun, di balik itu semua, ada sang penulis, Andrea Hirata, yang telah begitu apik menuangkan idenya dalam rangkaian kata-kata yang penuh makna. Membuat kita tersadar, bahwa segala keterbatasan dan juga kemiskinan yang menyelimuti kehidupan seseorang, ternyata tidak selalu menjadi penghalang bagi kesuksesannya. Semua kembali kepada bagaimana kita memandangnya dan menyikapinya. Kalau kita melihatnya sebagai musibah, kegagalan yang akan kita rasakan. Namun bila kita menganggapnya sebagai tantangan, kesuksesan telah menanti di depan mata.

Semoga kisah Laskar Pelangi ini bisa memotivasi generasi muda Indonesia agar tidak mudah menyerah dan menyalahkan keadaan. Dan semoga pula bisa memberikan kesadaran baru pada pihak-pihak yang berwenang, agar lebih memerhatikan kondisi anak bangsa yang hidup dalam keterbatasan. Mereka pun berhak menghirup wanginya pendidikan dan kesejahteraan, seperti yang telah dinikmati oleh segelintir penduduk negeri ini. Bukan kemewahan yang mereka impikan. Sedikit kesempatan pun, sudah sangat mereka syukuri.

#TugasRCO3
#Tugas2Level3
#OneDayOnePost