Saturday, November 17, 2018

Review Buku "Membimbing Remaja dengan Cinta"

Bismillaah

Judul buku: Membimbing Remaja dengan Cinta, karena Remaja Hari Ini adalah Pemimpin di Masa Depan
Penulis : Irawati Istadi
Penerbit : Pro-U Media
Cetakan : I (2016)
Tebal buku: 368 hlm

Fase remaja adalah fase yang tidak mudah untuk dilalui bagi sebagian anak dan juga orang tua. Ketika masih anak-anak, seseorang lebih mudah untuk "diatur". Namun tidak demikian saat seseorang tumbuh menjadi remaja. Banyak hal yang tidak bisa dimengerti oleh orang tua dengan apa yang diinginkan dan dilakukan oleh sang remajanya. Hal ini sering menimbulkan kesalahpahaman, yang ujung-ujungnya berakhir dengan konflik antara remaja dengan orang tua.

Maka, kehadiran buku ini bisa menjadi bahan rujukan orang tua, bagaimana sih, menghadapi anak yang menginjak remaja itu?
Disajikan dengan bahasa yang ringan dan disertai contoh-contoh riil yang dihadapi oleh orang tua sehari-hari, menjadikan buku ini sangat recommended.

Setelah sukses dengan buku "Mendidik dengan Cinta", kali ini Ibu Irawati Istadi kembali berbagi pengalamannya dalam mendidik remaja melalui "Membimbing Remaja dengan Cinta, karena Remaja Hari Ini adalah Pemimpin di Masa Depan".

Buku ini ditulis dalam delapan bagian, yaitu Remaja Dulu, Remaja Sekarang; Komunikasi dan Dialog Efektif; Membangun Konsep Diri; Menciptakan Lingkungan yang Baik; Mengarahkan Dunia Seksualitas; Kecerdasan Spiritual Remaja; Menumbuhkan Passion; dan Musuh Remaja.

Membaca buku ini, seperti membaca langkah hidup kita sendiri. Begitu nyata dan tak asing lagi. Masalah yang kita hadapi sehari-hari dalam menghadapi para remaja tersaji lengkap disertai dengan langkah-langkah solusi yang bisa kita terapkan. Saya pun sudah merasakan manfaatnya. Ketika menghadapi para siswi yang sedang keranjingan K-POP, saya sempat bingung harus bagaimana. Alhamdulillah, setelah baca buku ini, saya mendapatkan solusinya, dan langsung saya aplikasikan kepada anak didik saya yang memang mulai menginjak masa remaja.

Selain tulisan tentang remaja yang gandrung, bahkan cenderung kecanduan K-Pop, buku ini juga memuat banyak masalah yang sering kita jumpai dalam dunia remaja. Tentang krisis identitas, tawuran, masalah seksual, juga bagaimana membangun berbagai potensi yang mereka miliki. Termasuk bagaimana mencerdaskan spiritual remaja. Hal ini menjadi sesuatu yang tidak mudah karena godaan dan tantangan yang dihadapi remaja sangat bervariasi. Dari teman, tayangan TV, media sosial, dan sebagainya.

Yang tak kalah pentingnya, dalam buku ini dijelaskan pula tentang bahaya musik dan tarian, serta film/sinetron. Selama ini mungkin kita berpikir bahwa musik, tarian, dan film adalah hal-hal yang bisa membuat kita terhibur dan refreshing dari peliknya masalah kehidupan. Tapi ternyata di balik keindahan semu yang kita nikmati itu ada bahaya yang mengancam akidah kita dan anak-anak kita. Terutama para remaja. Dan ini yang mungkin luput dari perhatian kita sebagai orang tua.

Sebagai orang tua, kita harus bisa berupaya untuk terus mendampingi dan membersamai remaja kita agar tidak salah arah. Buku ini bisa dijadikan panduan untuk itu.

Monday, November 5, 2018

Review buku "Aminah, the Greatest Love"

Bismillaah




AMINAH, The Greatest Love
Pahit Manis Kisah Hidup Ibunda Muhammad
(resensi)
Judul buku             : Aminah, the Greatest Love
Penulis                  : Abdul Salam Al-Asyri
Penerbit                : Pena Pundi Aksara
Tahun terbit/cetakan    : 2008/I
Tebal buku              : 282 halaman

Sayyidah Aminah, yang di Indonesia kita menyebutnya dengan Siti Aminah, adalah seorang yatim yang dibesarkan oleh pamannya, Wuhaib bin Abdi Manaf bin Zuhrah. Pamannya adalah kepala marga bani Zaharah, sebuah marga dari kabilah terhormat suku Quraisy. Ayahnya bernama Wahb bin Abdi Manaf.

Terlahir dari keluarga terhormat dengan nasab yang mulia, Aminah pun memiliki sifat-sifat yang mulia dan terpuji, selaras dengan kecantikan wajah dan penampilannya. Ia tumbuh menjadi wanita yang cantik, menyenangkan, dan menarik perhatian setiap orang. Siapa pun, baik perempuan maupun laki-laki senang memperhatikannya.

“Aminah dikenal sebagai anak yang memikat, membuat siapa pun mudah jatuh hati kepadanya. Orang-orang hampir tidak mengerti rahasia di balik pesona dan daya pikat yang dimiliki Aminah. Sebagian orang menganggapnya timbul lantaran kecantikan Aminah yang luar biasa-kecantikan yang menggabungkan sisi fisik yang elok dan segar, perawakan yang ramping, bulu mata yang lentik, kulit yang bersih, mata yang lebar, serta rambut yang panjang terurai. Sebagian yang lain menambahkan kesempurnaan fisik dengan tangannya yang kuat dan ringan dalam mengatur banyak hal, memiliki kekuatan jiwa, kelembutan rasa, ketangkasan gerak, wawasan yang luas, kecerdasan yang tinggi, serta banyak keistimewaan yang tidak dimiliki oleh orang lain.” (Hal. 4-5)

      Kecantikan dan kecerdasan Aminah menjadi buah bibir di kota Makkah. Banyak pemuda yang berharap bisa mempersuntingnya. Namun Allah menjaga kesucian dirinya, dan mempersiapkannya hanya untuk seorang pemuda yang layak baginya.

      Selain Aminah, ada seorang pemuda yang juga sedang menjadi buah bibir. Dialah Abdullah bin Abdul Muthalib. Seorang pemuda yang terkenal dengan keluhuran budi pekerti dan ketampanannya. Banyak gadis yang bermimpi ingin menjadi pasangan hidupnya. Termasuk Aminah. Tapi Aminah sangat pemalu. Dia pun hanya memendam keinginan dan impiannya di dalam hati. Tak seorang pun mengetahuinya.

      Setelah sekian lama menunggu, datanglah Abdul Muthalib meminang Aminah untuk putranya, Abdullah. Pesta pernikahan yang meriah pun dilaksanakan. Seluruh penduduk Makkah bersuka cita. Dua orang yang sangat mereka kagumi bersanding dalam mahligai cinta. Benar-benar pasangan yang serasi dan terhormat.

      Belum lama, mereka menikmati indahnya pengantin baru, Abdullah harus pergi untuk menjalankan usaha dagang ayahnya ke negeri Syam. Ia pun harus meninggalkan isteri tercintanya. Dengan berat hati, Aminah melepas kepergian sang kekasih hati.

Bagaimanakah kisah cinta dua insan yang terjaga kesuciannya ini? Silakan baca selengkapnya di buku “Aminah, The Greatest Love”. Dijamin serunya tak kalah dengan roman cinta yang banyak beredar dan bikin baper. Bedanya, ini kisah cinta nyata yang dipertemukan oleh Allah, bukan karena pacaran. 

Monday, September 24, 2018

Bijakmu


Bismillah

Nabi  bersabda:
مثل الذي يقرأ القرآن وهو حافظ له مع السفرة الكرام البررة ومثل الذي يقرأ وهو يتعاهده وهو عليه شديد فله أجران. رواه البخاري و مسلم ))
“Perumpamaan orang yang membaca Qur’an sementara dia telah menghafalkannya. Maka bersama para Malaikat yang mulia. Dan perumpamaan yang membaca dalam kondisi berusaha keras (belajar membacanya) maka dia mendapatkn dua pahala.’ (HR. Bukhori dan Muslim)


"Aku ini gurunya para penghafal Al-Qur'an, jadi tidak boleh memarahi mereka. Karena mereka adalah orang-orang yang dimuliakan Allah."

Serasa ditampar pipi ini mendengar kalimat polosnya itu. Di usiamu yang masih remaja, cara berpikirmu sudah luar biasa. Aku yang setua ini, tidak pernah terpikir seperti itu. Ketika ada siswa yang susah menghapal, kesal rasanya dada ini. Sering, tanpa sengaja, keluar nada yang agak tinggi.
Kini, setelah mendengar kalimatmu itu, aku lebih bisa menahan diri saat kesal mulai datang. Kucoba bersabar dan lebih toleran dengan berpikir, mereka adalah penghapal Al Qur'an.

Terima kasih Nak. Meski usiamu jauh lebih muda, tapi bijakmu menyadarkanku. Memang belajar itu tidak harus dari yang lebih tua, apalagi harus dari seorang guru. Belajar bisa dari siapa saja.

Jazakillahu khairan katsira Khoirunnisa Mufidah. Semoga kita bisa istiqomah dalam beribadah kepada Allah dan dalam berdakwah di jalan-Nya. Aamiin ya rabbal'aalamiin.

Kado Terindah

Bismillah

Hari ini 43 tahun yang lalu
Mata ini mulai berkenalan dengan atmosfer
Menghirup berbagai aroma
Merasa bermacam tekstur
Membersamai orang-orang tercinta nan terkasih

Hari ini berkurang lagi jatah umurku
Di bumi-Nya
Semakin dekat
Rasanya bau kematian
Semakin ngilu hati ini mengingat maut
Yang senantiasa mengintai
Semakin diri merasa kecut
Karna bekal terasa jauh dari cukup

Hari ini kudapat hadiah begitu indah
Bukan emas atau permata
Hadiah tulus dari seorang guru
Nan tawadhu
Nasihat ukhrowi yang terngiang slalu

"Untuk meraih surga-Nya, kerja keraslah pilihan terbaik
Bukan bersantai dan berleha-leha
Menunggu waktu sisa
Yang jarang ada
Untuk meraih surga-Nya
Harus meluangkan dan memberikan waktu khusus
Di sana kita bisa khusyuk dan fokus
Agar Allah berkenan memasukkan diri
Ke dalam jannah-Nya"


Jazakillahu khairan katsira Ustadzah
Tausiyahmu sungguh tepat
Mengisi relung hati
Yang mulai hampa


Ya Rabbii ...
Tolonglah hamba untuk mencintai-Mu
Mencintai orang-orang yang mencintai-Mu
Mencintai amal ibadah yang bisa
Mendekatkan diriku kepada cinta-Mu

Aamiin ya rabbal'aalamiin

Saturday, May 19, 2018

RCO Memang Ok!

Bismillaah

Akhirnya, RCO 3 hampir selesai. Empat level sudah kulalui dengan tertatih-tatih. Alhamdulilah tidak sampai merangkak.

Dari ketiga RCO yang kuikuti, jujur, ini yang paling berat. Juga paling banyak tugasnya. Sedihnya, tidak semua tugas bisa kuselesaikan karena beberapa faktor.

Yang membuat RCO kali ini terasa berat karena bersamaan dengan padatnya kegiatan baik di rumah maupun di tempat mengajar. Hal ini membuatku kesulitan mencari waktu untuk membaca. Kalau pun ada waktu, itu di malam hari sebelum tidur. Oleh karenanya aku sering tidur menjelang pukul 11 agar bisa membaca. Dan jumlah halaman buku yang kubaca hanya sekadar mencapai target minimal, yaitu 40 halaman. Itu pun sudah dengan mata yang berkabut. Walhasil, untuk level 4 ini, sudah 4 kali aku absen. Mengapa? Baca, sih, baca. Tapi belum jumlah halamannya tidak sesuai target. Jadinya nggak laporan, deh.

Menurutku, RCO'3 ini sudah bagus. PJ-nya juga keren, Cak Lutfi dan Sovia. Anak-anak muda yang penuh semangat dan juga profesional. Sesibuk apa pun mereka, tugasnya selalu dilaksanakan. Terima kasih, ya.

Semoga di RCO berikutnya aku masih bisa bergabung. Program ini sangat bagus dan efektif untuk memaksaku membaca. Tantangan menulisnya juga memaksaku untuk menulis. Kegiatan yang sudah sangat jarang kulakukan. Jadi malu. Ngakunya anggota ODOP, tapi nulisnya jarang-jarang. Dengan adanya tantangan menulis di RCO, aku jadi terpaksa menulis. Dan, ini adalah paksaan yang menyenangkan, bukan menakutkan.
RCO memang Ok!

Semangat RCO, semangat membaca!

#TugasRCO3Level4
#Tugas3
#OneDayOnePost

Friday, May 18, 2018

Guru Bangsa

Di atas kertas
Kau tuangkan rasa cintamu
Pada Ibu Pertiwi
Kau gelorakan semangat juang
Pasukan jihadmu
Dalam bait-bait puisimu
Ada cinta, asa, semangat, juga rindu
Akan kemerdekaan negeri tercinta

Di atas tandu
Kau susun strategi gerilyamu
Kau pimpin prajurit
Hanya dengan satu paru-parumu
Dengan kelemahan tubuhmu
Kau lecut ghirah jihad
Dengan jiwamu yang kuat nan perkasa

Di dalam majelis-majelis taklim
Kau tuntun pengikutmu
Menjadi muslim sejati
Mencintai agama juga negeri
Menjadikan jihad sebagai puncak
Penghambaan pada Ilahi Rabbi
Korbankan harta, raga, pun jiwa
Terasa ringan
Karena jannah menanti

Jenderal Soedirman ...
Namamu terukir indah di relung sejarah
Zuhudmu terpatri dalam setiap sanubari bangsamu
Tulusmu menjadi teladan
Bagi anak negeri
Ilmumu menyinari kegelapan
Cahayanya mengusir kebodohan

Engkaulah Guru Bangsa
Mengajar tanpa pamrih
Berjuang tanpa pedulikan
Paru-paru yang tinggal satu
Berkorban dengan kesahajaan
Yang melekat di badan

Tak ada nikmat duniawi yang kau impikan
Tak ada imbalan yang kau dapatkan
Kami pun
Tiada mampu membalas semua jasamu
Hanya Allah yang Mahakaya
Yang akan mengganjarmu dengan
Surga-Nya
Aamiin

#TugasRCO3Level4
#Tugas1
#OneDayOnePost

Sunday, May 13, 2018

Potret Lembaga Hukum Kita

Bismillaah

Untuk memenuhi tantangan RCO 3 level 4 ini,  saya membaca buku karya Okky Madasari versi bahasa Inggris. Buku setebal kurang lebih 248 halaman ini berkisah tentang seorang pegawai administrasi (clerk) di sebuah Pengadilan. Namanya Arimbi. Seorang gadis lugu anak sepasang petani yang telah menjadi pegawai negeri. Awalnya ia seorang yang jujur dan lugu. Dia sudah merasa puas dengan posisinya sebagai pegawai negeri. Meskipun dengan gajinya yang rendah, ia harus puas dengan tinggal di sebuah rumah kontrakan sederhana di sebuah gang kumuh di salah satu sudut kota Jakarta.

Arimbi yang tadinya seorang pegawai yang lugu dan jujur, akhirnya terkontaminasi juga oleh orang-orang di sekitarnya. Karena sebagian besar pegawai di kantor itu, termasuk bosnya, Mrs. Danti, mau menerima suap dan juga korupsi, Arimbi pun ikut terlibat juga. Awalnya ia merasa takut dan ada rasa bersalah, tapi karena hampir semua orang melakukannya, Arimbi jadi terbiasa. Bahkan ia pun aktif untuk mendapatkan tip yang mengarah kepada suap dan korupsi. Apalagi setelah ia menikah dengan Ananta yang hanya seorang karyawan swasta dengan gaji yang hanya cukup untuk dirinya sendiri, Arimbi merasa perlu mencari uangt tambahan agar bisa hidup lebih layak dan juga agar bisa menabung.

Singkat cerita, Arimbi  dan Mrs. Danti tertangkap karena terlibat korupsi. Mereka berdua masuk sel di penjara wanita. Di dalam penjara, hidup semakin sulit dan kejam. Ditambah lagi, ibunda Arimbi harus menjalani operasi ginjal. Untuk itu, ayahnya harus menjual kebun jeruk yang selama ini menjadi mata pencaharian keluarga mereka. Setelah operasi, ibunya harus kontrol ke dokter seminggu dua kali. Biaya yang dibutuhkan sangat besar. Arimbi tidak tahu bagaimana cara mendapatkan uang untuk pengobatan ibunya. Datanglah teman satu selnya, sekaligus pemimpin dalam sel tersebut, Tutik, menawarkan bantuan. Arimbi bisa mendapatkan biaya pengobatan ibunya dengan berjualan obat-obat terlarang. Obat-obat itu diperoleh dari penghuni sel lainnya yang dipenjara karena tertangkap sedang menjual barang terlarang tersebut, namanya Aling. Untuk mendistribusikan barang terlarang itu, Ananta menjadi kurir yang mengantarkan barang ke tempat pemesan yang berada di luar penjara.

Selain terlibat dalam perdagangan terlarang itu, Arimbi pun terlibat hubungan terlarang dengan Tutik. Mereka saling membutuhkan untuk memuaskan hawa nafsunya. Di sisi lain, Arimbi masih menjadi isteri Ananta. Benar-benar rusak keadaan di dalam penjara. Belum lagi tingkah laku oknum yang selalu memungut pungli dari orang-orang yang menjenguk. Di dalam penjara pun premanisme tumbuh subur. Astaghfirullah.

Bagaimana akhir cerita ini? Silakan baca selengkapnya di buku 86 karya Okky Madasari ini. Di dalamnya diungkap fakta-fakta yang miris dan menyedihkan. Gambaran kualitas penegakan hukum di Indonesia.
Di dalam lembaga pengadilan, praktik suap dan korupsi justru tumbuh subur. Padahal mereka lah harapan masyarakat, untuk bisa mendapatkan keadilan. Ternyata sama saja, praktik premanisme malah mendominasi. Di mana ada uang, di situ ada keadilan. Hanya orang-orang yang berduit saja yang bisa membeli keadilan. Yang tidak punya uang, harus rela masuk penjara meski tidak bersalah. Na'udzubillahi min dzalik. Memang hanya pengadilan Allah saja yang benar-benar adil, tidak pandang bulu, kaya atau miskin. Yang benar akan mendapatkan ganjarannya, yang salah akan mendapatkan balasannya.

Yang kurang saya sukai dari buku ini adalah, beberapa adegan vulgar yang diceritakan secara detail. Bagi saya, ini merusak selera dalam membaca. Selebihnya, buku ini sangat menarik untuk dibaca. Saya jadi tahu betapa bobroknya pengadilan di negeri ini. Saya jadi tahu betapa menyeramkannya tembok penjara itu.

Na'udzubillahi tsumma na'udzubillahi min dzalik.

#TugasRCO3Level4
#Tugas2
#OneDayOnePost

Thursday, May 3, 2018

Laskar Pelangi, dalam Buku dan Film

Bismillaah

Membaca novel Laskar Pelangi yang ditulis oleh Andrea Hirata, membuat kita termotivasi sekaligus terhibur. Tidak hanya terhibur oleh dialog maupun tingkah laku para tokohnya yang lucu, tapi juga terhibur karena di bumi Indonesia yang kita cintai ini, masih ada generasi muda yang begitu cerdas dan bersemangat. Pantang menyerah kepada kemiskinan dan keterbatasan.

Membaca halaman demi halaman buku ini, terbayang di pelupuk mata, indahnya Pulau Belitung, sekaligus kerasnya kehidupan yang dilalui oleh anak-anak dan juga sebagian besar masyarakat yang bekerja sebagai buruh PN Timah. Di sisi lain, para staf PN Timah dan keluarganya hidup bergelimang harta dan kemewahan. Sungguh sebuah pemandangan yang memilukan. Namun keterbatasan dan kemiskinan tidak menghalangi semangat belajar kesepuluh anak-anak Laskar Pelangi. Mereka tumbuh menjadi anak-anak yang cerdas dan kreatif, dan bisa mengharumkan nama sekolah Muhammadiyah yang miskin.

Cerita yang dikisahkan dalam buku ini begitu terperinci dan teliti. Namun saat kita menonton filmnya, kita akan sedikit kecewa dengan adegan yang seperti terputus, tidak saling berkaitan.

Misalnya pada adegan saat Flo hilang di hutan. Di dalam novelnya, diceritakan bagaimana perjalanan dan perjuangan masyarakat beserta anggota Laskar Pelangi dalam upaya mereka untuk menemukan anak perempuan yang tomboi itu. Pencarian itu memakan waktu berhari-hari, sehingga mereka hampir menyerah, seandainya tidak ada rasa belas kasihan dalam dada mereka.

Sedangkan dalam versi layar lebarnya, adegan pencarian itu hanya divisualisasikan dengan aksi orang-orang yang berusaha mencari dalam kegelapan dengan hanya ditemani oleh cahaya obor dan suara mereka yang meneriakkan nama Flo. Setelah itu adegan langsung berganti suasana siang, saat seorang pegawai ayah Flo mendatangi dan meminta Pak Harfan dan Bu Mus untuk menerima Flo sebagai murid mereka. Pak Harfan adalah kepala sekolah Muhammadiyah, tempat anak-anak Laskar Pelangi menimba ilmu. Sedangkan Bu Mus adalah guru favorit mereka.

Meski tidak sedetil apa yang diceritakan di dalam novel, film Laskar Pelangi, tak dapat dipungkiri, adalah salah satu film yang bagus untuk ditonton. Tidak hanya oleh anak-anak, tapi juga untuk orang tua. Permainan akting para tokohnya terkesan lugas dan alami, tidak dibuat-buat. Sebut saja Bu Mus. Bu guru muda nan cantik ini begitu luwes dalam gerak juga ucapannya. Tak heran bila Cut Mini yang memerankannya kebanjiran penghargaan sebagai pemeran utama terpuji/terbaik pada Festival Film Bandung 2009 dan Indonesian Movie Awards 2009. Begitu pula film Laskar Pelangi itu sendiri. Selain mendapat penghargaan di dalam negeri, ia juga meraih penghargaan di luar negeri pada International Festival of Films for Children and Young Adults di Hamedan, Iran.

Penghargaan-penghargaan itu tidak akan diperoleh tanpa kerja keras sutradara dan seluruh kru-nya. Namun, di balik itu semua, ada sang penulis, Andrea Hirata, yang telah begitu apik menuangkan idenya dalam rangkaian kata-kata yang penuh makna. Membuat kita tersadar, bahwa segala keterbatasan dan juga kemiskinan yang menyelimuti kehidupan seseorang, ternyata tidak selalu menjadi penghalang bagi kesuksesannya. Semua kembali kepada bagaimana kita memandangnya dan menyikapinya. Kalau kita melihatnya sebagai musibah, kegagalan yang akan kita rasakan. Namun bila kita menganggapnya sebagai tantangan, kesuksesan telah menanti di depan mata.

Semoga kisah Laskar Pelangi ini bisa memotivasi generasi muda Indonesia agar tidak mudah menyerah dan menyalahkan keadaan. Dan semoga pula bisa memberikan kesadaran baru pada pihak-pihak yang berwenang, agar lebih memerhatikan kondisi anak bangsa yang hidup dalam keterbatasan. Mereka pun berhak menghirup wanginya pendidikan dan kesejahteraan, seperti yang telah dinikmati oleh segelintir penduduk negeri ini. Bukan kemewahan yang mereka impikan. Sedikit kesempatan pun, sudah sangat mereka syukuri.

#TugasRCO3
#Tugas2Level3
#OneDayOnePost

Friday, April 27, 2018

Sejarah yang Tersembunyi

Bismillaah

Proklamasi kemerdekaan adalah momen sakral yang selalu diingat oleh sebuah bangsa. Begitu pun kita, bangsa Indonesia. Proklamasi kemerdekaan menjadi sesuatu yang sangat penting sehingga hampir setiap diri mengetahuinya dengan baik.  Bahkan hapal di luar kepala, teks proklamasinya, karena dari tingkat SD hingga SMA, sejarahnya selalu diulang.

Namun tidak banyak yang tahu, cerita di balik peristiwa Proklamasi 17 Agustus 1945. Meskipun di buku-buku sejarah juga diceritakan sedikit tentangnya, tetap saja ada beberapa bagian yang tidak terungkap atau sengaja tidak diungkap. Nah, setelah membaca buku "17 Fakta Mencengangkan di Balik Kemerdekaan Indonesia" yang ditulis oleh Hendri F. Isnaeni ini, kita akan mendapati beberapa informasi baru. Sesuai dengan judulnya, buku ini menceritakan kembali peristiwa-peristiwa bersejarah di balik kemerdekaan Indonesia.

Fakta pertama adalah tentang polemik, siapa yang berhak dan pantas membacakan naskah proklamasi. Selama ini, yang kita tahu, bahwa Pak Sukarno dan Bung Hatta memang merupakan pilihan rakyat yang didaulat untuk membaca teks proklamasi. Ternyata, pilihan itu sempat menjadi perdebatan di kalangan para pejuang kemerdekaan. Mereka sempat meragukan reputasi beliau berdua yang dianggap sebagai orang yang terlalu dekat dengan Jepang. Hal ini menjadi perdebatan karena kalau beliau berdua yang memproklamirkan kemerdekaan Indonesia, masyarakat internasional bisa beranggapan bahwa kemerdekaan itu hadiah dari penjajah Jepang.

Beberapa nama sempat muncul, seperti Tan Malaka dan Sjahrir. Tetapi karena beberapa alasan, salah satunya karena mereka kurang dikenal oleh masyarakat, dan lebih populer Sukarno-Hatta, maka beliau berdua lah yang terpilih.

Fakta kedua yang diungkapkan oleh buku ini adalah bahwa sebelum proklamasi resmi yang dikumandangkan oleh Sukarno-Hatta di Jakarta, sebenarnya telah diproklamirkan proklamasi kemerdekaan Indonesia di dua tempat berbeda, pada hari yang berbeda pula. Hal ini belum pernah kita ketahui dari buku-buku sejarah yang umum dipelajari di sekolah. Pada tanggal 15 Agustus 1945, diadakan pembacaan teks proklamasi di Cirebon, yang dibacakan oleh Dr. Sudarsono. Beliau adalah ayahanda Bapak Juwono Sudarsono, mantan menteri di era Orde Baru.

Proklamasi kedua dinyatakan di Rengasdengklok pada keesokan harinya. Di sana, yang membaca naskah proklamasi adalah Siegfried Hadipranoto, salah seorang penguasa daerah setempat.

Itulah di antara beberapa fakta yang selama ini tidak diketahui secara umum. Sesuai dengan judulnya, masih ada sekitar 15 fakta lainnya yang akan kita temukan di balik proses kemerdekaan bangsa kita.

Setelah membaca buku ini, wawasan dan pengetahuan kita semakin bertambah dan terbuka. Ternyata memang ada banyak sejarah bangsa yang seolah disembunyikan, tidak diceritakan secara jujur kepada kita, generasi muda yang tidak mengalami masa-masa perjuangan bangsa. Itulah gunanya kita membaca buku-buku sejarah. Dengan membaca sejarah, paling tidak kita jadi tahu dan mengerti bagaimana perjuangan dan pengorbanan nenek moyang kita dalam merebut kemerdekaan dan melepaskan diri dari cengkeraman penjajah.

Dari sejarah yang kita baca, kita bisa memetik hikmah dari peristiwa dan kejadian yang telah lalu. Hal itu berguna untuk mendidik kita agar tidak mengalami pengalaman pahit yang sama yang telah dirasakan oleh para orang tua kita. Jangan sampai kita tergelincir ke dalam lubang yang sama, itulah kira-kira peribahasanya.


#TugasRCO3
#Tugas1level3
#OneDayOnePost

Sunday, April 15, 2018

Si Cerdas Nad

Bismillaah

Nad, atau Nadezhda, adalah seekor kecoa cerdas yang ikut dalam perjalanan Bus Damri (si bus dalam kota), Beliau (sosok anak laki-laki yang memiliki banyak keajaiban), dan ikan julung-julung yang bisa terbang.

Nad ditemukan dan diselamatkan oleh rombongan itu dalam sebuah rumah di luar angkasa. Dia disekap oleh manusia, saat ia sedang hamil. Nad yang suka bergaul dan menghibur orang lain, merasa sangat tersiksa di ruang penyekapan itu. Apalagi ketika anak-anaknya lahir. Ia sangat khawatir, anak-anaknya tidak akan bisa menikmati kehidupan yang sewajarnya. Dan akan mati sia-sia.

Lalu datanglah Bus Damri dan rombongannya. Beliau pun menyelamatkannya beserta anak-anaknya dan membawa mereka bergabung dalam rombongan bus tersebut.

Karena merasa berhutang budi pada Beliau, Nad dengan senang hati mengikuti rombongan. Bahkan, ia pun tak segan untuk ikut menjaga Beliau bila ada bahaya yang mengancam. Bagi Bus Damri, Nad adalah teman yang sangat menyenangkan karena ia cerdas dan mengerti banyak hal yang tidak diketahui oleh Bus.

Namun, seiring berjalannya waktu dan semakin panjangnya jarak yang ditempuh oleh rombongan itu, kelihatannya Nad mulai merasa jenuh. Ia merindukan suasana normal, di mana ia bisa bertemu teman sebangsanya dan juga tempat-tempat yang disukainya. Kejenuhan itu membuatnya mulai banyak mempertanyakan keajaiban-keajaiban beliau. Dia mulai berpikir bahwa yang selama ini terlihat ajaib, sebenarnya hanya kebetulan saja.

Pikiran Nad ini membuat Bus Damri cemas. Ia yang sangat mencintai Beliau, tidak rela bila diremehkan dan disangsikan kekuatannya. Di sisi lain, ia pun tidak bisa menyalahkan Nad. Kecemasan itu ternyata memengaruhi gerak Bus Damri, dan juga suasana hatinya. Perasaan ini dirasakan dan didengar oleh Beliau yang juga sangat mencintai Bus. Karena tak ingin membuat Bus resah terus-menerus, akhirnya di suatu pantai yang mereka singgahi, tubuh Nad ditindihi batu oleh Beliau. Nad pun mati.

Sangat disayangkan. Nad yang cerdas dan suka menghibur orang lain, berakhir seperti itu. Seandainya saya sempat menemuinya, saya akan memberinya dua saran. Yang pertama, saya akan memintanya untuk minta maaf kepada Beliau karena telah menyangsikan kekuatan dan keajaiban yang dimilikinya. Yang kedua, saya akan mengajaknya berdiskusi mengenai masalah yang ia pikirkan. Bagaimana mungkin ia menyangsikan Beliau, sedangkan ia bisa selamat juga karena keajaiban yang Beliau miliki. Berarti Nad sudah merasakan sendiri keajaiban itu. Jadi, tidak ada alasan untuk meragukannya.

Setelah itu saya akan mengajaknya berdiskusi tentang banyak hal. Pasti sangat menyenangkan bisa berdiskusi dengan makhluk yang cerdas. Akan ada banyak hal yang bisa kita dapatkan. Sayangnya, Nad sudah tidak ada.

Dari buku: Semua Ikan di Langit (Ziggy Zesyazeoviennazabriezkie)

Monday, April 9, 2018

Candu RCO

Bismillaah

Membaca adalah salah satu kegiatan favorit saya, dari kecil hingga setua ini. (Jangan tanya berapa umur saya ya, malu.) Saat membaca, saya seperti tenggelam dalam lautan aksara yang membuat saya lupa dengan segala sesuatu yang ada di sekeliling. Bahkan pernah, ketika disuruh menunggu saudara berbelanja, saya gunakan waktu dengan membaca koran. Ya, daripada bengong, lebih baik membaca. Dapat ilmu sekaligus hiburan. Saking asyiknya membaca, saya tidak tahu bahwa ternyata saudara saya terserempet motor saat menyeberang jalan. Waduh, rasanya diri ini berlumuran dosa. Bisa-bisanya tidak tahu ada kecelakaan, padahal lokasinya dekat dengan tempat saya menunggu. Astaghfirullah.

Buat saya, meski ada sedikit dampak negatifnya, membaca tetap asyik dilakukan di mana pun dan kapan pun. Selain manfaatnya memang sangat banyak, kegiatan ini bisa membantu saya mengusir sepi.

Oleh karena itulah saya juga tidak pernah bosan untuk mengikuti program RCO  (Reading Challenge ODOP). Ini adalah yang ketiga kalinya. Nggak bosan? Tidak, malah ketagihan. Kecanduan. Saya kecanduan RCO. Sekali mencoba, ingin lagi, ingin lagi. Nggak mau berhenti.

Ikut RCO, membuat saya disiplin membaca. Selelah dan sepadat apa pun kegiatan, saya selalu menyempatkan diri untuk membaca. Kecuali bila badan dan pikiran, juga mata sudah benar-benar drop, tidak bisa diajak kompromi, saya tidak bisa mencapai target. Tetap berusaha membaca, tapi hanya sedikit dan tidak sampai 30 halaman, seperti yang ditargetkan oleh PJ RCO.

Selain melatih kedisiplinan, seperti di RCO sebelumnya, program ini bisa menambah silaturahmi, menambah teman juga wawasan. Meski saya jarang bisa mengikuti obrolan teman-teman, paling tidak saya jadi tahu nama-nama mereka. Bisa add mereka di FB. Tambah saudara, tambah rezeki. Tambah banyak koleksi e-book!

Pokoknya, ikut RCO itu seru, asyik, dan amazing. Full manfaat.
RCO memang oke! ^_^

Monday, February 12, 2018

Challenge yang Amazing




Bismillah


Bergabung dalam komunitas ODOP benar-benar merupakan berkah yang sangat saya syukuri. Di sana saya mendapat banyak ilmu dan pengalaman, juga e-book gratis! Alhamdulillah. Selain itu, program yang diadakan juga sangat bermanfaat untuk menambah wawasan dan juga kemampuan menulis.


Salah satu program yang telah dua kali saya ikuti adalah Reading Challenge ODOP  atau disingkat RCO. Di sini kita diberikan tantangan untuk diselesaikan dalam beberapa tahap/tingkat. Di tingkat 1, kita diwajibkan membaca dengan target minimal adalah 20 halaman. Jenis buku yang dibaca masih belum ditentukan, alias bebas. Namun di tingkat berikutnya, tema buku sudah mulai ditentukan. Semakin tinggi tingkatannya,  tantangannya semakin sulit, menurut saya. Oleh karena itulah, semakin banyak juga peserta yang berguguran. Selain membaca dengan tema yang sudah ditentukan, kita diharuskan pula untuk membuat kesan tentang buku yang sudah dibaca.


Ada suka dan dukanya saat mengikuti RCO ini. Tapi bagi saya banyak sukanya. Di antaranya, saya jadi suka dan mau membaca buku dengan genre selain favorit saya. Selama ini saya hanya suka novel, tema keislaman, pendidikan, dan parenting. Setelah mengikuti RCO ini, buku yang selama ini saya abaikan, jadi terbaca juga. Awalnya memang terpaksa karena menjalankan aturan yang berlaku di RCO. Lama-kelamaan jadi terbiasa dan suka karena banyak ilmu baru yang saya dapatkan. Memang membaca benar-benar menambah ilmu dan pengetahuan.


Selain jadi menyukai genre apa pun, saya juga mempunyai kebiasaan baru, yaitu meluangkan waktu membaca, setiap hari minimal 20 halaman. Sesibuk dan selelah apa pun, saya berusaha menyempatkan diri untuk membaca walaupun hanya 20 halaman. Kecuali untuk kasus tertentu, misalnya materi bacaannya agak 'berat' atau mata sudah tidak bisa diajak kompromi untuk membaca e-book, saya menargetkan minimal membaca 10 halaman. Jadi, judulnya, yang penting baca. ^_^


Keuntungan lain dari bergabung dengan RCO ini, saya jadi memiliki banyak e-book. Hal ini dikarenakan banyak teman yang suka berbagi e-book, terutama Mba PJ, yaitu Mba Sakifa. Matursuwun Mba.


Manfaat utama dengan bergabungnya saya di program ini, saya mendapatkan banyak ilmu, wawasan, dan juga pengetahuan. Ini sangat bermanfaat dalam profesi saya sebagai seorang guru dan seorang ibu. Dan yang membahagiakan, anak-anak saya juga jadi suka membaca. Karena mereka sering melihat saya membaca di saat menjelang tidur, mereka pun ikut-ikutan seperti itu. Semoga ini menjadi kebiasaan baik yang akan kami lakukan secara konsisten. Apalagi menurut buku yang pernah saya baca, salah satu kebiasaan yang dilakukan oleh orang-orang sukses adalah membaca buku sebelum tidur. Sekali lagi, membaca buku ya, bukan wa ataupun status. ^_^


Lalu, apa dukanya selama bergabung dengan RCO? Bagi saya, dukanya hanya 1. Untuk beberapa tema yang ditentukan sebagai tantangan, saya kesulitan untuk mendapatkan bukunya. Alhasil, saya harus baca e-book-nya di ponsel. Hal ini agak menyulitkan saya. Pertama, karena saya tidak ingin dilihat oleh anak-anak terlalu banyak pegang ponsel. Tujuannya supaya mereka juga bisa jauh dari ponsel. Kedua, selama jam mengajar dari pukul 07.15 - 14.00, kami, para guru dilarang menggunakan ponsel di depan siswa, kecuali darurat. Hal ini cukup menyulitkan saya. Di rumah, tidak boleh lama-lama pegang ponsel, di sekolah pun demikian. Akhirnya, saya pun harus curi-curi waktu. Jadi, harap maklum kalau jumlah halaman yang dibaca hanya sedikit. Berbeda kalau ada bukunya, saya bebas membaca kapan pun, selama tidak mengganggu pekerjaan sebagai ibu dan juga guru.


Itulah suka duka selama berada di program RCO. Amazing! RCO is amazing!


Sedikit saran untuk program RCO ke depan, menurut saya perlu diadakan tantangan semacam critical reading. Critical reading atau membaca kritis adalah

     "membaca yang bertujuan untuk mengetahui fakta-fakta yang      terdapat dalam bacaan kemudian memberikan penilaian terhadap fakta itu. (Agustina, 2008:124). Pembaca tidak hanya sekedar menyerap masalah yang ada, tetapi ia bersama penulis berpikir tentang masalah yang dibahas. Membaca kritis berarti harus membaca secara analisis dan dengan penilaian."


Akhir kata, RCO is amazing. Banyak sekali manfaatnya. Nggak rugi deh, ikut RCO. Semoga RCO yang akan datang semakin bagus dan menantang. Jazakumullah khairan katsira untuk para PJ, Mba Sakifa dan Mba Ciani.


#tantanganrco-2

Tuesday, February 6, 2018

Laksamana Cheng Ho

Bismillah

Laksamana Cheng Ho mungkin tidak seterkenal Columbus yang telah menemukan benua Amerika. Namun kegagahan dan kepiawaiannya dalam melakukan ekspedisi pelayaran ke beberapa negara tak kalah hebatnya dibandingkan para bahariwan dari Barat.

Cheng Ho yang dikenal juga dengan nama Sam Po Kong atau Sam Po Toa Lang adalah seorang laksamana (admiral) dari Tionghoa yang hidup pada masa Dinasti Ming. Mulanya, beliau hanyalah seorang kasim (pembantu pangeran). Tapi karena kesetiaan dan kepandaiannya, beliau diangkat sebagai salah seorang pejabat kerajaan yang kemudian mendapatkan tugas untuk mengadakan muhibah ke negara-negara di Asia dan Afrika.

Muhibah yang dilakukan Laksamana Cheng Ho ini dilakukan pada awal abad ke-15. Jauh sebelum para bahariwan Barat melakukannya. Meski demikian, kecanggihan dan kelengkapan ekspedisi Cheng Ho lebih baik dibandingkan mereka. Sebagai perbandingannya, bisa dilihat pada tabel di bawah ini.

Selain sarana dan prasarana yang begitu lengkap dan terstruktur rapi, yang lebih menakjubkan dari pelayaran Cheng Ho ini adalah keberhasilannya dalam mengatur awak kapalnya yang berjumlah ribuan, lebih dari 27.000, dengan agama yang berbeda-beda. Ada yang beragama Islam, Buddha, dan Tao. Cheng Ho yang merupakan seorang muslim yang shalih, ternyata sangat toleran terhadap anak buahnya yang berbeda keyakinan. Bahkan ia memberi kebebasan kepada mereka untuk menjalankan ibadah sesuai keyakinan mereka. Begitu pula saat ia singgah di negara-negara. Ia sangat menghargai dan toleran, tanpa melanggar syariat Islam.

Misi pelayaran Cheng Ho ini berbeda dengan yang dilakukan oleh para bahariwan Barat. Bila sebagian besar pelayaran yang dilakukan oleh bangsa Eropa berakhir dengan penjajahan terhadap negeri yang dikunjungi, tidak demikian dengan apa yang dilakukan oleh Cheng Ho. Bahkan, senjata yang dibawa kapal-kapal Cheng Ho sangat sedikit bila dibandingkan dengan pelayaran dari Barat. Seperti yang dikemukakan oleh Buya Hamka ini:

"Senjata alat pembunuh tidak banyak dalam kapal itu (armada Cheng), yang banyak ialah "senjata budi" yang akan dipersembahkan kepada raja-raja yang diziarahi."

Mengapa demikian?
Karena pelayaran Cheng Ho bertujuan untuk menjalin persahabatan dengan negara-negara yang dikunjungi, di samping melakukan perdagangan juga. Dalam melakukan perdagangan ini,

"Reputasi Laksamana Cheng Ho dalam bidang perdagangan yang selalu menekankan kejujuran dan saling menghormati itu sangat membekas di kalangan penduduk di negara-negara yang pernah dikunjunginya."

Selain berdagang dan menjalin persahabatan, Cheng Ho juga menyebarkan agama Islam. Dakwahnya dilakukan dengan cara damai, tanpa kekerasan. Ini membuktikan sekaligus untuk menyangkal opini yang berkembang di kalangan musuh-musuh Islam bahwa Islam selalu disebarkan dengan peperangan dan pertumpahan darah. Cheng Ho yang taat, sangat toleran dan menghargai umat beragama lain. Sehingga dalam berdakwah pun tidak pernah melakukan pemaksaan.



Itulah sekelumit kisah tentang Laksamana Cheng Ho. Seorang muslim Tionghoa yang telah berjasa besar dalam bidang pelayaran, perdagangan, dan juga penyebaran agama Islam.


#Tugas RC ODOP 2

Thursday, January 25, 2018

Pergulatan

Senyum selalu tersungging di bibirnya, menyapa teman-teman sekantornya. Itulah salah satu faktor yang membuatnya terkenal dan disukai hampir oleh semua karyawan kantor itu. Ditambah lagi suaranya yang merdu mendayu saat menyanyikan lagu-lagu Bollywood. Membuat setiap orang yang melihatnya tak hendak berpaling walau sedetik.

Kepopuleran Cantika bahkan sampai menembus dinding-dinding kantornya. Melesat hingga ke lantai paling atas gedung pencakar langit, tempat kantornya berada. Merambat hingga ke lorong-lorong kota. Ya, hampir seluruh penduduk kota ini mengenalnya seperti adik kandung. Bahkan tak sedikit yang ingin benar-benar menjadikannya adik atau isteri.

Tapi hari ini, wajah Cantika terlihat berkabut. Mendung seakan menutup cahaya matanya yang bening. Ini sungguh tak biasa.
"Hai Cantika," tegur Siska, salah seorang karibnya.
"Hai," jawab Cantika tanpa semangat.
"Lho, ada apa denganmu, Can. Kamu sakit?" tanya Siska sambil merapikan kerudungnya.
"Entahlah, aku ... aku tak tahu. Maaf, aku harus menyelesaikan pekerjaanku," jawabnya sambil berjalan menuju meja kerjanya yang terletak di sudut ruangan.
Siska hanya bisa memandangnya dengan seribu tanda tanya. Aneh, pikirnya.

Ternyata perubahan sikap Cantika berlangsung hingga hari-hari berikutnya. Bahkan hingga minggu berganti bulan. Dia semakin pendiam dan menarik diri dari pergaulan glamornya selama ini. Tak terdengar lagi suara emasnya di cafe tempat nongkrongnya bila pulang kerja seperti dulu. Teman-temannya mulai kehilangan. Sekarang, setiap habis waktu kerja, ia langsung buru-buru pulang. Tak dihiraukannya ajakan teman-temannya untuk nongkrong melepas lelah.

Tiga bulan sejak perubahan itu, hari ini teman-teman sekantornya mendapat kejutan. Kehebohan pun tak bisa dibendung lagi. Bagaimana tidak heboh, Cantika pakai jilbab! Ada angin apa, bisa-bisanya si bintang Bollywood pakai jilbab? Apa kata dunia? Terus, apakah dia akan menyanyi dan berjoget dengan kostum barunya itu?
Itulah bisik-bisik dan kasak-kusuk yang terdengar memenuhi atmosfer kantor. Terasa menyesakkan di dada Cantika. Namun kali ini dia menghadapinya dengan senyum. Ya, senyum itu kembali tersungging di bibirnya, setelah berbulan-bulan seperti ditelan gerhana. Yang membedakan, senyum itu kini milik seorang gadis anggun yang berjilbab rapi.

Setelah desas-desus dan kasak-kusuk itu menghilang, bukan berarti Cantika sudah bisa hidup tenang dengan keputusannya untuk menutup aurat. Cantika sadar betul dengan keputusannya ini tentu hidupnya pun tidak akan semulus dulu. Walaupun dulu sebelum berhijrah pun, hidupnya tidak 100% aman dan tentram. Apalagi kini, angin yang berhembus semakin kencang dan kadang menyakitkan.

Berkali-kali ia mencoba menjelaskan pada teman-teman dan juga atasannya, bahwa ia tak bisa lagi seperti dulu. Namun ajakan dan godaan untuk menanggalkan hijabnya, sungguh luar biasa. Mereka tidak hanya sekadar berkata-kata, bahkan iming-iming harta dan juga fasilitas mewah, tak luput dalam rayuan mereka.

Seperti sore itu, saat ia berkemas untuk pulang,  bosnya kembali merayunya.
"Ayolah, say, kita nyanyi lagi seperti dulu. Aku juga ingin berdansa lagi dengan kamu, Cantik. Sudah lama kan, kita tidak jalan bareng?" bujuk sang atasan sambil berusaha meraih tangan Cantika.
Reflek, Cantika berusaha menyelamatkan tangannya.

"Ma ... Maaf, Pak. Saya tidak bisa, saya harus segera pulang," jawab Cantika gugup.

"Alaaah, kan masih sore? Biasanya juga kita pulang jam 12 kan? Ayolah, aku akan naikkan jabatanmu dan juga gajimu kalau kau mau jalan denganku. Malam ini, saja," desak sang bos tak menyerah.

Mendengar rayuan itu, pertahanan Cantika mulai mengendor. Sudah lama ia memimpikan untuk bisa naik pangkat, paling tidak gaji. Meski dia terkenal dan disukai banyak orang, bukan berarti gajinya besar. Yah, berapa sih, gaji seorang tenaga administrasi yang hanya lulusan SMA?

"Mau, ya? Ini, sebagai DP nya, aku berikan cek ini. Mulai besok pagi, gajimu naik 100%! Bagaimana?" serang si bos semakin gencar melihat diamnya Cantika. Dia seperti bisa membaca pikiran gadis di depannya yang sedang bimbang.

"Mmm ... Besar sekali, Pak?" gumam Cantika melihat angka yang tertera di atas cek yang sudah ada di genggamannya.

"Itu belum seberapa. Setelah kita jalan, dan kuantar kau pulang, aku tambah lagi dengan uang cash. Atau kau mau shopping? Apa pun yang kau mau. Kau boleh pilih sesuka hatimu. Deal?" jelas si bos dengan senyum penuh kemenangan.

"Tapi, hanya malam ini saja kan, Pak?" tanya Cantika dengan hati yang masih penuh dengan pergolakan batin antara menerima atau menolak. Dirinya benar-benar seperti makan buah simalakama. Di satu sisi ia ingin konsisten dengan jalan yang baru dipilihnya, di sisi lain ia juga butuh materi. Ya Allah, tolong saya, batinnya menangis.

"Iya, sekali ini saja. Cukuplah buat kenang-kenangan. Anggap saja ini pentas terakhirmu. Ok? Ayo kita berangkat. Teman-temanmu sudah menunggu di cafe langganan kita," ajak sang bos sambil menggandeng tangan Cantika. Cantika yang masih galau tidak sadar tangannya telah digandeng dan menurut saja saat diajak masuk ke mobil si bos yang sudah parkir di depan lobi gedung.

Ya Allah, tolonglah aku. Haruskah aku menyanyi dan berdansa lagi? Rintih hati Cantika gerimis dilanda kebingungan. Apa yang harus kulakukan? Aku malu. Pantaskah gadis berjilbab menyanyi di cafe, berbaur dengan banyak lelaki yang bukan mahram? Astaghfirullah, aku harus menghentikan ini. Aku harus bisa menolak.

Ketika mobil mulai minggir dan akan masuk ke area parkir cafe, Cantika seperti orang yang baru sadar dari pingsannya. "Stop!" teriaknya histeris.
Karena kaget, kaki si bos langsung menginjak rem sehingga menimbulkan bunyi nyaring.
"Ada apa sayang? Kau baik-baik saja, kan?" tanya si bos bingung.

"Maaf Pak, saya harus pulang. Saya tidak bisa menemani Bapak. Ini ceknya saya kembalikan," ujar Cantika sambil menyerahkan cek. Segera ia keluar dari mobil sebelum berubah pikiran.

"Hei, mau ke mana kamu? Dasar gadis tak tahu diuntung!" Teriak si bos dengan murah merah padam karena marah dan malu. Ia benar-benar merasa terhina dengan sikap Cantika barusan. Seumur-umur, tak ada karyawan yang berani membantah perintahnya. Tapi Cantika tidak hanya membantah. Gadis itu telah merusak harga dirinya. Memalukan!

Sejak hari itu, Cantika tak terlihat lagi di kantornya. Teman-temannya sibuk mencari informasi tentang keberadaannya. Akhirnya Siska yang berhasil mengetahui keberadaan sang mantan bintang Bollywood itu. Kini, Cantika tinggal di sebuah pesantren tahfidz. Di sana ia membantu memasak sambil belajar menghafal Al-Qur'an. Azamnya sudah kuat, hijrah total dari masa lalunya yang jahiliah. Ia ingin menebus dosa-dosanya dengan mengabdi di pesantren.

#Tantangan RC ODOP 2

Thursday, January 11, 2018

Review "Notes from England"

Bismillah

Inspiring book! Mungkin inilah ungkapan yang paling tepat untuk buku karya Ario Muhammad dan Fissilmi Hamida ini. Membaca lembar demi lembarnya, membuat semangat untuk belajar dan menjadi lebih baik serta lebih berguna seperti bara api yang disiram bensin. Wuss! Nyala apinya langsung besar, lidahnya meliuk-liuk seperti ingin menyambar apa pun yang ada di sekitarnya.

Buku ini berisi tentang perjuangan kedua penulis dalam mendapatkan beasiswa untuk kuliah di luar negeri dan juga perjalanan hidup mereka selama belajar di bumi Ratu Elizabeth. Ada duka, ada senyum, juga tawa bahagia. Semua dikemas dalam rangkaian cerita yang mengalir. Melenakan bagi yang membacanya. Seperti membaca buku fiksi, padahal ini nyata. Masya Allah.

Untuk mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri, ternyata perlu perjuangan yang sangat berat. Juga pengorbanan.  Dalam mengajukan proposal beasiswa, dilakukan oleh penulis sampai berkali-kali. Tes seleksi yang sangat ketat dan berat, sampai harus meninggalkan putri tercinta yang masih balita, juga perlakuan para pengambil keputusan yang juga menguji mental, benar-benar suatu perjuangan. Maka, hanya mereka yang kuat dan tegar sajalah yang akan lolos. Dan, kedua penulis inilah buktinya.

Setelah lulus seleksi, bukan berarti jalan menjadi semulus jalan tol. Sekali lagi, dan lagi, perjuangan dan pengorbanan seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan dari kehidupan para penerima beasiswa ini. Hidup dan belajar di negeri orang, tanpa keluarga dan sanak saudara, tentu bukan hal yang mudah. Tekanan dan tuntutan akademik, persaingan antar mahasiswa, yang notabene mahasiswa di sana lebih kritis dan cerdas, membuat mental bisa down sewaktu-waktu.

Namun demikian, di balik kesulitan selalu ada kemudahan. Itu pula yang dirasakan oleh kedua penulis buku ini. Di saat keadaan sudah begitu kritis, Allah kirimkan teman ataupun dosen sebagai penolong. Walaupun kadang, hanya dengan mendengarkan keluhan, itu sudah sangat melegakan.

Kemudahan lainnya, sikap ramah dan peduli baik dari saudara seiman maupun dari penduduk setempat. Kalau selama ini kita beranggapan bahwa penduduk Indonesia terkenal dengan keramahtamahannya, ternyata penduduk Inggris banyak yang memiliki sifat terpuji itu. Selain ramah, mereka pun peduli dengan orang-orang di sekitarnya yang terlihat perlu bantuan. Mereka pun sangat suka bersedekah.

Hal lain yang bisa mengurangi kepenatan dan tekanan akademik adalah memandang dan menikmati keindahan alam negeri Ratu Elizabeth yang tak kalah dengan keindahan bumi pertiwi.

Selain kisah-kisah penulis selama menempuh pendidikan di Inggris, buku ini juga berisi tentang bagaimana menjaga motivasi belajar agar tetap terjaga. Ditambah lagi dengan kisah perjuangan orang-orang sukses seperti G-Dragon dan Zeni Rahmawati. Siapakah mereka? Yuk, baca bukunya. Agar kita bisa merasakan dan mendapatkan semangat mereka dalam meraih cita-cita.

Sunday, January 7, 2018

Rahasia Penulis Hebat Membangun Setting Lokasi

Bismillah

Menulis cerpen atau novel, meski itu fiksi dan hasil khayalan kita, ternyata tidak boleh asal mengarang. Semua harus dipikirkan benar-benar agar tetap logis dan diterima oleh pembaca. Hal ini berlaku juga saat penulis membuat setting. Setting terdiri dari tiga unsur, yaitu setting tempat, setting waktu, dan setting sosial ( Nurgiyantoro, 2000: 230). Buku yang ditulis oleh beberapa penulis ini berisi pengalaman dan cara-cara mereka dalam membangun setting lokasi atau tempat.

Menurut Akmal Nasery Basral, salah seorang penulis buku ini, jika tokoh adalah kepribadian sebuah cerita, maka lokasi ibarat wajah bagi cerita tersebut. Sehingga latar sebuah cerita sangat penting dan tidak bisa ditinggalkan. Memang ada, penulis yang membuat cerita tanpa menggunakan setting. Tapi itu sangat jarang, dan biasanya hanya dilakukan oleh penulis yang sudah benar-benar piawai dalam mengolah cerita.

Sedangkan menurut Ary Nilandari, setting lokasi berfungsi sebagai pasak bagi sebuah cerita agar dapat tertanam kuat dalam benak pembaca. Apalagi dalam bacaan anak-anak, setting lokasi menjadi bagian penting setelah karakter dan plot. Selain itu, setting cerita berguna untuk membangun suasana cerita (mood of the story), memengaruhi perilaku dan dialog para tokoh, serta memberikan petunjuk tentang apa yang akan terjadi.

Dengan adanya setting, cerita yang kita buat akan lebih hidup dan membuat pembaca tertarik. Sehingga tidak hanya ceritanya yang berkesan, bahkan lokasinya pun membuat pembaca penasaran dan ingin berkunjung ke sana. Seperti yang dialami oleh beberapa penulis buku ini, yang terkesan dengan setting lokasi dari cerita yang pernah mereka baca, kemudian berniat untuk mengunjunginya.

Lalu, bagaimana membangun setting lokasi itu?
Ada banyak tips yang diuraikan dalam buku ini. Masing-masing penulis memiliki caranya masing-masing. Namun secara garis besar, hampir sama, antara lain:
1. menggunakan lokasi atau tempat yang pernah ditinggali atau dikunjungi
2. melakukan riset terhadap tempat yang belum pernah dikunjungi, bisa melalui buku-buku, peta, atau mesin pencari
3. mendengarkan cerita teman atau orang yang pernah berkunjung ke tempat yang akan dijadikan setting lokasi, dan lain-lain.


Masih banyak tips yang bisa kita pelajari dari para penulis buku ini agar kita bisa membuat setting lokasi yang kuat. Semakin bagus setting sebuah cerita, maka semakin bagus pula cerita itu dan akan membedakan cerita itu dengan cerita yang lain, yang mempunyai tema sama. Tema boleh sama, tapi setting yang berbeda, akan memberikan nilai lebih pada sebuah cerita dan membuatnya lebih disukai pembaca.


#Tugasreview
#RC ODOP 2