Thursday, January 25, 2018

Pergulatan

Senyum selalu tersungging di bibirnya, menyapa teman-teman sekantornya. Itulah salah satu faktor yang membuatnya terkenal dan disukai hampir oleh semua karyawan kantor itu. Ditambah lagi suaranya yang merdu mendayu saat menyanyikan lagu-lagu Bollywood. Membuat setiap orang yang melihatnya tak hendak berpaling walau sedetik.

Kepopuleran Cantika bahkan sampai menembus dinding-dinding kantornya. Melesat hingga ke lantai paling atas gedung pencakar langit, tempat kantornya berada. Merambat hingga ke lorong-lorong kota. Ya, hampir seluruh penduduk kota ini mengenalnya seperti adik kandung. Bahkan tak sedikit yang ingin benar-benar menjadikannya adik atau isteri.

Tapi hari ini, wajah Cantika terlihat berkabut. Mendung seakan menutup cahaya matanya yang bening. Ini sungguh tak biasa.
"Hai Cantika," tegur Siska, salah seorang karibnya.
"Hai," jawab Cantika tanpa semangat.
"Lho, ada apa denganmu, Can. Kamu sakit?" tanya Siska sambil merapikan kerudungnya.
"Entahlah, aku ... aku tak tahu. Maaf, aku harus menyelesaikan pekerjaanku," jawabnya sambil berjalan menuju meja kerjanya yang terletak di sudut ruangan.
Siska hanya bisa memandangnya dengan seribu tanda tanya. Aneh, pikirnya.

Ternyata perubahan sikap Cantika berlangsung hingga hari-hari berikutnya. Bahkan hingga minggu berganti bulan. Dia semakin pendiam dan menarik diri dari pergaulan glamornya selama ini. Tak terdengar lagi suara emasnya di cafe tempat nongkrongnya bila pulang kerja seperti dulu. Teman-temannya mulai kehilangan. Sekarang, setiap habis waktu kerja, ia langsung buru-buru pulang. Tak dihiraukannya ajakan teman-temannya untuk nongkrong melepas lelah.

Tiga bulan sejak perubahan itu, hari ini teman-teman sekantornya mendapat kejutan. Kehebohan pun tak bisa dibendung lagi. Bagaimana tidak heboh, Cantika pakai jilbab! Ada angin apa, bisa-bisanya si bintang Bollywood pakai jilbab? Apa kata dunia? Terus, apakah dia akan menyanyi dan berjoget dengan kostum barunya itu?
Itulah bisik-bisik dan kasak-kusuk yang terdengar memenuhi atmosfer kantor. Terasa menyesakkan di dada Cantika. Namun kali ini dia menghadapinya dengan senyum. Ya, senyum itu kembali tersungging di bibirnya, setelah berbulan-bulan seperti ditelan gerhana. Yang membedakan, senyum itu kini milik seorang gadis anggun yang berjilbab rapi.

Setelah desas-desus dan kasak-kusuk itu menghilang, bukan berarti Cantika sudah bisa hidup tenang dengan keputusannya untuk menutup aurat. Cantika sadar betul dengan keputusannya ini tentu hidupnya pun tidak akan semulus dulu. Walaupun dulu sebelum berhijrah pun, hidupnya tidak 100% aman dan tentram. Apalagi kini, angin yang berhembus semakin kencang dan kadang menyakitkan.

Berkali-kali ia mencoba menjelaskan pada teman-teman dan juga atasannya, bahwa ia tak bisa lagi seperti dulu. Namun ajakan dan godaan untuk menanggalkan hijabnya, sungguh luar biasa. Mereka tidak hanya sekadar berkata-kata, bahkan iming-iming harta dan juga fasilitas mewah, tak luput dalam rayuan mereka.

Seperti sore itu, saat ia berkemas untuk pulang,  bosnya kembali merayunya.
"Ayolah, say, kita nyanyi lagi seperti dulu. Aku juga ingin berdansa lagi dengan kamu, Cantik. Sudah lama kan, kita tidak jalan bareng?" bujuk sang atasan sambil berusaha meraih tangan Cantika.
Reflek, Cantika berusaha menyelamatkan tangannya.

"Ma ... Maaf, Pak. Saya tidak bisa, saya harus segera pulang," jawab Cantika gugup.

"Alaaah, kan masih sore? Biasanya juga kita pulang jam 12 kan? Ayolah, aku akan naikkan jabatanmu dan juga gajimu kalau kau mau jalan denganku. Malam ini, saja," desak sang bos tak menyerah.

Mendengar rayuan itu, pertahanan Cantika mulai mengendor. Sudah lama ia memimpikan untuk bisa naik pangkat, paling tidak gaji. Meski dia terkenal dan disukai banyak orang, bukan berarti gajinya besar. Yah, berapa sih, gaji seorang tenaga administrasi yang hanya lulusan SMA?

"Mau, ya? Ini, sebagai DP nya, aku berikan cek ini. Mulai besok pagi, gajimu naik 100%! Bagaimana?" serang si bos semakin gencar melihat diamnya Cantika. Dia seperti bisa membaca pikiran gadis di depannya yang sedang bimbang.

"Mmm ... Besar sekali, Pak?" gumam Cantika melihat angka yang tertera di atas cek yang sudah ada di genggamannya.

"Itu belum seberapa. Setelah kita jalan, dan kuantar kau pulang, aku tambah lagi dengan uang cash. Atau kau mau shopping? Apa pun yang kau mau. Kau boleh pilih sesuka hatimu. Deal?" jelas si bos dengan senyum penuh kemenangan.

"Tapi, hanya malam ini saja kan, Pak?" tanya Cantika dengan hati yang masih penuh dengan pergolakan batin antara menerima atau menolak. Dirinya benar-benar seperti makan buah simalakama. Di satu sisi ia ingin konsisten dengan jalan yang baru dipilihnya, di sisi lain ia juga butuh materi. Ya Allah, tolong saya, batinnya menangis.

"Iya, sekali ini saja. Cukuplah buat kenang-kenangan. Anggap saja ini pentas terakhirmu. Ok? Ayo kita berangkat. Teman-temanmu sudah menunggu di cafe langganan kita," ajak sang bos sambil menggandeng tangan Cantika. Cantika yang masih galau tidak sadar tangannya telah digandeng dan menurut saja saat diajak masuk ke mobil si bos yang sudah parkir di depan lobi gedung.

Ya Allah, tolonglah aku. Haruskah aku menyanyi dan berdansa lagi? Rintih hati Cantika gerimis dilanda kebingungan. Apa yang harus kulakukan? Aku malu. Pantaskah gadis berjilbab menyanyi di cafe, berbaur dengan banyak lelaki yang bukan mahram? Astaghfirullah, aku harus menghentikan ini. Aku harus bisa menolak.

Ketika mobil mulai minggir dan akan masuk ke area parkir cafe, Cantika seperti orang yang baru sadar dari pingsannya. "Stop!" teriaknya histeris.
Karena kaget, kaki si bos langsung menginjak rem sehingga menimbulkan bunyi nyaring.
"Ada apa sayang? Kau baik-baik saja, kan?" tanya si bos bingung.

"Maaf Pak, saya harus pulang. Saya tidak bisa menemani Bapak. Ini ceknya saya kembalikan," ujar Cantika sambil menyerahkan cek. Segera ia keluar dari mobil sebelum berubah pikiran.

"Hei, mau ke mana kamu? Dasar gadis tak tahu diuntung!" Teriak si bos dengan murah merah padam karena marah dan malu. Ia benar-benar merasa terhina dengan sikap Cantika barusan. Seumur-umur, tak ada karyawan yang berani membantah perintahnya. Tapi Cantika tidak hanya membantah. Gadis itu telah merusak harga dirinya. Memalukan!

Sejak hari itu, Cantika tak terlihat lagi di kantornya. Teman-temannya sibuk mencari informasi tentang keberadaannya. Akhirnya Siska yang berhasil mengetahui keberadaan sang mantan bintang Bollywood itu. Kini, Cantika tinggal di sebuah pesantren tahfidz. Di sana ia membantu memasak sambil belajar menghafal Al-Qur'an. Azamnya sudah kuat, hijrah total dari masa lalunya yang jahiliah. Ia ingin menebus dosa-dosanya dengan mengabdi di pesantren.

#Tantangan RC ODOP 2

Thursday, January 11, 2018

Review "Notes from England"

Bismillah

Inspiring book! Mungkin inilah ungkapan yang paling tepat untuk buku karya Ario Muhammad dan Fissilmi Hamida ini. Membaca lembar demi lembarnya, membuat semangat untuk belajar dan menjadi lebih baik serta lebih berguna seperti bara api yang disiram bensin. Wuss! Nyala apinya langsung besar, lidahnya meliuk-liuk seperti ingin menyambar apa pun yang ada di sekitarnya.

Buku ini berisi tentang perjuangan kedua penulis dalam mendapatkan beasiswa untuk kuliah di luar negeri dan juga perjalanan hidup mereka selama belajar di bumi Ratu Elizabeth. Ada duka, ada senyum, juga tawa bahagia. Semua dikemas dalam rangkaian cerita yang mengalir. Melenakan bagi yang membacanya. Seperti membaca buku fiksi, padahal ini nyata. Masya Allah.

Untuk mendapatkan beasiswa kuliah di luar negeri, ternyata perlu perjuangan yang sangat berat. Juga pengorbanan.  Dalam mengajukan proposal beasiswa, dilakukan oleh penulis sampai berkali-kali. Tes seleksi yang sangat ketat dan berat, sampai harus meninggalkan putri tercinta yang masih balita, juga perlakuan para pengambil keputusan yang juga menguji mental, benar-benar suatu perjuangan. Maka, hanya mereka yang kuat dan tegar sajalah yang akan lolos. Dan, kedua penulis inilah buktinya.

Setelah lulus seleksi, bukan berarti jalan menjadi semulus jalan tol. Sekali lagi, dan lagi, perjuangan dan pengorbanan seperti dua sisi mata uang yang tak terpisahkan dari kehidupan para penerima beasiswa ini. Hidup dan belajar di negeri orang, tanpa keluarga dan sanak saudara, tentu bukan hal yang mudah. Tekanan dan tuntutan akademik, persaingan antar mahasiswa, yang notabene mahasiswa di sana lebih kritis dan cerdas, membuat mental bisa down sewaktu-waktu.

Namun demikian, di balik kesulitan selalu ada kemudahan. Itu pula yang dirasakan oleh kedua penulis buku ini. Di saat keadaan sudah begitu kritis, Allah kirimkan teman ataupun dosen sebagai penolong. Walaupun kadang, hanya dengan mendengarkan keluhan, itu sudah sangat melegakan.

Kemudahan lainnya, sikap ramah dan peduli baik dari saudara seiman maupun dari penduduk setempat. Kalau selama ini kita beranggapan bahwa penduduk Indonesia terkenal dengan keramahtamahannya, ternyata penduduk Inggris banyak yang memiliki sifat terpuji itu. Selain ramah, mereka pun peduli dengan orang-orang di sekitarnya yang terlihat perlu bantuan. Mereka pun sangat suka bersedekah.

Hal lain yang bisa mengurangi kepenatan dan tekanan akademik adalah memandang dan menikmati keindahan alam negeri Ratu Elizabeth yang tak kalah dengan keindahan bumi pertiwi.

Selain kisah-kisah penulis selama menempuh pendidikan di Inggris, buku ini juga berisi tentang bagaimana menjaga motivasi belajar agar tetap terjaga. Ditambah lagi dengan kisah perjuangan orang-orang sukses seperti G-Dragon dan Zeni Rahmawati. Siapakah mereka? Yuk, baca bukunya. Agar kita bisa merasakan dan mendapatkan semangat mereka dalam meraih cita-cita.

Sunday, January 7, 2018

Rahasia Penulis Hebat Membangun Setting Lokasi

Bismillah

Menulis cerpen atau novel, meski itu fiksi dan hasil khayalan kita, ternyata tidak boleh asal mengarang. Semua harus dipikirkan benar-benar agar tetap logis dan diterima oleh pembaca. Hal ini berlaku juga saat penulis membuat setting. Setting terdiri dari tiga unsur, yaitu setting tempat, setting waktu, dan setting sosial ( Nurgiyantoro, 2000: 230). Buku yang ditulis oleh beberapa penulis ini berisi pengalaman dan cara-cara mereka dalam membangun setting lokasi atau tempat.

Menurut Akmal Nasery Basral, salah seorang penulis buku ini, jika tokoh adalah kepribadian sebuah cerita, maka lokasi ibarat wajah bagi cerita tersebut. Sehingga latar sebuah cerita sangat penting dan tidak bisa ditinggalkan. Memang ada, penulis yang membuat cerita tanpa menggunakan setting. Tapi itu sangat jarang, dan biasanya hanya dilakukan oleh penulis yang sudah benar-benar piawai dalam mengolah cerita.

Sedangkan menurut Ary Nilandari, setting lokasi berfungsi sebagai pasak bagi sebuah cerita agar dapat tertanam kuat dalam benak pembaca. Apalagi dalam bacaan anak-anak, setting lokasi menjadi bagian penting setelah karakter dan plot. Selain itu, setting cerita berguna untuk membangun suasana cerita (mood of the story), memengaruhi perilaku dan dialog para tokoh, serta memberikan petunjuk tentang apa yang akan terjadi.

Dengan adanya setting, cerita yang kita buat akan lebih hidup dan membuat pembaca tertarik. Sehingga tidak hanya ceritanya yang berkesan, bahkan lokasinya pun membuat pembaca penasaran dan ingin berkunjung ke sana. Seperti yang dialami oleh beberapa penulis buku ini, yang terkesan dengan setting lokasi dari cerita yang pernah mereka baca, kemudian berniat untuk mengunjunginya.

Lalu, bagaimana membangun setting lokasi itu?
Ada banyak tips yang diuraikan dalam buku ini. Masing-masing penulis memiliki caranya masing-masing. Namun secara garis besar, hampir sama, antara lain:
1. menggunakan lokasi atau tempat yang pernah ditinggali atau dikunjungi
2. melakukan riset terhadap tempat yang belum pernah dikunjungi, bisa melalui buku-buku, peta, atau mesin pencari
3. mendengarkan cerita teman atau orang yang pernah berkunjung ke tempat yang akan dijadikan setting lokasi, dan lain-lain.


Masih banyak tips yang bisa kita pelajari dari para penulis buku ini agar kita bisa membuat setting lokasi yang kuat. Semakin bagus setting sebuah cerita, maka semakin bagus pula cerita itu dan akan membedakan cerita itu dengan cerita yang lain, yang mempunyai tema sama. Tema boleh sama, tapi setting yang berbeda, akan memberikan nilai lebih pada sebuah cerita dan membuatnya lebih disukai pembaca.


#Tugasreview
#RC ODOP 2