Friday, December 23, 2016

Number One for Me


https://afifahnoorkhairani.wordpress.com





Bismillah
"Eh, udah sore nih. Aku pulang dulu ya, nanti dicari Ibu," teriakku pada teman-teman yang masih asyik bermain lumpur di sawah.
"Yah, kamu takut amat sama ibu! Dasar anak mami!" balas Andi meledek.
Aku tetap melangkah pulang, tidak menggubris kata-katanya. Kalimat itu sudah sangat sering kudengar dan aku tak pernah ambil pusing. Aku memang anak mami, yang selalu ingat pulang bukan karena takut dimarahi ibu, tapi karena aku tidak ingin membuatnya cemas menunggu.
Seperti sore ini. Aku harus segera pulang sebelum ibu pusing mencariku keliling kampung. Dengan tangan yang masih penuh lumpur, kubuka pagar bambu depan rumah. Cucian sprei yang dijemur di halaman masih penuh belum sempat diangkat. Kemana ibu? Ah, itu beliau sedang berjalan menuju halaman. Aku ngumpet, ah!
"Ibu, cari aku!" teriakku sambil bersembunyi di balik kibaran sprei yang mulai kering. Aku berjalan mengendap-endap dari satu sprei ke sprei yang lain. Tanpa kusadari, lumpur yang semula menempel di tanganku sekarang berpindah ke sprei-sprei putih nan wangi itu. Dan, sekarang tidak putih lagi karena sudah terkena lumpur.
Saat aku tertegun dengan hasil pekerjaanku, takut dimarahi ibu, tiba-tiba beliau sudah berada di belakang dan memelukku lembut sambil berseru, "Zain tertangkap!"
Aku berbalik dan langsung memeluknya sambil berbisik menahan tangis yang hampir meledak. "Ibu, maafkan Zain sudah mengotori spreinya."
"Oh ... Tidak apa Zain, nanti kita cuci lagi," jawab beliau tanpa nada marah sedikit pun.
Itulah ibuku yang sangat kucintai. Beliau tak pernah marah betapa pun nakalnya aku. Beliau tak pernah marah betapa pun kacaunya rumah karena ulahku. Beliau tak pernah marah meski benda-benda kesayangannya rusak karena keteledoran dan keisenganku. Jadi, aku tidak pernah merasa keberatan ketika teman-teman meledekku sebagai anak mami. Aku bangga menjadi anak mami. Karena mamiku, ibuku, adalah ibu yang hebat. Beliau membiarkanku berekspresi dan bereksplorasi sehingga otakku berkembang dan semakin cerdas. Beliau mengguyurku dengan air cinta setiap hari hingga aku tumbuh percaya diri dan punya prinsip.
Kini, aku telah dewasa. Kuingin bahagiakan ibu dengan prestasiku. Karena ibu, aku bisa menjalani kehidupan ini dengan tetap di jalur yang semestinya. Aku bisa istiqomah di tengah banyak godaan yang tak henti menyapa. Karena doa ibu, kini aku bisa kembali pulang dengan bangga. Tak mungkin kuraih semua nikmat hidup ini tanpa jerih payah dan doa ibu yang selalu dilantunkannya saat selesai salat.
Maka setinggi apa pun aku terbang, sejauh apa pun aku berjalan, sesukses apa pun karirku, ibuku adalah tempat kembalinya yang pertama. Tak kan kubiarkan ibu kesepian dalam kesendirian dan kesunyian karena semua anaknya merantau. Ibu, aku pulang untuk kembali membersamaimu.
Mom, you are number one for me.
#onedayonepost
Diambil dari video clip Maher Zain "Number One for Me"

Wednesday, December 14, 2016

Refreshing








Sumber: http://allimageclub.com


Bismillaah
Hari ini sekolah tempat saya mengajar, mengadakan acara refreshing untuk guru dan semua karyawan. Dari OB sampai admin, semua ikut. Kecuali yang sedang ada uzur. Acara ini adalah yang pertama kali dilaksanakan. Selama ini, sekolah memang sudah mengadakan family gathering setiap dua tahun sekali. Namun pesertanya tidak hanya guru dan karyawan, tapi juga keluarga mereka dan para pengurus yayasan. Jadi, baru kali ini acara yang dikhususkan untuk guru dan karyawan saja.
Acara refreshing ini diselenggarakan dengan tujuan untuk mempererat ukhuwah islamiah dan juga untuk membangun kerjasama yang baik antar guru dan karyawan. Jadi, harapannya, setelah acara ini, kami semakin kompak dan akrab. Sehingga tugas-tugas kami bisa terlaksana dengan baik dan sukses.
Kegiatan pertama yang kami lakukan adalah pembukaan yang dilaksanakan di restoran Jatirasa. Oya, di lokasi ini juga ada kolam renang, tempat futsal, dan arena lomba kicau burung. Kebetulan, hari ini bersamaan dengan adanya lomba itu. Jadi ya, ramailah.
Acara dibuka oleh kepala sekolah SD, dilanjutkan dengan acara motivasi. Untuk acara kedua ini, guru laki-laki menempati posisi di saung yang ada di sekitar resto. Sedangkan guru perempuan tetap di resto.
Saya mendapat tugas untuk menjadi pembicara dalam acara motivasi ini. Kemarin, waktu diminta oleh pj. Acara, saya sudah merasa keberatan. Bagaimana mungkin saya bicara di depan teman-teman guru, dan memberikan motivasi pada mereka? Kalau di depan siswa sih, masih okelah, meskipun deg-degan juga. Lha ini? Tapi tugas tetap tugas. Meski saya merasa tidak sanggup, ternyata tidak ada pilihan lain. So, maju terus pantang mundur.
Jadilah saya di sini, di depan ibu-ibu guru yang sudah senior, beberapa sudah mendapatkan sertifikasi, yang lebih pandai dan lebih banyak ilmu agamanya. Pokoknya, lebih baik daripada saya. Saking groginya, saya sampai gemetaran dan sakit perut. Keringat dingin pun mulai keluar.
Bismillaah, akhirnya saya sampaikan juga apa yang telah ditugaskan kepada saya. Walaupun dengan terbata-bata di awalnya, dan salah-salah ucap di tengah dan di akhirnya, alhamdulillah saya tuntaskan juga pekerjaan yang berat ini. Ploooong ... rasanya. Ajaib, badan saya tidak gemetaran lagi, perut pun sudah tidak sakit, dan badan terasa hangat. Alhamdulillah.
Kegiatan berikutnya adalah games. Ada dua games yang kami mainkan, dan semuanya dilakukan berkelompok. Satu kelompok terdiri dari lima orang. Permainan pertama adalah meletakkan bola ke dalam nampan yang sudah disediakan. Anggota kelompok berbaris dengan menutup mata, kecuali orang yang berada di barisan paling belakang, karena dia bertugas sebagai navigator. Game ini sangat seru, karena ternyata tidak mudah mengarahkan teman-teman yang matanya tertutup ini.
Game kedua, kita sebut pipa bocor. Masing-masing kelompok diberi sebuah pipa paralon yang bagian bawahnya tertutup, namun pada sisinya terdapat beberapa lubang. Tugas masing-masing kelompok mengisi pipa itu dengan air, sampai bola yang ada di dalam pipa itu jatuh keluar. Di sini diperlukan kekompakan dalam menjaga pipa agar jangan sampai bocor, dan mengisi pipa hingga bolanya keluar. Cukup melelahkan bagi anggota kelompok yang bertugas mengisi pipa.
Berikutnya adalah main bebas. Kami mengisi sesi ini dengan berenang. Bukan berenang, sebenarnya. Karena sebagian besar hanya bermain air di kolam renang sambil welfie. Yah ... kapan lagi, kita bisa bercanda ria? Padahal raport belum tuntas dikerjakan. Hihi ... padahal hari Sabtu dibagikan.
Alhamdulillah, selesai sudah semua kegiatan. Karena sudah waktu Dzuhur, maka semua bersiap untuk shalat. Dilanjutkan dengan makan siang berkelompok, dengan lauk sayur asem, ayam goreng, dan gurame bakar. Hmmm ... yummy.
Kegiatan ini ditutup dengan tausiyah dari Bapak Direktur Pendidikan, tentang persaudaraan dalam Islam. Semoga kita menjadi sahabat di dunia, juga sahabat di surga, aamiin.

Friday, November 25, 2016

Mengenali dan Mengatasi Kecanduan Anak pada Pornografi dan Games

Bismillaah


Pornografi benar-benar sudah menjadi momok dan musuh kita semua.
Dia tidak hanya menyerang mereka yang tinggal di kota dan berlimpah harta, namun juga menyerang mereka yang tinggal di desa, bahkan pelosok, dan tidak berkecukupan.
Dia tidak hanya mengintimidasi dan memenjara orang dewasa, tapi juga remaja, bahkan anak-anak.
Apa yang bisa kita perbuat?
Amunisi apa yang sudah kita siapkan untuk menangkal dan membalas serangannya?
Benteng apa yang sudah kita bangun untuk melindungi anak-anak dan remaja kita, juga diri dan pasangan kita? (bagi yang sudah berumah tangga)
Strategi apa yang akan kita gunakan?


Sebagai orang tua, apalagi seorang ibu, kita, terutama saya, sangat takut dan bingung mengahadapi ancaman pornografi ini. Membaca berita-beritanya saja sudah membuat merinding dan susah tidur. Jangan sampai terjadi pada diri dan keluarga saya, na’udzubillahi min dzalik. Oleh karena itu, saya harus melakukan sesuatu, mempersiapkan diri, membekali diri dengan ilmu dan pengetahuan tentang pornografi itu sendiri.


Setelah berkesempatan belajar dari Ibu Elly Risman (silakan baca di sini), alhamdulillah saya mendapat kesempatan untuk menimba ilmu pada Bapak Hilman Al Madani, salah satu staf Ibu Elly. Dengan Bapak Hilman ini, ilmu yang saya peroleh lebih mendalam dan lebih ke arah praktik bagaimana dan apa yang seharusnya dilakukan.


Menurut Pak Hilman, ada 4 hal pokok yang harus dilakukan dalam rangka mencegah atau mengatasi kecanduan pornografi ini, yaitu:
1.     1.  membangun kedekatan;
2.      2. mengedukasi;
3.      3. membuat kesepakatan (aturan);
4.      4. melakukan penanganan.


Untuk mencegah dan mengatasi kecanduan pornografi, hal pertama yang kita lakukan adalah membangun kedekatan dengan anak atau siswa kita. Hal ini sangat penting, agar anak atau siswa mempercayai kita. Menurut Mark B. Kastleman dalam bukunya “TheDrug of The New Millennium”, mereka yang kecanduan pornografi adalah orang-orang yang tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan orang-orang yang dicintainya. Tidak ada kedekatan. Sehingga mereka merasa kesepian dan seperti terputus dari dunia nyata dan lingkungan sosialnya.



Jadi, kita harus membangun kedekatan dulu sebelum mengedukasi. Bagaimana cara membangun kedekatan dengan anak?
Cara-caranya adalah:
1.      1. bangun ikatan hati, fokus pada jiwanya;
2.      2. perbaiki komunikasi;
3.      3. terima dan tangkap perasaannya dengan cara mendengar aktif;
4.      4. hindari memotong pembicaraan;
5.      5. hindari 12 gaya populer (ada di materi sebelumnya);
6.      6. gunakan klaimat positif, karena akan memicu oxytocin (zat kimia otak yang menyenangkan, yang bekerja sebagai obat penenang alami, menurunkan tekanan darah, menumpulkan kepekaan terhadap rasa sakit dan stress, serta membantu untuk tidur);
7.      7. maafkan;
8.      8. tutup aibnya (bila ia sudah terpapar pornografi), jangan sampai tersebar luas;
9.      9. ingat, bila ia berhasil untuk menjadi lebih baik, hargai!


Setelah membangun anak merasa dekat dan nyaman dengan kita, barulah kita mulai mengedukasi. Tujuan mengedukasi anak adalah supaya anak paham. Paham mengenai manfaat internet dan ancamannya, dan paham akan keruskan otak dan akibatnya. Setelah paham, diharapkan akan timbul motivasi intrinsik dalam dirinya untuk mengubah diri sendiri, bagi yang sudah terpapar pornografi. Bagi yang belum, edukasi sangat bermanfaat agar terhindar dan jauh dari pornografi. Jangan lupa, selalu hadirkan Allah dalam diri anak.



Edukasi diberikan sesuai dengan usia anak, dan sebaiknya dilakukan dengan cara privat, bukan klasikal.
Untuk anak usia 4-9 tahun:
1.      1. cari waktu khusus;
2.      2. gunakan contoh kisah dan ilustrasi;
3.      3. gunakan media seperti gelas, kapas/tisu, dan air
Gambarkan bahwa otak kita seperti kapas, ada banyak syaraf yang saling terhubung.
Kemudian letakkan kapas tersebut pada sebuah gelas kosong. Setelah itu tuangkan air ke dalam gelas tersebut sampai kapas itu tenggelam. Jelaskan kepada anak bahwa kalau kita sering melihat pornografi, maka otak kita akan kebanjiran, seperti kapas yang ada di dalam gelas. Kalau otak kebanjiran, apakah bisa digunakan? Tentu tidak, kan? Dan seterusnya ....


Untuk anak usia 10-14 tahun:
1.      1. duduk bersama;
2.      2. berbicara dari hati ke hati;
3.      3. tanyakan pendapatnya tentang kasus akibat penggunaan internet buruk (pornogrfi dan games) yang banyak diberitakan media;
4.      4. tanyakan apakah ada temannya yang suka melihat/mengakses pornografi;
5.      5. tanyakan tentangnya, apa yang dilihatnya;
6.      6. jelaskan tentang ‘kerusakan otak’ (misal orang tabrakan hingga otaknya rusak);
7.      7. lakukan role-play, saat anak ditawari/tidak sengaja melihat pornografi, diskusikan, dan beri kesempatan bertanya.


Setelah anak paham, agar konsisten, buat dan sepakati aturan.
  • Sebelum pubertas, anak sangat butuh batasan-batasan dari orang tuanya. Tetapi, setelah pubertas, anak cenderung untuk menguji batasan tersebut.
  • Buat batasan yang jelas (rasional, applicable);
  • Tekankan kekuatan yang dimilikinya;
  • Hindari mengkritik dan terlalu melindungi;
  • Tutup aibnya (hanya kita yang tahu);
  • Kalau salah perlu dikoreksi, bukan dijatuhkan harga dirinya;
  • Ingat, berhasil dihargai;
  • Konsistensi antar semua yang berkepentingan.




Tujuan dibuatnya aturan adalah, agar
  • Anak mengerti petunjuk, peraturan, dan perintah orang dewasa;
  • Anak paham bagaimana melakukan hal yang benar tanpa pengawasan dan hukuman dari orang dewasa;
  • Anak mampu  menggunakan kontrol/kendali dari dalam dirinya sendiri.



Formula aturan:
  • Ada arahan/petunjuk;
  • Kejelasan batasan;
  • Nyambung konsekuensinya.



Perhatikan!
  • Aturan harus fokus pada hal positif;
  • Aturan harus masuk akal;
  • Formulasi kalimatnya singkat dan jelas.




Bila anak terlanjur terpapar konten yang buruk, lakukan penanganan dengan cara:
  • Handcataleptic;
  • Modifikasi perilaku (crash & tell, modifikasi akses internet/gadget, latihan jaga pandangan);
  • Face it – replace it – connect! (Kenali kapan waktunya, di mana, apa faktor pencetusnya, apa yang dirasakan, ganti dengan kegiatan sepadan, connecting!)
  • Behavior activation (merangkai sambungan baru di otak dengan cara mengaktifkan kegiatan dan kebiasaan baik, perilaku apa yang perlu dimunculkan?, mengisi buku handbook setiap hari)


Kegiatan tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang minimal 21 hari, karena pembentukan neuron menjadi myelin memerlukan waktu 21 hari (pembentukan perilaku baru). Dan harus dikontrol terus.

  

Contoh handbook:
KEGIATAN
HARI/TANGGAL
Senin/1
Selasa/2
Rabu/3
Kamis/4
Jum’at 5
Shalat
Sedekah
Olah raga
X
Bercakap2 dg anggota keluarga
Menyapa tetangga
Berpikir untuk kegiatan esok
X
Berpikir dulu sebelum bertindak
Dsb
dsb
CATATAN AKHIR PEKAN:




Mood Booster  --- Warrior Chemistry
  • Mengatasi adiksi dengan melakukan kontrol pikiran.
  • Counter chemical (warrior chemical) bisa mengalahkan bisikan setan.
  • Warrior chemical: kombinasi perasaan marah, cinta, kekuatan dan keinginan untuk melindungi keluarga yang dicintai.
  • Jadi, anak harus FIGHT dalam melawan bisikan setan.




Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan. Semoga Allah menyelamatkan kita dari bahaya pornografi. Aamiin ya robbal ‘alamiin.



#tantangan artikel
#onedayonepost

Friday, November 18, 2016

Hand Cataleptic

Bismillaah

Sebagai manusia, tentu kita pernah memiliki masalah. Bahkan, mungkin setiap hari, ada saja masalah yang dihadapi. Dari yang sepele sampai yang sangat berat, sehingga menguras tenaga dan pikiran.

Karena sudah sunnatullah, maka sebagai makhluk hidup, kita tidak bisa mengelak dari masalah. Yang harus kita lakukan adalah menghadapi dan mengatasinya. Kalau tidak, maka kita akan dibuat pusing dan stress dengan permasalahan yang menumpuk.

Ada seorang sahabat Rasulullah yang dijamin masuk surga karena satu amalan, yang tidak terlalu menonjol namun sangat luar biasa. Perbuatan yang menyebabkan sahabat tersebut dijamin masuk surga adalah karena setiap akan tidur dia selalu memaafkan orang-orang yang telah berbuat salah kepadanya atau menyakiti hatinya. Sehingga dia selalu tidur dalam keadaan hati bersih dan tenang.

Hand cataleptic adalah suatu metode untuk menyelesaikan suatu masalah dengan cara 'membuangnya'. Saya mendapatkan ilmu ini dari Bapak Hilman Al Madani, seorang psikolog dari Kita dan Buah Hati Foundation.

Menurut beliau, kita juga bisa melupakan masalah dengan cara yang hampir sama dengan sahabat Rasulullah tadi. Caranya, ketika mau tidur, kita berbaring dengan rileks, kemudian fokuskan diri kita dengan masalah yang dihadapi tadi siang. Kemudian hadirkan wajah orang yang telah menyakiti atau membuat masalah dengan kita. Setelah itu, rasakan dalam diri kita, di mana bagian tubuh kita yang merasa sakit. Hal ini bisa kita lakukan dengan cara bertanya kepada tubuh kita, "Oke, tubuhku, tolong beritahu di mana rasa sakit itu!"

Setelah ada bagian tubuh yang terasa sakit, maka kita lakukan gerakan seperti mencabuti rasa sakit itu, misalnya dari dada kita. Lakukan berulang-ulang sambil mengatakan, "Sekarang aku buang rasa sakit ini, ya." Terus-menerus, sampai kita merasa lega dan tenang. Dengan izin Allah, satu masalah terselesaikan.

Pengalaman Pak Hilman dengan hand cataleptic ini adalah saat beliau berusaha menghilangkan phobia putranya terhadap balon. Pada awalnya, putra sulung beliau sangat takut melihat balon, walaupun dari kejauhan. Setelah diterapi dengan hand cataleptic ini, putranya sudah tidak takut, tapi masih belum mau dekat-dekat, apalagi memegang balon. Pada terapi kedua, putranya sudah mau bermain balon dengan adiknya, meskipun tidak seantusias adiknya atau anak kecil lainnya.

Sunday, November 13, 2016

My Heroes

Bismillaah

A hero is usually someone who is very important for us. For me, mother and father were my heroes. But I can't talk too much about them since I was only with them for some years. There weren't many memories with them. Even though, deep in my heart they're so special for me. I love both of you so much. Thank you for everything you gave me. I am sorry that I couldn't do anything for you except praying to Allah, may Allah forgive all your sins and give you the best place in heaven. Aamiin ya robbal'aalamiin.

Besides my parents, teachers are also my heroes. When I have no one to ask or to tell a problem, there would be my teachers listening to me. Since my parents passed away, teachers replaced their position. So, I had many closed teachers. I assumed them as my teachers. Some of them are Mr Bisri (my junior high school teacher), Miss Widiyati, Mr Suhud, Mr Agus, Mr Thoyib, and Mr Manar ( my senior high school teachers).

Mr Bisri was wise, patient, humble, and full of care. He was just like my father. Miss Widiyati was as beautiful as my father. She was charming, intelligent, friendly, and wise as well. She taught me not only the subject at school but also how to speak in front of a lot of people. She was a muballighah. I learnt to be a daiyah from her. She was a popular muballighah.

Mr Thoyib was the same as Mr Bisri. But there's anything special that I could learn from Mr Thoyib. As he was a journalist, he used to encourage me to take a part at any writing competition, Indonesian and English. He would be beside me any time I needed help.

Mr Suhud, Mr Agus, and Mr Manar were just like my academic advisors. They taught and encouraged me to be the first and the best at any academic activities. Up to now, I still have contact with them and sometimes share many important things and information. They still think that I am their little girl at school.

Thank you my beloved teachers for everything you gave me. Only Allah can give you back more and better.
Jazakumullah khairan katsira.

Tuesday, November 1, 2016

The Drug of The New Millenium

Bismillaah

Judul buku: The Drug of The New Millenium
Penulis        : Mark B. Kastleman
Penerbit      :  Yayasan Kita & Buah Hati
ISBN            : 9786029692518
Jumlah hal. : 299


Narkoba Millenium Baru

Sebuah ancaman baru bagi generasi muda penerus bangsa. Ancaman yang lebih berbahaya dari narkoba yang selama ini kita kenal. Narkoba ini berupa pornografi. Kerusakan yang ditimbulkannya jauuuh lebih parah dan lebih sadis. Tidak hanya menghancurkan diri sendiri, tetapi juga orang-orang di sekitarnya. Tidak hanya merusak fisik, tapi juga psikis. (Baca juga: Mengenali dan Mengatasi Kecanduan Anak pada ... http://eryndy.blogspot.co.id/2016/08/sumber-blogspot.html?m=1)

 Buku ini berisi dua bagian: Latar Belakang Ilmiah dan Solusi. Pada bagian satu dijelaskan tentang cara pornografi mengubah otak secara radikal. Bagaimana otak yang terkena pornografi menjadi tidak bisa berpikir logis dan sehat. Yang ada dalam benaknya hanyalah bagaimana cara mencapai klimaks. Dipaparkan juga, bagaimana produsen pornografi sangat gencar mengejar dan menyerang kita dengan sangat halus dan tidak terasa. Siapa pun berada dalam ancaman bahayanya.


Masih di bagian satu, diuraikan juga tentang cara kerja otak laki-laki dan perempuan. Perempuan adalah "pemikir jaring", sedangkan laki-laki 'pemikir langkah". Dengan cara kerja otak yang berbeda ini, produsen pornografi menjerat korbannya dengan cara yang berbeda pula. Laki-laki disuguhi dengan gambar-gambar porno, yang levelnya senantiasa ditingkatkan setiap saatnya, dari yang paling sederhana hingga yang paling tidak masuk akal. Dari yang hanya gambar porno, hingga gambar yang penuh kekerasan dan kesadisan, sehingga membuat kecanduan dan ingin mempraktikkan apa yang dilihatnya. Maka muncullah kejahatan seksual di mana-mana: pemerkosaan, incest, pelecehan, dan pedofilia. 


Seperti pencuri di malam hari, pornografi di internet juga bekerja secara halus, pelan, dan nyaris tanpa disadari merampok individu, pasangan, dan keluarga dari hal-hal yang mereka anggap paling berharga: waktu, energi, kreatifitas, hubungan perkawinan yang sehat, cinta keluarga, kehormatan, moralitas, kesopanan, integritas, kesabaran, harmoni, kesuksesan, kebahagiaan, kepuasan, spiritualitas, dan masih banyak lagi. (Hal. 137)


Sedangkan perempuan dibuai dengan cyber-sex chat room, karena perempuan tidak suka melihat gambar-gambar porno.  Tetapi mereka lebih suka pada proses dan tahapan seperti kasih sayang, kelembutan, romantisme, dan komunikasi. Berdasarkan itulah, produsen pornografi menarik banyak wanita ke dalam dunia gelap ini: ruang chat di internet. (Hal. 113)


Pada bagian dua, kita akan mendapatkan tiga solusi penting dalam menghindari serangan pornografi. Di dalamnya disertakan juga latihan-latihan agar kita bisa langsung praktik. Bagi yang sudah kecanduan juga diberikan jalan keluar. 


Membaca buku ini membuat dada terasa sesak oleh perasaan sedih, cemas, benci, takut, dan juga marah. Jahat sekali orang-orang yang telah mengambil keuntungan dengan merusak masyarakat, bahkan negara dan bangsa. Semakin sedih lagi, karena pemerintah pun tidak tanggap terhadap bahaya ini. 


Ya Allah lindungilah kami dan generasi muda bangsa Indonesia juga umat Islam seluruhnya. Aamiin ya robbal'alamiin.


#Mari, bersama kita selamatkan anak kita dari kerusakan otak yang disebabkan oleh NARKOLEMA (NARkoba LEwat MAta) atau Pornografi: Ibu Elly Risman, Psi.


Monday, October 31, 2016

Habibie & Ainun

Bismillaah

Akhirnya selesai juga membaca buku yang penuh inspirasi dan motivasi ini. Alhamdulillah. Buku setebal 323 halaman ini, sarat dengan nilai-nilai luhur yang sangat bermanfaat dalam hidup berumah tangga dan bermasyarakat. Pak Habibie dan Ibu Ainun telah memberikan kontribusi dan suri tauladan yang sangat baik kepada kita semua. Semoga Allah membalas jasa keduanya dengan yang lebih baik, aamiin.

Sejak kecil, sama seperti anak-anak Indonesia lainnya, saya sangat mengagumi Pak Habibie, yang menurut saya super pintar ini. Jadi, walaupun pada masa reformasi dulu, ada beberapa elemen masyarakat yang tidak menyukainya dan malah menghujat, kekaguman saya pada beliau tidak pernah pudar.

Setelah membaca buku ini, kekaguman itu semakin bertambah. Kalau dulu, saya begitu takjub dengan berbagai prestasi Pak Habibie, sekarang saya sangat terpukau dengan segudang prestasi dan aktivitas Ibu Ainun. Perjuangan, pengorbanan, pengabdian, dan perhatian beliau, menjadi salah satu sebab sukses sang suami. Seperti pengakuan Pak Habibie, "Di balik sukses seorang tokoh, tersembunyi peran dua perempuan yang amat menentukan, yaitu ibu dan isteri."


Ibu Ainun dan Pak Habibie adalah dua cinta sejati, sehingga mereka bisa saling mengerti satu sama lain meski hanya dengan pandangan mata tanpa kata-kata. Saling mengisi dan menguatkan, saling menasihati dan mengingatkan.


Kalau boleh saya simpulkan, cinta mereka begitu indah karena dilandasi iman kepada Allah. Mereka tidak pernah meninggalkan salat lima waktu, bahkan Ibu Ainun tak pernah melewatkan satu malam pun tanpa membaca Al Qur'an. Sehingga hampir semua ia hafal dan maklumi. (Hal. 274) Padahal kesibukannya dalam mendampingi suami dan menjalankan aktivitas sosialnya sangat padat dan menguras energi, hingga beliau jatuh sakit.


Selain itu juga karena kepedulian beliau terhadap masyarakat yang kurang mampu dengan menyediakan beasiswa Orbit, dan juga mendirikan Bank Mata Indonesia, juga organisasi sosial lainnya.  Hidup mereka benar-benar bermanfaat tidak hanya untuk diri dan keluarganya, tetapi juga bangsa  dan negara. Masyaallah. Semoga akan semakin banyak Habibie dan Ainun yang lahir dan memberikan banyak kontribusi pada negeri tercinta Indonesia. Aamiin ya robbal'alamiin.


Saturday, October 29, 2016

Janji Kehidupan

Bismillaah

Janji kehidupan yang lebih baik selalu tergenggam di tangan anak-anak.

Kalimat yang diucapkan Karang, salah seorang tokoh dalam novel Tere Liye yang berjudul Moga Bunda Disayang Allah ini, sangat mengesankan bagi saya. Kalimat ini sangat inspiratif dan sarat dengan motivasi. Terutama bagi saya, seorang ibu sekaligus guru yang menghadapi berbagai karakter anak dengan kemampuan dan latar belakang yang berbeda-beda.

Seringkali, saat menghadapi anak yang agak sulit diarahkan, atau agak sulit diajari, rasanya ingin menyerah saja. Bagaimana tidak? Berbagai cara dari yang lembut sampai yang penuh dengan ketegasan, bahkan dibumbui dengan ancaman, ternyata tidak berpengaruh.

Yang paling membuat saya sedih dan juga kesal, saat mengajari anak yang sikapnya tidak sopan dan tidak bisa menghargai guru. Sudah dinasihati, dielus, dipuji, diberi kata-kata positif seperti anak sholih, anak pintar, tapi malah membantah. Aku nggak sholih, aku nggak pintar.

Duuh, rasanya ingin menangis saja. Astaghfirullah, astaghfirullah....  Heran, makan apa, ya anak ini? Kok kelakuannya begitu amat?

Tapi bila ingat kalimat di atas, semangat kembali merasuki kalbu. Setiap anak pasti akan memiliki kesuksesan dan masa depan yang baik bila diarahkan dengan baik pula. Tugas kita orang tua dan gurulah untuk mengantarkan mereka menjemput masa depan yang indah.

Tak ada kata putus asa. Apalagi mereka adalah anak-anak yang sehat jasmani dan rohaninya. Helen Keller yang buta, tuli, dan bisu saja bisa mengguncang dunia dengan prestasinya, apalagi anak-anak kita. Pasti bisa lebih hebat lagi.

Dan, kehebatan itu, tentu atas peran besar orang-orang di sekitarnya; orang tua dan guru terutama.

#Semangat!!!

Sunday, October 9, 2016

Resensi: Moga Bunda Disayang Allah

Bismillaah






Membaca novel-novel Tere Liye, selalu meninggalkan kesan yang mendalam yang lama hilang. Seperti novel ini, Moga Bunda Disayang Allah. Dari judulnya saja, kita tahu akan ada pesan spiritual yang disampaikan penulis. Dan, seperti biasa pula, saya tidak tahan untuk segera menuntaskan bacaan pada setiap novel Tere Liye, termasuk yang satu ini.
Novel ini berkisah tentang seorang kanak-kanak berusia enam tahun, yang, karena suatu kecelakaan kecil, harus menderita buta, tuli, sekaligus bisu. Putri tunggal dari seorang pengusaha kaya bernama Tuan HK dan isterinya, Bunda HK ini, sangat lucu dan menggemaskan. Bila dilihat selintas, tidak kelihatan bahwa dia memiliki kekurangan itu.
Berbagai pengobatan dan upaya penyembuhan telah dilakukan oleh keluarga yang kaya raya itu. Hingga yang terakhir, satu tim medis didatangkan dari ibukota, untuk menyembuhkan sang putri yang bernama Melati ini. Alih-alih mendapatkan kesembuhan, Melati malah divonis gila oleh tim medis tersebut. Vonis yang keluar karena dipengaruhi rasa marah itu, dijatuhkan kepada Melati karena telah menggigit jari salah seorang dokter anggota tim tersebut hingga nyaris putus. Hanya orang gila yang sanggup menggigit jari hingga nyaris putus, kata salah seorang dokter yang telah dibayar mahal oleh keluarga HK itu.
Vonis yang sangat menyakitkan dan menyesakkan dada, hingga sang bunda jatuh sakit. Saat bunda sakit itulah, ia mendapat kabar dari dokter yang merawatnya, Kinasih, bahwa ada seorang pemuda yang sangat dekat dengan anak-anak dan sangat mengerti dunia mereka. Pemuda itu pandai mendongeng. Dengan dongengnya, salah seorang anak asuhnya yang semula lumpuh-layu, menjadi punya keinginan kuat untuk bisa berjalan dan berlari. Dan, anak itu berhasil!
Itulah yang membuat asa di mata bunda yang tadinya telah menghilang, kini bersinar kembali. Dikirimlah surat demi surat kepada pemuda itu, yang bernama Karang. Hingga surat ke sekian, ternyata tidak ada tanggapan apa pun dari Karang. Tak puas hanya lewat surat, bunda datang langsung ke rumah orang tua asuh Karang. Meminta dan memohon kepadanya agar mau membantu Melati. Awalnya, Karang menanggapi dengan sinis permintaan itu, mengatakan pada bunda bahwa ia salah alamat. Maka, pulanglah bunda dengan harapan yang kembali redup.
Dengan kuasa-Nya, Allah menggerakkan hati Karang untuk membantu Melati. Namun, ternyata tak semudah membalikkan telapak tangan. Menghadapi Melati yang tidak bisa mendengar, melihat, dan berbicara saja sudah merupakan perjuangan yang berat, ditambah lagi dengan sikap sang ayah, Tuan HK yang tidak setuju dengan cara-cara Karang dalam menghadapi Melati. Namun Karang tidak berputus asa. Karena dia yakin bahwa janji kehidupan yang lebih baik selalu tergenggam di tangan anak-anak. Karena itulah, dia sangat dekat dengan anak-anak dan sangat mencintai mereka.
Membaca novel ini, kita akan teringat kembali dengan kisah nyata seorang tokoh dunia yang mengalami nasib sama dengan Melati yaitu, Helen Keller. Dan memang, novel ini terinspirasi dari tokoh tersebut dan dari sebuah film India yang berjudul Black.
Kisah yang sungguh luar biasa, membuat kita introspeksi diri kembali tentang apa yang telah kita lakukan dengan segala kesempurnaan yang telah Allah anugerahkan. Kadang kita yang sempurna ini, lebih banyak lalai dan mengeluh dengan hal-hal sepele dan tidak penting. Sedangkan mereka yang serba terbatas justru lebih banyak mengukir karya dan lebih pandai mensyukuri nikmat Allah.
Kembali, dan kembali, kita harus selalu bersyukur, bersyukur, dan bersyukur.
فَبِاَيِّ اٰلَاۤءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبٰنِ
Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
[QS. Ar-Rahman: Ayat 13]

a

Thursday, October 6, 2016

VIP in My Life

Bismillaah

Since my parents passed away, I was brought up by my relatives. They were my elder brother and his wife, my grandparents, my aunts and uncles. Even though I didn't have parents anymore, I had many parents. Those whom I mentioned above were my new parents. They loved and took care of me and my brothers as their own children. So, I called them very important people in my life.

In this writing, I will tell about them one by one, in sya Allah. I do this to commemorate their kindness to me,  since I won't be able to pay back what they have done for me. May Allah bless them all and gives them much  more rewards in the world and in heaven. Aamiin ya robbal'aalamiin.

I begin from my elder brother. His name is Ilham Subagyo, but we call him Mas Giyanto. Since father and mother passed away, he replaced their roles as parents. Although he had his own children, he didn't mind to share his care with us, my brothers and me. Not only care, he also shared his time, money, and everything he had. He used to give what we needed without complaint.
As a teacher, he had no much money, but he was not stingy

Now, Mas Giyanto isn't here either. He and his wife have also passed away. Allahu yarham. May Allah loves them as much as they loved us. May Allah places them  in heaven. Aamiin.

Tuesday, October 4, 2016

Orang Tua Pingsan

Bismillaah 





Menjadi orang tua memang tidak semudah menjadi sekretaris, akuntan, atau pun dokter. Mengapa? Karena untuk menjadi orang tua yang baik dan sukses tidak ada sekolahnya apalagi universitasnya. Sedangkan untuk menjadi seorang dokter atau profesi lainnya, kita tinggal memilih sekolah atau universitas mana yang cocok dengan kemampuan dan keuangan kita.
Oleh karena itulah, banyak orang tua yang salah dalam mendidik anak-anaknya. Itu semua bukanlah sesuatu yang disengaja, tetapi benar-benar karena ketidaktahuannya. Sebagai contoh, seorang ibu yang mempunyai seorang anak balita yang tidak memiliki asisten rumah tangga, pasti akan menemukan beberapa kerepotan antara mengasuh anak dan mengurus pekerjaan rumah. Di satu sisi, sang anak sedang dalam masa-masa yang memerlukan perhatian ekstra karena jiwa eksplorasinya sangat tinggi, sehingga tidak aman bila dibiarkan sendirian. Di sisi lain, pekerjaan rumah dari memasak hingga menggosok baju, juga perlu perhatian dan waktu ekstra banyak. Sebagai jalan keluar yang praktis, akhirnya sang balita dibiarkan menonton televisi atau bermain gadget. Hasilnya?
Untuk jangka pendek, cara seperti itu sangat jitu dalam menyelesaikan masalah orang tua, dalam hal ini ibu. Anaknya anteng, tidak rewel dan tidak kemana-mana, pekerjaan pun beres. Suami pasti senang dan bangga dengan hasil kerja sang isteri. Untuk jangka pendek. Bagaimana untuk jangka panjangnya?
Di sinilah orang tua tidak sadar dengan bahaya yang ditimbulkan oleh televisi dan gadget, alias pingsan, istilah Ibu Elly Risman, Psi. Orang tua tidak sadar bahwa teknologi canggih yang kelihatannya telah banyak membantu dan menyelesaikan masalah, ternyata malah menimbulkan masalah baru. Begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh keduanya. Apalagi untuk anak balita. Apa dampaknya?
Yang paling jelas, anak menjadi malas bergerak dan bersosialisasi. Penyakit yang diakibatkannya, bisa bermacam-macam, di antaranya obesitas, jantung, darah tinggi, dan diabetes. Jelas sekali bahwa anak yang lebih banyak melakukan aktivitas fisik jauh lebih sehat dan cerdas dibandingkan dengan mereka yang hanya berdiam diri.
Dari segi minat baca, anak yang sudah terpapar layar digital, akan merasa sulit dan malas untuk membaca buku. Hal ini terjadi karena dia telah terbiasa melihat dan menonton gambar -gambar yang berwarna-warni dan sangat dinamis. Sedangkan buku yang kita baca hanya diam dan tidak bisa bergerak semenarik tivi maupun gadget. Ini merupakan kemunduran berikutnya.
Sudah saatnya orang tua bangun dan sadar sehingga tidak menyerahkan anak-anaknya kepada tivi dan gadget tanpa pendampingan, mengingat begitu besarnya bahaya yang ditimbulkannya. Belum lagi bahaya pornografi yang telah merusak moral dan akhlak anak-anak, generasi penerus bangsa.
Mari gunakan gadget dengan cerdas.

Wednesday, September 14, 2016

Inner Child

Bismillaah

Inner child. Kata ini saya dengar pertama kali dari Ibu Elly Risman, Psi. Menurut beliau inner child adalah sifat kekanak-kanakan yang terdapat pada seorang dewasa. Orang yang dilihat dari segi usia, postur tubuh, dan pola pikir sudah dewasa, ternyata dalam dirinya pasti ada inner child- nya. Mengapa? Sudah sunnatullah, sepertinya. Hukum alam.

Dulu, waktu remaja, saya sering melihat iklan di tivi yang mencerminkan inner child ini. Dalam iklan itu diperlihatkan beberapa tokoh dunia yang begitu menikmati permainan mereka, yang seperti anak kecil. Ada yang begitu gembira ketika bermain layang-layang, ada yang terlihat ceria saabermain ayunan, dan yang lainnya. Itu mungkin merupakan salah satu sisi positif inner child.

Namun, tak bisa dipungkiri bahwa inner child kadang tak layak ditampakkan ketika orang dewasa itu berhadapan dengan anak-anak, apalagi anaknya sendiri. Terutama saat emosi negatif sedang menguasai. Orang tua yang sedang marah kepada anaknya, seringkali tidak sadar telah menggunakan inner child- nya, sehingga hilang kontrol dan kedewasaannya. Berubah menjadi anak kecil, sehingga tak ada bedanya dengan anak yang sedang dimarahinya. Padahal dari segi usia, postur tubuh, dan pola pikir, jauh berbeda dengan anaknya.

Sifat kekanak-kanakan yang muncul saat marah, akan menghilangkan kecerdasan logika dan akal jernih seorang yang sudah dewasa. Menurut Ibu Elly, seharusnya ketika kita ingin menegur anak yang berbuat salah, kita singkirkan dulu inner child itu jauh-jauh. Kalau beliau menyarankan untuk membuangnya di suatu tempat khusus, sarung atau  black box, misalnya. Dengan gerakan tertentu, seperti seseorang yang mengusap dan  membuang keringat dari wajahnya. Gerakan itu hanya simbol saja. Karena kita tahu, sifat atau watak seseorang adalah abstrak, tak bisa dipegang apalagi dibuang.   

Setelah inner child tersimpan rapat dalam wadah yang aman, barulah kita, in sya Allah, bisa berkomunikasi dengan buah hati, dengan cara yang lebih baik dan lebih dewasa, tentunya. Bukan dengan emosi yang maaf, membabi buta, sehingga pesan yang ingin disampaikan tidak tercapai.

Tetapi, hal ini tidak mudah untuk dilakukan, memang. Perlu proses dan perjuangan yang tak kenal lelah. Demi menjadi orang tua yang amanah, karena telah dititipi buah hati oleh Allah, kita memang harus bekerja keras. Demi menciptakan generasi Rabbani yang berakhlak karimah, tentu sebagai orang tua, harus mampu mengaplikasikannya terlebih dahulu, sebelum menuntut anak kita untuk melakukannya.

Ya Allah bimbinglah kami agar bisa menjadi orang tua sholih/sholihah, yang mampu membimbing anak-anak kami menjadi sholih/sholihah pula. Aamiin ya robbal'alamiin.

#edisimengingatkandirisendiri
#menjadiorangtuaamanah