Friday, November 25, 2016

Mengenali dan Mengatasi Kecanduan Anak pada Pornografi dan Games

Bismillaah


Pornografi benar-benar sudah menjadi momok dan musuh kita semua.
Dia tidak hanya menyerang mereka yang tinggal di kota dan berlimpah harta, namun juga menyerang mereka yang tinggal di desa, bahkan pelosok, dan tidak berkecukupan.
Dia tidak hanya mengintimidasi dan memenjara orang dewasa, tapi juga remaja, bahkan anak-anak.
Apa yang bisa kita perbuat?
Amunisi apa yang sudah kita siapkan untuk menangkal dan membalas serangannya?
Benteng apa yang sudah kita bangun untuk melindungi anak-anak dan remaja kita, juga diri dan pasangan kita? (bagi yang sudah berumah tangga)
Strategi apa yang akan kita gunakan?


Sebagai orang tua, apalagi seorang ibu, kita, terutama saya, sangat takut dan bingung mengahadapi ancaman pornografi ini. Membaca berita-beritanya saja sudah membuat merinding dan susah tidur. Jangan sampai terjadi pada diri dan keluarga saya, na’udzubillahi min dzalik. Oleh karena itu, saya harus melakukan sesuatu, mempersiapkan diri, membekali diri dengan ilmu dan pengetahuan tentang pornografi itu sendiri.


Setelah berkesempatan belajar dari Ibu Elly Risman (silakan baca di sini), alhamdulillah saya mendapat kesempatan untuk menimba ilmu pada Bapak Hilman Al Madani, salah satu staf Ibu Elly. Dengan Bapak Hilman ini, ilmu yang saya peroleh lebih mendalam dan lebih ke arah praktik bagaimana dan apa yang seharusnya dilakukan.


Menurut Pak Hilman, ada 4 hal pokok yang harus dilakukan dalam rangka mencegah atau mengatasi kecanduan pornografi ini, yaitu:
1.     1.  membangun kedekatan;
2.      2. mengedukasi;
3.      3. membuat kesepakatan (aturan);
4.      4. melakukan penanganan.


Untuk mencegah dan mengatasi kecanduan pornografi, hal pertama yang kita lakukan adalah membangun kedekatan dengan anak atau siswa kita. Hal ini sangat penting, agar anak atau siswa mempercayai kita. Menurut Mark B. Kastleman dalam bukunya “TheDrug of The New Millennium”, mereka yang kecanduan pornografi adalah orang-orang yang tidak memiliki hubungan yang harmonis dengan orang-orang yang dicintainya. Tidak ada kedekatan. Sehingga mereka merasa kesepian dan seperti terputus dari dunia nyata dan lingkungan sosialnya.



Jadi, kita harus membangun kedekatan dulu sebelum mengedukasi. Bagaimana cara membangun kedekatan dengan anak?
Cara-caranya adalah:
1.      1. bangun ikatan hati, fokus pada jiwanya;
2.      2. perbaiki komunikasi;
3.      3. terima dan tangkap perasaannya dengan cara mendengar aktif;
4.      4. hindari memotong pembicaraan;
5.      5. hindari 12 gaya populer (ada di materi sebelumnya);
6.      6. gunakan klaimat positif, karena akan memicu oxytocin (zat kimia otak yang menyenangkan, yang bekerja sebagai obat penenang alami, menurunkan tekanan darah, menumpulkan kepekaan terhadap rasa sakit dan stress, serta membantu untuk tidur);
7.      7. maafkan;
8.      8. tutup aibnya (bila ia sudah terpapar pornografi), jangan sampai tersebar luas;
9.      9. ingat, bila ia berhasil untuk menjadi lebih baik, hargai!


Setelah membangun anak merasa dekat dan nyaman dengan kita, barulah kita mulai mengedukasi. Tujuan mengedukasi anak adalah supaya anak paham. Paham mengenai manfaat internet dan ancamannya, dan paham akan keruskan otak dan akibatnya. Setelah paham, diharapkan akan timbul motivasi intrinsik dalam dirinya untuk mengubah diri sendiri, bagi yang sudah terpapar pornografi. Bagi yang belum, edukasi sangat bermanfaat agar terhindar dan jauh dari pornografi. Jangan lupa, selalu hadirkan Allah dalam diri anak.



Edukasi diberikan sesuai dengan usia anak, dan sebaiknya dilakukan dengan cara privat, bukan klasikal.
Untuk anak usia 4-9 tahun:
1.      1. cari waktu khusus;
2.      2. gunakan contoh kisah dan ilustrasi;
3.      3. gunakan media seperti gelas, kapas/tisu, dan air
Gambarkan bahwa otak kita seperti kapas, ada banyak syaraf yang saling terhubung.
Kemudian letakkan kapas tersebut pada sebuah gelas kosong. Setelah itu tuangkan air ke dalam gelas tersebut sampai kapas itu tenggelam. Jelaskan kepada anak bahwa kalau kita sering melihat pornografi, maka otak kita akan kebanjiran, seperti kapas yang ada di dalam gelas. Kalau otak kebanjiran, apakah bisa digunakan? Tentu tidak, kan? Dan seterusnya ....


Untuk anak usia 10-14 tahun:
1.      1. duduk bersama;
2.      2. berbicara dari hati ke hati;
3.      3. tanyakan pendapatnya tentang kasus akibat penggunaan internet buruk (pornogrfi dan games) yang banyak diberitakan media;
4.      4. tanyakan apakah ada temannya yang suka melihat/mengakses pornografi;
5.      5. tanyakan tentangnya, apa yang dilihatnya;
6.      6. jelaskan tentang ‘kerusakan otak’ (misal orang tabrakan hingga otaknya rusak);
7.      7. lakukan role-play, saat anak ditawari/tidak sengaja melihat pornografi, diskusikan, dan beri kesempatan bertanya.


Setelah anak paham, agar konsisten, buat dan sepakati aturan.
  • Sebelum pubertas, anak sangat butuh batasan-batasan dari orang tuanya. Tetapi, setelah pubertas, anak cenderung untuk menguji batasan tersebut.
  • Buat batasan yang jelas (rasional, applicable);
  • Tekankan kekuatan yang dimilikinya;
  • Hindari mengkritik dan terlalu melindungi;
  • Tutup aibnya (hanya kita yang tahu);
  • Kalau salah perlu dikoreksi, bukan dijatuhkan harga dirinya;
  • Ingat, berhasil dihargai;
  • Konsistensi antar semua yang berkepentingan.




Tujuan dibuatnya aturan adalah, agar
  • Anak mengerti petunjuk, peraturan, dan perintah orang dewasa;
  • Anak paham bagaimana melakukan hal yang benar tanpa pengawasan dan hukuman dari orang dewasa;
  • Anak mampu  menggunakan kontrol/kendali dari dalam dirinya sendiri.



Formula aturan:
  • Ada arahan/petunjuk;
  • Kejelasan batasan;
  • Nyambung konsekuensinya.



Perhatikan!
  • Aturan harus fokus pada hal positif;
  • Aturan harus masuk akal;
  • Formulasi kalimatnya singkat dan jelas.




Bila anak terlanjur terpapar konten yang buruk, lakukan penanganan dengan cara:
  • Handcataleptic;
  • Modifikasi perilaku (crash & tell, modifikasi akses internet/gadget, latihan jaga pandangan);
  • Face it – replace it – connect! (Kenali kapan waktunya, di mana, apa faktor pencetusnya, apa yang dirasakan, ganti dengan kegiatan sepadan, connecting!)
  • Behavior activation (merangkai sambungan baru di otak dengan cara mengaktifkan kegiatan dan kebiasaan baik, perilaku apa yang perlu dimunculkan?, mengisi buku handbook setiap hari)


Kegiatan tersebut harus dilakukan secara berulang-ulang minimal 21 hari, karena pembentukan neuron menjadi myelin memerlukan waktu 21 hari (pembentukan perilaku baru). Dan harus dikontrol terus.

  

Contoh handbook:
KEGIATAN
HARI/TANGGAL
Senin/1
Selasa/2
Rabu/3
Kamis/4
Jum’at 5
Shalat
Sedekah
Olah raga
X
Bercakap2 dg anggota keluarga
Menyapa tetangga
Berpikir untuk kegiatan esok
X
Berpikir dulu sebelum bertindak
Dsb
dsb
CATATAN AKHIR PEKAN:




Mood Booster  --- Warrior Chemistry
  • Mengatasi adiksi dengan melakukan kontrol pikiran.
  • Counter chemical (warrior chemical) bisa mengalahkan bisikan setan.
  • Warrior chemical: kombinasi perasaan marah, cinta, kekuatan dan keinginan untuk melindungi keluarga yang dicintai.
  • Jadi, anak harus FIGHT dalam melawan bisikan setan.




Hanya kepada Allah kita memohon pertolongan. Semoga Allah menyelamatkan kita dari bahaya pornografi. Aamiin ya robbal ‘alamiin.



#tantangan artikel
#onedayonepost

3 comments:

irma said...

Terima kasih ilmunya mba nindyah😊

MS Wijaya said...

keren Mba Nin, jadi ikutan waspada padahal blm punya anak hehehe

Mugi Rahayu said...

Terima kasih atas artikelnya mbak, semakin mantap mendampingi anak yang sudah kecanduan