Wednesday, February 27, 2019

Outbond di Cikole



Bismillaah



Sabtu, 23 Februari 2019 yang lalu, sekolah kami mengadakan study tour ke Terminal Wisata Grafika, Cikole, Bandung. Lebih dari 3 jam perjalanan yang kami tempuh. Ditemani macet yang selalu setia menyertai, ke mana pun kita pergi. Disuguhi pemandangan alam yang luar biasa indahnya. Di kanan kiri jalan antara Subang - Cikole, hamparan kebun teh seperti permadani tebal yang mengundang untuk singgah dan membaringkan raga di sana. Masyaa Allah, sungguh indah ciptaan-Mu. Berangkat dengan jalan yang hampir menanjak terus, disertai tikungan-tikungan tajam, membuat bibir tak henti menyebut asma-Nya; antara ngeri dan takjub.


Tiba di lokasi, kami langsung menuju area berkumpul untuk ice breaking. Untuk mencapai tempat tersebut, kami harus menaiki tangga-tangga kecil yang lumayan banyak dan tinggi. Kalau tadi di perjalanan, bus kami yang berjuang keras agar bisa menanjak, di sini kamilah yang harus berjuang keras untuk mendaki bukit. Anak-anak pun mulai bertanya, "Tangganya ada berapa banyak, sih, Bu? Sepertinya nggak habis-habis?"


Hanya helaan nafas yang bisa mengungkapkan jawaban. Sebagai guru yang sudah lumayan berumur, medan kali ini cukup terasa berat. Bismillaah, semoga kuat.



Sampai di atas, kami seperti berada di hutan pinus. Ada tanah yang lumayan lapang, yang dikelilingi pohon pinus. Udara sejuk cenderung dingin. Apalagi bila angin bertiup, brr ... Terasa sekali hawa pegunungannya.


Setelah ice breaking, kami mulai berpencar. Ikhwan berpetualang dengan wahana ketinggian seperti flying fox, two line bridge, dan turun tebing. Sementara akhwat mengawali kegiatan dengan edukasi cara menanam stroberi. Perjalanan menuju kebun stroberi cukup panjang dan melelahkan. Awalnya kami menuruni bukit. Turun, turun, tak terasa kami hampir meluncur kalau tidak pakem remnya. Kemudian naik lagi melalui tangga-tangga yang hanya muat untuk dua orang.



Saya sendiri baru tahu, ternyata menanam stroberi tidak boleh di tengah-tengah pot, layaknya kita menanam pohon pada umumnya. Tanaman stroberi harus ditanam di pinggir pot agar ketika berbuah, buahnya bisa bergelantungan di pinggir pot agar tidak busuk. Saat itu para siswa praktik menanam stroberi dari bibitnya, bukan bijinya. Jadi sudah lumayan besar. 

Setelah belajar menanam stroberi, anak-anak diberi beberapa potong wortel dan sayur hijau, entah apa namanya. Lho, untuk apa?
Oo ... Ternyata mereka akan memberi makan rusa dan domba-domba lucu seperti shaun the sheep! Duh, senangnya. Lebih senang lagi karena setelah lelah menanam stroberi dan memberi makan rusa dan domba, mereka boleh menikmati segarnya jus stroberi. Wah, baru menanam sudah langsung menikmati hasilnya. Alhamdulillah.



Selesai dari kebun stroberi, siswi-siswi mulai merasakan wahana flying fox. Belum semua wahana dinaiki, ternyata hujan turun. Walhasil, anak-anak turun tebing dalam guyuran air hujan. Sebagian ada yang tidak ingin basah, jadinya sambil memakai jas hujan. Jadi warna-warni deh.

Berhubung hujannya disertai petir dan guntur yang menggelegar, kegiatan terpaksa dihentikan. Satu wahana, yaitu two line bridge, tidak sempat dicoba oleh para siswi. Karena waktu sudah sore juga, akhirnya kami menuju bus, pulang kembali ke Cikarang.
Selamat tinggal Cikole ...

Sunday, February 24, 2019

VIP in My Life (2)

Bismillaah


Graduated from primary school at my village, I continued my study at Klaten, the district capital. There, I lived with my uncle's family, Om Muslim. I spent about six years there. So, I spent my teenager with Om Muslim.


Om Muslim is my mother's younger brother. He was a humble person. He hardly talked, except an important thing. We, he and I, hardly talked to each other. I only spoke to him when I needed permission to do something or to go somewhere. He also only spoke to me if there was an important thing.


Eventhough he never spoke, I know that he loved and cared about me, espescially about my study. When the test came, he gived more attention to me. He had me not to do many things in the kitchen because my duty was studying and studying. Sometimes, I felt bored. So, after studying in the night, when I thought that everybody had slept, I watched TV. Oh no, my uncle hadn't slept yet. You know, he ordered me to turn off the TV and study again.


That's my uncle. He was strict. Fortunately, I never felt unconvinient with his rules. I was lucky having such an uncle. Because of him, I became a diligent student. My day was full of study activities. And I became to fall in love in studying. I don't know what would happen if my uncle hadn't cared of me. I might not be like what I am now.


Now, Om Muslim has passed away. A part of my soul went away. There's something painful here. Only praying that I can do. Oh Allah, forgive all his sins, accept all his good things, give him much more rewards on his good deeds. Aamiin yaa rabbal'aalamiin.

Monday, February 11, 2019

PGH



Bismillaah


Odol atau pasta gigi merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam hidup kita, selain makanan, sandang, dan papan. Tanpanya, kita tidak bisa tampil percaya diri dalam kehidupan sosial. Serasa ada yang kurang, bila belum menggosok gigi dengan odol.


Bermacam-macam pasta gigi yang bisa kita pilih sesuai dengan selera kita ataupun sesuai dengan kondisi gigi kita. Ada yang untuk gigi normal, yang artinya tidak ada keluhan apa pun. Ada juga yang dikhususkan untuk gigi sensitif.


Pasta gigi yang biasa kita jumpai di pasaran, biasanya mengandalkan kandungan fluoride untuk kesehatan gigi. Sedangkan, ada pendapat ilmuwan yang menyatakan bahwa fluoride ternyata justru merusak gigi. Hal ini tentu membuat kita, para konsumen, jadi ragu untuk menggunakannya.


Nah, bagi Anda yang ingin tetap tampil prima dengan gigi yang bersih memesona, tidak perlu khawatir. Sekarang sudah banyak beredar pasta gigi tanpa fluoride, tapi tetap bisa membuat gigi kita bersih dan sehat. Pasta gigi ini terbuat dari bahan-bahan herbal yang aman, sehingga apabila tertelan, tidak membahayakan tubuh kita, insyaaAllah.


Oya, sebelumnya perlu kita ketahui bahwa ada empat jenis pasta gigi berdasarkan bahan bakunya. Yang pertama dan kebanyakan kita temui di pasaran adalah yang sebagian besar menggunakan bahan kimia. Pasta gigi ini diberi tanda hitam pada ujungnya.
Jenis yang kedua adalah yang hampir 50% menggunakan bahan alami dan sisanya adalah bahan kimia. Produk ini ditandai dengan warna merah.
Yang ketiga adalah pasta gigi yang berbahan alami dan ada tambahan obat. Di bagian ujung pasta gigi ini ada tanda berwarna biru.
Jenis yang terakhir adalah yang hampir 100% terbuat dari bahan-bahan alami. Untuk mengenalinya, kita bisa melihat  warna hijau di ujung kemasan.


Nah, pasta gigi yang kita bahas kali ini adalah yang jenis keempat, karena hampir seluruhnya terdiri dari bahan alami. Pasta gigi ini dipasarkan oleh HPAI dengan nama Pasta Gigi Herbal atau populer dengan sebutan PGH. PGH cocok untuk gigi sensitif. Tetapi bisa juga untuk gigi yang normal. Selain berfungsi sebagai odol untuk sikat gigi, PGH juga bisa untuk mengobati sakit gigi. Caranya adalah dengan mengoleskan sedikit PGH pada gigi yang sakit. Dengan izin Allah, sakit gigi akan hilang.









Awalnya hanya ada satu jenis PGH. Namun saat ini sudah bertambah jenisnya. Malah ada juga PGH anak, yang memiliki rasa stroberi, anggur, dan tutti fruty yang disukai anak-anak. Sedangkan PGH sendiri yang diperuntukkan bagi orang dewasa, sekarang pun bermacam-macam jenisnya. Kita bisa memilih sesuai kebutuhan dan selera kita.


Oya, satu lagi kelebihan PGH, yaitu ada penutup dari aluminium foil.


Nah, sayangi gigi kita dengan menggunakan pasta gigi herbal HPAI. InsyaaAllah halal dan aman.