Monday, October 23, 2017

Para Panglima Islam Penakluk Dunia

Bismillah

Sesuai dengan judulnya, buku yang ditulis oleh Muhammad Ali ini menceritakan sepak terjang para panglima Islam yang gagah berani dalam menaklukkan negeri-negeri di benua Eropa, Afrika, dan Asia. Ada 20 panglima yang dikisahkan dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Ke-20 panglima itu berasal dari beberapa sahabat Nabi shalallahu alaihi wasallam, dan juga tabi'in maupun tabi'in tabi'in.

Dari kalangan sahabat, ada Hudzaifah bin Yaman, yang dikenal sebagai pemegang rahasia Rasulullah shalallahu alaihi wasallam. Selebihnya adalah dari kalangan tabi'in dan tabi'in tabi'in. Di antara mereka ada yang sudah sangat kita kenal perjuangannya seperti Shalahuddin Al Ayyubi, Thariq bin Ziyad, dan Muhammad Al Fatih, sang penakluk Konstantinopel.

Selain nama-nama yang sudah sangat akrab di telinga itu, selebihnya memang hampir belum pernah kita kenal. Namun demikian, kiprah mereka pun tidak kalah hebatnya dengan para panglima di atas. Sebut saja Abdurrahman Ad Dakhil yang mendapat julukan sebagai Elang Quraisy. Menurut Al Manshur, salah seorang khalifah Daulah Abbasiyah, Abdurrahman mampu meloloskan diri dari mata tombak dan pedang, menerobos padang pasir, mengarungi lautan hingga memasuki negeri asing seorang diri, lalu mendirikan sejumlah kota, menggalang banyak pasukan, mencatat syair-syair, dan mendirikan sebuah kerajaan besar setelah sebelumnya lenyap berkat kemampuannya dalam mengatur dan keteguhan harga diri. (hal. 305)

Membaca buku ini, pada awalnya kita akan merasa ngeri membayangkan medan perang yang menjadi latar belakang kisah ini. Seakan-akan, tiada hari yang terlewati tanpa peperangan dan pertumpahan darah. Kalau kita baca sekilas, rasanya benar apa yang diucapkan oleh musuh-musuh Islam, bahwa Islam disebarkan melalui pertumpahan darah. Namun, setelah kita telaah dan tekuni buku ini, akan timbul kesadaran dalam diri, bahwa apa yang mereka katakan itu sungguh tidak bisa dibenarkan. Islam adalah agama rahmatan lil 'aalamiin. Menjadi rahmat tidak hanya bagi pemeluknya, tetapi juga untuk seluruh umat dan alam semesta.

Karena, peperangan yang terjadi, merupakan jihad yang tujuannya tidak berhubungan dengan keinginan untuk merampas atau mengeksploitasi bangsa lain serta mendapatkan kedudukan untuk mendominasi manusia lain atau menindas bangsa lain. Tujuan jihad adalah semata-mata untuk menyebarluaskan Islam ke seluruh penjuru dunia sehingga Islam sebagai agama yang membawa kebaikan pada setiap manusia bisa dirasakan oleh siapa pun tanpa ada yang menghalanginya. (hal. xviii)


Maka, penaklukan yang dilakukan oleh para panglima ini, benar-benar berbeda dengan yang dilakukan oleh kaum penjajah. Perbedaan yang sangat jelas bisa dilihat dari niat mereka. Para panglima ini berjihad dengan mengorbankan jiwa raga mereka demi mensyiarkan agama Islam, dengan mengharap ridho Allah, dan juga syahid. Jadi, meskipun mereka memiliki strategi perang yang sangat luar biasa, dan pasukan yang berani mati, mereka tidak pernah lupa untuk berdoa kepada Allah. Sebelum memulai setiap penaklukan, entah itu yang dilakukan dengan cara damai maupun dengan terpaksa harus menumpahkan darah, munajat kepada Allah tak pernah ditinggalkan. Mereka yakin, sehebat apapun persiapan yang telah dilakukan, tak akan berhasil tanpa pertolongan Allah.


Perbedaan yang kedua, para panglima ini hanya memerangi prajurit musuh yang jelas-jelas memerangi mereka. Mereka tidak menyakiti orang tua, perempuan, dan anak-anak. Bahkan setelah mereka dijadikan tawanan pun, tetap diperlakukan dengan baik. Setelah para panglima menguasai negeri yang mereka taklukkan, mereka pun mulai membangun negeri tersebut. Mereka mendirikan masjid, madrasah dan bangunan-bangunan penunjang lainnya, untuk mensejahterakan rakyat. Mereka sangat peduli dan santun kepada rakyat yang dipimpinnya. Tidak berlaku sewenang-wenang.


Perbedaan berikutnya, terletak pada pribadi para panglima. Mereka adalah hamba-hamba Allah yang selalu taat beribadah dan selalu shalat tepat pada waktunya. Seperti Sultan Muhammad Al Fatih yang sejak usia baligh tidak pernah meninggalkan shalat tahajud. Selain itu, mereka memiliki kemampuan tidak hanya dalam hal strategi perang, tapi juga dalam administrasi negara. Seperti halnya Sang Nabi yang menjadi pemimpin di setiap lini kehidupan, dari menjadi imam shalat hingga panglima perang, begitu pula para panglima ini. Bahkan Shalahuddin Al Ayyubi dikenal juga sebagai seorang dokter yang bisa mengobati.


Masya Allah, barakallahu fiikum. Berkat mereka, Islam tersebar ke seluruh penjuru dunia. Hingga hari ini, pemeluknya semakin bertambah, meskipun tidak ada lagi penaklukan. Kini, dengan media massa maupun media sosial, Islam semakin terbukti sebagai rahmatan lil 'aalamiin. Terima kasih para panglima pahlawan Islam, semoga Allah menempatkan kalian di surga-Nya, aamiin.



Sunday, October 15, 2017

Semalam di Anyer

Bismillah

Debur ombak menyambut kedatangan kami di sebuah kompleks villa di pinggir pantai Anyer. Bebatuan besar nan kokoh memagari pantai dari laut yang terlihat bergejolak. Angin kencang mengibarkan jilbab-jilbab kami yang baru turun dari bus. Udara segar langsung terhirup memenuhi paru-paru yang sumpek akibat lamanya perjalanan. Namun, semua kepenatan langsung hilang begitu melihat indahnya pemandangan alam ciptaan Allah yang terhampar di depan mata. Masya Allah.

ماخلقت هذا باطلا سبحانك فقناعذاب النار

Ini adalah acara family gathering kedua yang saya ikuti. Bersama tiga orang anak, saya sangat bersyukur bisa menikmati semua ini. Berada di tengah suasana kekeluargaan dan damainya alam, betah rasanya berada di sini. Meninggalkan kesibukan pekerjaan, kemacetan yang setia menemani setiap hari, dan panasnya udara.

Di sini, kami tidak hanya menikmati pemandangan alam, tapi juga mengadakan berbagai kegiatan. Diawali dengan acara ramah-tamah, di mana kami bisa duduk santai bercengkrama dengan sesama teman guru maupun isteri guru sambil menikmati kudapan tradisional dan juga, pastinya, deburan ombak yang terdengar seperti musik pengiring. Nikmatnya ...

Acara dilanjutkan dengan lomba bapak-bapak dan juga anak-anak. Seru dan lucu. Semua menikmati, meskipun ada yang kalah. Tak masalah. Menjelang Maghrib, acara lomba selesai. Setelah ishoma (istirahat, salat, dan makan) kami semua berkumpul di aula restoran, untuk mendengarkan wejangan dari Bapak Ketua Pembina Yayasan, yang ternyata hanya sebentar. Berikutnya acara makan kambing guling dan ikan bakar. Karena anak-anak sudah capai dan mengantuk, kami pun masuk kamar untuk istirahat, tidak ikut menikmati menu tersebut. Tak apa, lagi pula masih kenyang. ^_^

Esok harinya, giliran lomba ibu-ibu. Ada lomba tebak kata dan lokomotif balon. Seru juga. Tak henti-hentinya kami tertawa melihat peserta lain yang sedang bermain. Kalau pas kelompok sendiri yang bermain, tertawa juga. Alhamdulillah, kelompok saya dapat juara dua.

Saatnya waktu bebas bersama keluarga. Kami pun mencoba wahana yang tersedia, ada banana boat dan doughnut boat. Kalau naik banana boat, nanti di tengah laut, penumpang akan dijatuhkan dari boat. Tapi jangan khawatir, tidak akan tenggelam. Kan, sudah pakai pelampung? Jadi, aman. Meski begitu, ada juga yang menangis karena kaget dan panik. Tapi sangat seru.

Sedangkan doughnut boat, tidak dijatuhkan, tapi ketika menaikinya, kita akan merasa diayun-ayun, seperti akan terlempar. Tapi, kalau kita berpegangan kuat, tidak akan terjadi apa pun. Selain itu, rasanya seperti naik mobil di atas batu-batu besar. Padahal kita berada di air yang bergelombang. Luar biasa.

Sebelum pulang, saatnya pembagian door prize. Alhamdulillah, dapat voucher. Lumayan. Sungguh senang bisa ikut acara ini. Meskipun hanya semalam. Semoga bisa ikut family gathering dua tahun lagi. Dengan pengalaman yang lebih seru, dan hadiah yang lebih baik tentunya. Aamiin.

Tuesday, October 3, 2017

No Excuse

Bismillah

Judul buku: No Excuse
Penulis.     : Isa Alamsyah
Penerbit.   :  Bisa Learning Center
Cetakan.   :. Keempat, Januari 2010
Jumlah halaman: 146

Dalam menghadapi kegagalan, kita sering mencari-cari alasan agar tidak ada yang menyalahkan kita, atau agar orang lain maklum dengan keterbatasan kita, sehingga mereka mau memaafkan. Dengan mencari-cari alasan atau excuse, berarti kita sudah masuk ke dalam golongan orang-orang yang gagal. Padahal, setiap orang berhak untuk mendapatkan kesuksesan, walau bagaimanapun keadaannya. Kesuksesan bukan hanya milik orang kaya, orang pintar, orang ganteng, orang sehat, atau mereka yang dikarunia tubuh sempurna. Kesuksesan milik siapa saja yang mau berusaha dan berjuang untuk mendapatkannya.

Buku motivasi ini benar-benar akan memotivasi kita, sehingga kita yang selama ini kebanyakan alasan, akan tersadar, bahwa semua alasan itu hanya kedok, agar kita bisa menghindar.

Di dalam buku ini, kita akan mendapatkan orang-orang yang karena kerja kerasnya, ia berhasil meraih cita-citanya. Dari yang merasa tidak berbakat dalam suatu bidang, ternyata karirnya malah cemerlang di sana. Seperti Tukul Arwana, yang merasa tidak pantas menjadi presenter, ternyata malah semakin terkenal dengan pekerjaan tersebut.

Atau, lihatlah, Hee Ah Lee. Gadis yang menderita Lobster Claw Syndrome, dengan kerja keras dan kasih sayang sang ibu, akhirnya bisa menjadi pianis terkenal. Keberhasilannya mematahkan anggapan bahwa orang cacat tidak bisa sukses seperti orang-orang yang normal. Bahkan orang yang normal pun belum tentu bisa sepertinya.



Juga Jenderal Sudirman, yang tetap memimpin pasukan gerilya, meskipun hanya dengan satu paru-paru yang berfungsi. Hal itu tidak melemahkan semangatnya untuk tetap berjuang dan memimpin perjuangan walau harus duduk di atas tandu. Sedangkan banyak orang yang hanya karena sakit kepala saja sudah banyak mengeluh dan berputus asa.


Masih banyak lagi kisah inspiratif yang dapat menggugah semangat dan mengusir jauh-jauh sifat pemalas dan suka cari-cari alasan. Buku ini sangat cocok untuk siapa saja, tua maupun muda. Laki-laki maupun perempuan. Yang sehat maupun yang sedang sakit. Agar kita menjadi orang yang kuat dan suka bekerja keras demi mewujudkan apa yang kita idam-idamkan. Mari bangkitkan semangat, kita raih mimpi-mimpi, janji masa depan yang lebih indah.

Monday, October 2, 2017

Keesaan Allah

Bismillah

Tanggal 1 Oktober baru saja berlalu. Tanggal bersejarah, yang dikenal sebagai Hari Kesaktian Pancasila itu sedang ramai dibicarakan oleh masyarakat Indonesia. Hal ini berkaitan dengan tanggal sebelumnya, yaitu 30 September. Tanggal yang dikenang karena tragedi yang terjadi pada hari itu. Saat bangsa Indonesia berhasil mempertahankan ideologi bangsa, Pancasila, dengan harga yang tidak murah. Banyak korban berjatuhan, baik dari pihak sipil maupun militer. Namun bukan itu yang akan kita bahas di sini. Melainkan sebuah komentar yang singkat tapi begitu dalam makna yang terkandung di dalamnya.


Salah satu komentar yang sempat mencuat di media tentang kesaktian Pancasila, yang menurut saya sangat menarik adalah, bahwa kesaktian Pancasila itu, sesungguhnya terdapat pada sila pertamanya. Apa sila pertama itu?
"Ketuhanan yang Maha Esa".


Sungguh komentar yang cerdas dan sesuai fakta. Bangsa Indonesia sudah banyak mengalami penderitaan dan penganiayaan, dari yang paling ringan hingga yang terberat. Namun bangsa ini bisa melalui semua itu. Tiga ratus tahun penjajahan Belanda, yang menguras habis kekayaan negeri. Beberapa tahun penjajahan Jepang yang terkenal kejam di satu sisi, namun di sisi lain juga memberikan keuntungan bagi bangsa ini. Semua bisa dilewati, dan puncaknya adalah kemerdekaan Indonesia.


Kemerdekaan itu tidak diraih dengan mudah, tapi dengan taruhan nyawa dan harta. Tak dapat dipungkiri, keberhasilan itu terwujud karena bangsa ini masih meyakini akan kekuasaan Allah yang Mahaesa. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya ulama yang ikut bertempur melawan penjajah seperti Tuanku Imam Bonjol dan Pangeran Diponegoro. Maka, dicantumkanlah pada Pembukaan UUD 1945, "Atas berkat rahmat Allah yang Mahakuasa ....


Beberapa tahun setelah kemerdekaan, bangsa ini kembali mendapat ujian dengan munculnya PKI yang tidak mengakui adanya Tuhan. Kembali umat Islam bersama umat beragama lainnya bersatu untuk menegakkan Pancasila, terutama sila pertama. Lagi-lagi, hanya atas rahmat-Nya, kita bisa terhindar dari marabahaya itu.


Jadi, karena bangsa Indonesia masih memegang teguh agamanya, yang dilegalkan dalam sila pertama Pancasila, maka Allah masih berkenan mengirimkan pertolongan-Nya. Karena kita meng-esakan-Nya, tidak menduakan. Semoga Allah selalu melindungi kita dari segala marabahaya, aamiin ya rabbal'aalamiin.