Sunday, January 31, 2021

Do and Don't in Teaching Online


Bismillaah

Sabtu, 30 Januari 2021, saya libur, tidak ke sekolah dan tidak mengajar. Rasanya senang sekali karena memang Sabtu jarang libur. Rencananya hari itu mau lembur mengoreksi dan menyiapkan materi ajar. Ternyata, eh, ternyata. Ada banyak deadline yang harus dikejar.


Pagi, menemani Mufid mengikuti program pengayaan kelas 6. Sebentar lagi dia mau masuk SMP. Saat itulah saya jadi tahu bagaimana gaya gurunya mengajar. Dengan tidak bermaksud merendahkan beliau, karena mungkin cara mengajar seperti itu sudah lumrah, saya agak terkejut juga. Di sekolah lain, hal seperti itu mungkin dianggap biasa, tapi di tempat saya mengajar, bisa kena semprot. Guru yang terpeleset lidah saja bermasalah, apalagi ini. Bicaranya agak kasar dan mengancam siswa. 

Tapi, biarlah. Saya tidak akan membahasnya. Setelah Mufid selesai, barulah saya buka laptop dan mulai menulis. Deadline hari itu menulis naskah pribadi tiga halaman, antologi 3-6 halaman, dan untuk KLIP 300 kata.

Sampai azan Dhuhur, baru satu naskah yang selesai. Padahal, bada Dzuhur ada webinar tentang powerpoint. Akhirnya ditunda dulu menulis naskah berikutnya.

Bada Ashar, webinar tentang powerpoint berlanjut ke sesi 2, lalu ada webinar tentang bermain di rumah yang disampaikan oleh Pak Ading, dan KLIP.  Semua penting, tapi tidak mungkin diikuti semua. Akhirnya, sambil menyimak Pak Ading, menyimak juga tips menulis di FB KLIP, sambil memasak. Tentu saja, ilmu yang diperoleh tidak bisa maksimal karena ada dua yang harus disimak. Tapi tak apalah.

Nah, bada Isya, ada lagi webinar dengan Mas Fadhil. Guru satu ini keren banget menurut saya. Masih muda tapi kaya ilmu dan pengalaman.

Kali ini beliau menyampaikan tentang apa saja yang boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan saat mengajar online.


Sebelumnya, beliau menyampaikan bahwa
We are not moving offline activities to online learning. So,we have to
1. Focus on students' growth aspects that we can facilitate during online,
2. Focus to facilitate students in order to build learning enthusiast and good interaction among students.
Jangan hanya mengajar, tetapi harus ada interaksi yang baik dengan siswa dan antarsiswa seperti saling sapa, saling sharing, dan saling appreciate.

DO

Supaya mengajar online lebih efektif, maka yang harus dilakukan adalah:
1. Design and explain class rules in the beginning class.
2. Design interactive learning activity (student centered).
Misalnya: siswa berdiri, bertanya, ice breaking, siswa dibuat kelompok dan di-breakout. 
Tujuannya, agar siswa bergerak, tidak mengantuk, dan merasa diperhatikan.
3. Clarify each facilitator's role. 
Ini khusus untuk sekolah yang menyediakan lebih dari satu guru untuk satu kelas.
4. Create body movements in every online session.
Terutama untuk PAUD dan SD sehingga tidak diam saja dalam waktu yang lama.
5. Set up support background. 
Sebaiknya: polos, pencahayaan cukup, dan sesuai tema pelajaran.

DON'T

1. Lecturing in the whole session.
2. Belittling the body language.
Meremehkan body language seperti: berpangku tangan, menguap, dan penampakan wajah harus proporsional.
3. Share slide in the whole session.
4. Too close or too far from camera.
5. Use smartphone while still able to use laptop.


Saturday, January 30, 2021

Terpeleset Lidah

Bismillaah

Hari itu, Sabtu, 23 Januari 2021, jadwal kami memberikan materi pengayaan kepada siswa kelas 6. Program yang dinamai BIB (Bimbingan Intensif Belajar) ini dilaksanakan setiap hari Sabtu. 

Saat giliran pelajaran bahasa Indonesia, kami menyampaikan materi tentang Ungkapan dan Peribahasa. Karena kegiatan ini dilakukan secara online dan hanya 60 menit, maka saya pun hanya menyiapkan sedikit materi, dengan pertimbangan agar materi tersampaikan semua, anak-anak paham, dan tidak merasa berat mempelajarinya.

Ada sedikit masalah saat itu karena ada guru yang mendadak izin tidak bisa mengajar. Akhirnya, saya pun mengusulkan seorang guru yang menurut saya sudah berpengalaman mengajar kelas 6 karena beliau sering memberikan les tambahan untuk anak-anak kelas 6. 

Alhamdulillaah, satu masalah terselesaikan. Guru pengganti pun siap mengajar menggunakan materi yang sudah saya siapkan. Sesi pertama adalah mengajar siswa laki-laki. Alhamdulillaah, semua berjalan dengan lancar.


Ketika sedang berlangsung sesi kedua, yaitu mengajar siswa perempuan, masuklah satu pesan dari orang tua murid. Sambil mengajar, saya bukalah pesan itu. Serta-merta, hati saya menjadi resah dan takut membaca pesan itu. Di sisi lain, saya harus tetap fokus mengajar. 

Akhirnya, saya berusaha tenang dan mencoba mencari tahu tentang permasalahan yang beliau sampaikan. Walaupun dalam benak saya, tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana menyikapi hal ini.

Selesai mengajar, saya cerita ke rekan guru yang satu ruangan. Atas saran beliau, saya laporkan masalah ini kepada kepala sekolah. Meminta saran beliau, tindakan apa yang harus saya lakukan.

Kemudian saya dan guru yang bersangkutan dipanggil kepala sekolah untuk menyelesaikan masalah ini. Kami pun membuat broadcast yang meralat contoh yang telah disampaikan saat virtual meeting. Alhamdulillaah, pihak orang tua memaklumi dan mau memaafkan kesalahan yang tidak disengaja ini. 


Ya, memang ini tidak sengaja. Rekan guru tersebut hanya spontanitas saja menyampaikan contoh menggunakan dua nama tokoh tersebut. Dan, ternyata ada orang tua yang keberatan karena khawatir anak-anak memiliki persepsi yang tidak baik. 


Inilah salah satu risiko yang harus ditanggung guru saat mengajar online. Tidak salah bila kepala sekolah selalu mewanti-wanti guru-guru agar benar-benar menyiapkan pembelajaran karena orang tua ikut memantau. Guru harus benar-benar siap, mampu, dan kreatif dalam mengajar online. 

Friday, January 29, 2021

Menulis untuk Peradaban - Tendi Murti



Bismillaah



 peserta mendapat modal dua poin. Poin akan berkurang satu bila tidak mengisi daftar hadir atau tidak mengerjakan tugas. Alhamdulillaah aku selalu mengisi daftar hadir, meski baca materinya tidak saat itu juga. Poinku berkurang satu karena tidak mengerjakan tugas materi 1 yang harus posting itu. 


KMO ini gratis, alias free, tidak dipungut biaya. Tetapi, disiplinnya luar biasa. Dan, materinya juga keren-keren. Sangat bermanfaat untuk penulis pemula sepertiku. 


Pada materi pertama, Kang Tendi memberikan pencerahan tentang tujuan menulis. Menurut beliau, menulis harus diniatkan untuk menebarkan kebaikan dan mencari pahala. Jangan hanya untuk gaya-gayaan.

Berikut beberapa petikan materi.

1. Tujuan menulis:
Maka harapannya adalah bukan hanya mengukir sejarah masing-masing lagi, tapi bagaimana mewujudkan sebuah perbaikan keadaan dengan jalan menulis.


2. Nulis bukan lagi masalah keinginan, tapi menjadi sebuah KEHARUSAN.

3. Guys, gimanapun juga, sepakat atau nggak tulisan yang kita tulis akan benar-benar memberikan pengaruh kepada pembacanya.

Berpengaruh = memberikan perubahan.

Perubahan Jutaan orang = Mengubah peradaban.

4. Berapa juta orang yang terpengaruh gegara postingan yang mempropaganda orang kan?

Hari ini medsos menjadi alat atau media propaganda yang paling ramai. Berbagai macam HOAX disebar di Medsos. Ngeri:persevere😔

Artinya yang kita tuliskan sependek apapun ia akan berpengaruh ke banyak orang yang membacanya.

Dengan tulisan yang pendek aja sudah bisa memengaruhi banyak orang, apalagi dengan buku yang kita tuliskan.

"Iya gitu kang? Nulis aja baru belajar sekarang!" Hehe, Hal penting yg harus kita dahulukan ketika Anda ingin belajar menulis adalah katakan kepada diri terlebih dahulu bahwa Anda adalah seorang penulis.

5. Tapi, satu hal yang sering kali kita lupa bahwa seseorang yang ingin menjadi apapun itu, maka langkah pertamanya adalah 

"rasakan dulu, yakin dulu bahwa kita memang layak untuk menjadi penulis."

Sebelum menulis sesuatu seharunya kita percaya terlebih dahulu bahwa kita adalah seorang penulis.

Kenapa? Karena ketika kita percaya bahwa kita adalah seorang penulis, tulisan-tulisan kita akan lebih tajam, belajar kita akan lebih maksimal ...

Kalo sudah memutuskan untuk menjadi penulis, maka ditolak penerbit, disepelekan penulis senior, diketawain teman-teman ya menjadi bumbu penyedap aja...

Butuh 4 tahun untuk menjadi seorang sarjana, untuk jadi dokter nambah 2 tahun koas ya...

Tapi untuk menjadi penulis, kita cukup memutuskan bahwa hari ini kita adalah seorang penulis...

Channel KMO Club batch 30:
keyakinan yang dalam akan memunculkan kekuatan yang lebih dahsyat ...

Keyakinan yang dalam, akan memunculkan pertahanan yang lebih lama...

PUTUSKAN BAHWA HARI INI KITA ADALAH SEORANG PENULIS

Jadi, mulai sekarang katakan kepada diri sendiri bahwa "saya adalah seorang penulis."

Karena Feel sebagai penulis ngebangun kepercayaan diri kita. Sementara Percaya Diri sebagai penulis inilah yang justru sangat penting. Percaya diri berpengaruh kepada hasil tulisan Anda.

Tanpa percaya diri sama profesi kita sebagai penulis menyebabkan apa yg kita tulis jadi garing. SERIUS!

Kalo udah garing orang bakal males bacanya.. Kalo udah males baca, ~buku kita bakal dilempar gitu aja..!:laughing:

Saya berharap percaya diri ini mengkristal dalam diri kita ya. Lanjut...

Balik lagi ke materi.

Semuanya karena cinta. Cinta pada kebaikan agar tersebar luas, cinta karena manfaat yang bisa digali pembacanya.

Hal penting lainnya ketika kita menulis adalah kita harus punya:

Cita-cita, Rencana-rencana, keinginan-keinginan, Motivasi yang juga besar.

Tanpa elemen ini saya jamin ketika Anda menemukan kebuntuan dalam menulis, Anda akan melempar tulisan ke tong sampah dan nyerah sambil berkata "Oke, Writing is not my Passion!

Dan saya akan jawab dengan teriak: ˆ⌣ˆ 
"Hey, it's not about Passion guys!"

"Ini tentang cita-cita dan motivasi!"

The question is "why we have to write a book?" "buat apa kita nulis?!" Hobi? Gaya-gayaan? Pengen dianggap keren? Pengen terkenal?

Karena banyak banget yang pengen nulis supaya dianggap KEREN.

Padahal, tahukah anda bahwa ketika kita menulis, sesungguhnya kita sedang berusaha mengubah pola pikir yang membacanya?

Kenapa kita harus menulis? Karena sudah waktunya kita  membuat sebuah perbaikan...

Terlalu banyak buku yang ngerusak pembaca, tapi kita sebagai penulis terlalu sibuk dengan berpikir bahwa nulis itu bikin kaya...


Kegundahan saya sekarang adalah betapa mahalnya sebuah kebenaran, betapa mahalnya sebuah kebaikan, dan betapa mahalnya sebuah perbaikan.

Yang kayak gitu benar-benar bikin saya nggak bisa tidur😔

Maka hari ini kita di sini, berikrar bahwa kita menulis karena sebuah ALASAN AGUNG

Alasan untuk sebuah kebaikan..
Coba kembali berpikir dan tanyakan ke dalam diri kita, motivasi apa yang membuat diri kita harus menulis...

Jika hanya sekadar ingin terkenal, ingin gaya, atau ingin disanjung, lebih baik lakukan hal yang lain. Karena tulisan kita akan berdampak besar bagi yang membacanya.

Lalu ketika kita menulis dan akhirnya dikenal orang? Maka jadikan terkenalnya kita untuk memberi manfaat lebih besar.

Masih belum percaya bahwa buku kita akan berpengaruh pada orang lain?

Kenapa harus menulis? Temukan alasan Anda. Setiap orang tentu saja punya alasan yang berbeda. Tapiii, pastikan alasan yang Anda buat adalah alasan yg paling KUAT di antara yang KUAT!

Beberapa alasan kenapa harus menulis.

1. Menulis sedang membagi ilmu dgn orang lain.
2. Sedang meninggalkan jejak untuk orang yang kita cintai.
3. Menulis menjadikan hidup lebih semangat
4. Menulis itu menghimpun pahala.
5. Membuat lebih percaya diri
6. Menulis dapat menyembuhkan dan menghambat penyakit
7. Menuangkan ide yang unik
8. Nemperbaiki keadaan
9. Menulis berarti sedang belajar
10. Membuat kita lebuh kreatif
11. Sedang menuangkan impian

Thursday, January 28, 2021

Tersisih

Bismillaah

Hati ini memang tak setegar karang yang kokoh menghadapi ombak. Hati ini terlalu rapuh untuk menghadapi gelombang ombak kehidupan yang tak pernah henti menerjang karang. Hati ini terlalu lemah menghadapi berbagai ujian dan cobaan yang tiada henti. Tetapi hati ini milik Allah. Dan, hati ini pun punya sandaran yang Mahakuat dan Maha Perkasa. Dialah Allah subhanahu wa ta'ala.

Kadang, diri ini bingung, kepada siapa kan mengadu. Kepada siapa gundah ini kan bermuara. Kepada siapa resah ini kan bertepi.

Kuingin bercerita kepadanya, namun malu lebih besar menghalangi. Kuingin mengurai kusut hati ini. Tapi lidah terasa kelu dan membeku. Tak ada nyali tuk mengungkapkan gulana ini.


Akhirnya, hanya istighfar yang terlantun dari lisan ini. Berusaha mengusir resah dan lara hati. Hanya air mata yang mengiringi doa yang kurapal di sujud pamungkas. Mencoba menguatkan hati yang mulai layu. Mencoba menegarkan kaki agar tak tersungkur.

Akhirnya, hanya kepada-Nya, nyaliku tertuju. Hanya kepada-Nya tertuang segala resah ini. Hanya kepada-Nya, tak ada rasa malu. 

Karena Ia mendengar segala kesah hamba.
Karena Ia tak pernah menolak permohonan hamba.
Karena Ia memiliki segalanya.
Karena Ia satu-satunya tempat bergantung.

Ada saat, kesendirian melingkupi atmosfer sekitar. Menyesakkan dada. Mengiris sanubari. Pedihnya melebihi luka akibat sembilu. Perihnya menguar mengeruhkan rasa. Hitam.

Aku sadar, diri ini hanya insan dhoif yang penuh kelemahan dan kekurangan. Namun, entah mengapa, masih saja, aku haus perhatian dan pujian. Astaghfirullah.

Padahal diri ini sungguh jauh dari pantas. Apalagi mumpuni. Begitu banyak kompetensi yang tak kumiliki. Ingin rasanya seperti mereka yang penuh prestasi dan dedikasi. 

Ah, sekali lagi. Diri ini hanya debu yang ringan dan mudah diterbangkan angin. Tak berkualitas.

Namun, jauh dari lubuk hati yang paling dalam, terbersit asa untuk menjadi lebih baik di hadapan Allah. Karena hanya yang bertakwa yang kan mendapat kemuliaan di sisi-Nya. Biarlah aku hina di mata makhluk. Semoga tidak demikian di mata Allah. Aamiin yaa rabbal'aalamiin.


Ya Allah, mohon kuatkan hatiku, tegakkan langkahku, mudahkan ikhtiarku untuk menjadi hamba-Mu yang mumpuni. Semoga aku termasuk orang-orang yang bertakwa. Aamiin.

Sunday, January 24, 2021

Tak Ada Gading yang Tak Retak

Bismillaah


Saat BIB (Bimbingan Intensif Belajar) kelas 6 kemarin, kami membahas tentang ungkapan dan peribahasa. Salah satu peribahasanya adalah "Tak ada gading yang tak retak", yang maknanya adalah bahwa tak ada manusia yang sempurna. Mungkin hanya Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam yang sempurna. Selain itu tidak ada.


Sehari sebelumnya, kami mendapatkan wejangan dari bapak kepala sekolah terkait program belajar kami kepada seorang ustadzah. Beliau mengatakan bahwa seorang guru pun pasti punya kekurangan. Tidak semua yang dikatakannya merupakan suatu kebenaran. Apalagi kalau itu berdasarkan buah pikirannya sendiri, bukan dari Al-Qur'an maupun hadits Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam.


Nasihat itu menyadarkan saya yang selama ini menganggap bahwa apa yang ustadzah tersebut katakan memang harus saya lakukan, terkait dengan ilmu yang diajarkan, yaitu tahsin. Di luar itu, saya memang tidak menelan mentah-mentah semua yang disampaikan. Bila ada yang tidak sesuai dengan apa yang sudah saya pahami, saya pun sekadar mendengarkannya, tidak memasukkan ke dalam hati dan pikiran.


Hal yang termasuk tidak saya yakini adalah ketika beliau berkata bahwa dalam ilmu hadits tidak ada khilafiyah atau perbedaan pendapat. Tidak seperti ilmu fiqih. Namun, hal ini langsung terbantahkan ketika beliau mengatakan bahwa cara membaca Al-Qur'an itu berbeda-beda di antara para ulama. Hal ini terbukti dengan adanya "Qira'ah Sab'ah", tujuh cara membaca Al-Qur'an. 

Dari satu qira'ah itu pun, ternyata masih ada perbedaan di antara ulama yang mengajarkan. Meskipun semua mengikuti cara membaca Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam, ternyata memang berbeda-beda pada akhirnya. Ini terjadi karena mungkin persepsi seseorang saat mendapatkan pengajaran berbeda-beda. Ada yang fokusnya 100 %, ada yang kurang. Itulah mungkin penyebab terjadinya perbedaan.


Berdasarkan hal tersebut, saya berkeyakinan, bahwa memang tidak semua yang disampaikan oleh guru kita, adalah suatu kebenaran. Guru juga manusia yang tidak lepas dari salah dan lupa. Guru bukan malaikat yang selalu benar karena mengikuti dan taat dengan perintah Allah Ta'ala.


Jadi, benar sekali peribahasa di atas. Tak ada manusia yang sempurna di muka bumi ini. Karena kesempurnaan hanyalah milik Allah Ta'ala.

Pesan terakhir: JANGAN TAKLID BUTA kepada seseorang.

Sunday, January 17, 2021

Laa Yahtasib

 

Bismillaah


Pagi ini agendaku mengirim buku ke teman-teman yang telah memesannya. Ada lima tujuan. Dari yang posisinya paling dekat dengan rumah, hingga yang paling jauh. Sebelum berangkat, tak lupa kumemohon kepada Allah agar diberi dalam menjemput rezeki pagi ini.


“Allahumma innii as-aluka 'ilman naafi'an wa rizqan thayyiban wa' amalan mutaqabbalan.”


Alhamdulillaah, tiga tujuan pertama berjalan lancar. Mereka membayar sesuai akad. Pengalaman selama menjadi agen majalah, beberapa kali mengantar, tidak bertemu dengan tuan rumah. Akhirnya, pembayaran sampai dua atau tiga bulan. Ini memang kesalahanku juga yang tidak info dulu kalau mau mengantar pesanan.


Di tujuan keempat, aku masukakan masuk dan duduk berbincang dengan tuan rumah. Di tiga rumah sebelumnya, sebenarnya juga duduk, tetapi aku menolak karena masih banyak yang harus diantar. Nah, kalau yang ini, karena sudah lama tidak bertemu, jadi ya, sekalian melepas kangen.


Di sinilah aku mendapatkan kejutan . Laa yahtasib , Mas Ery merujuk. Ya, rezeki yang tidak disangka-sangka. Apa itu? Teman ini membayar utangnya yang sudah sepuluh tahun lalu. Aku pun sudah lupa kalau dia punya utang. Tetapi dia masih ingat, bahkan jangan ingat. Pagi ini, dia bayar setengah dulu katanya. Sisanya bulan depan. Sambil berpesan kalau dia tidak dibayar karena telah dipanggil Allah, tolong tagih ke anak-anaknya, katanya. MasyaaAllah, jadi terharu.


Meski baru dibayar setengah, menurutnya, karena aku sendiri sudah lupa, bagiku ini sungguh luar biasa. Aku yang sedang pusing mencari dana untuk pelunasan buku wakaf, tetiba Allah berikan rezeki yang tak pernah kuduga. Alhamdulillaah.


Padahal, di awal perjalanan, aku sempat berpikir bahwa pagi ini aku belum sedekah. Entah mengapa aku lupa dengan rutinitas yang satu ini. Biasanya bila berangkat sekolah, aku sedekah di depan masjid yang sedang dibangun. Di pinggir jalan ada petugas yang telah siap menerima sedekah dari pengguna jalan yang lewat. Itu memudahkanku untuk bersedekah setiap pagi. Maklum, kita kan nggak pergi ke masjid. Jadi, tidak bertemu dengan kotak infaq.


Setelah mendapatkan rezeki nomplok itu, aku pun bertekad untuk segera mengeluarkan infaq. Semoga Allah memudahkanku untuk bisa berinfaq setiap hari. Aamiin.

Sunday, January 10, 2021

Agar Buku Laris


Hari ini saya mau coba sharing terkait TRIK AGAR BUKU LARIS WALAU TIDAK BEST SELLER

Menarik enggak ya?? 🥺
PERTAMA: JUDUL


Saya pernah ikut kelas menulis dari salah satu penulis terkenal. Beliau bilang gini, 

 
“penulis pemula, kalau ingin cepat naik namanya, buatlah judul yang menggemparkan  
masyarakat.”



Nah, dari sana terlihat bahwa beliau sangat memerhatikan yang namanya judul ketika membuat buku. 



Kenapa harus judul? Karena ini yang menjadi daya tarik awal pembeli sebelum melihat isinya. Memang ada istilah don’t judge by the cover. 



Tapi ‘kan tidak semua orang  
berpikir seperti itu. Banyak pula orang-orang di luar sana yang berpikiran kalau mau beli buku,  
lihat judulnya dulu, menarik atau tidak. Kalau menarik mereka beli. Kalau tidak menarik,  
mereka tidak jadi beli. 




Nah, kita jangan abaikan tipe orang seperti ini. Jadi, judul wajib  
dipikirkan baik-baik.

KENAPA SAYA BAHAS JUDUL?

Karena saya merasakan sekali dengan buku terbaru saya yang 17 Agustus kemarin terbit.  


Bukunya berjudul “Menjadi Umat Islam Abad 21.”


Menurut saya, dari kelima buku saya yang sudah terbit, buku ini salah dua yang laris penjualannya ketika saya promosi sendirian. 




Awalnya judulnya bukan ini, tapi “Aku ingin Berislam Seutuhnya.” Tapi editor saya waktu  
itu−Mas Bimo dari Penerbit M&C−mengajarkan saya untuk membuat judul yang provokatif.  



Judul yang kalau dibaca bisa mendorong orang langsung bertanya-tanya apa isi bukunya dan kenapa judulnya seperti itu. Akhirnya terciptalah judul buku “Menjadi Umat Islam Abad  
21.”

Alhamdulillah, beberapa waktu lalu saya mendapat kabar dari editor bahwa buku MENJADI UMAT ISLAM ABAD 21 ini bisa bersaing dengan buku-buku yang sudah ada di pasar. 



Walau saya belum melihat  
penjualannya di toko buku sudah berapa eksemplar (karena belum lama terbit), tapi bagi saya yang menjualnya sendiri  
tanpa promosi iklan di media sosial, penjualannya cukup baik, yaitu lebih dari seratus eksemplar.  



Mungkin bagi sebagian orang jumlah itu sedikit, tapi bagi saya yang tidak pandai berjualan, itu  
angka yang fantastis ketika berjuang sendirian untuk menjual buku. Jadi, jangan sampai  
sepelekan judul.

KEDUA: BAHAN PROMOSI #1


Bahan promosi yang pertama adalah DESAIN. Memang tak 
dipungkiri, penulis itu  
dituntut untuk belajar ilmu marketing dan copywriting.



Karena kalau buku terbit, tugas  
selanjutnya adalah menjual bukunya agar banyak orang yang membaca dan menerima manfaat  
dari apa yang sudah kita tulis.


 
Nah, yang namanya promosi, pasti tidak lepas dari yang namanya desain.


Penulis harus  
belajar desain, suka atau tidak suka, mau atau tidak mau. Penerbit itu menerbitkan banyak  
buku.


Mereka tidak selalu mempromosikan buku kita. Jadi, penulis harus sadar bahwa besar  
kecilnya penjualan buku sangat tergantung bagaimana penulis memasarkan bukunya dengan  
baik. Salah satunya desain. 



Kenapa harus desain? Salah satu sistem kerja otak adalah otak lebih menyukai gambar daripada suara dan tulisan. Ketika manusia hanya mendengar atau membaca tulisan  
saja, tiga hari kemudian apa yang didengar dan dibacanya hanya teringat 10%.



Tapi ketika manusia melihat gambar yang eye catching, tiga hari kemudian manusia akan mengingat apa yang dilihatnya sebanyak 65%. Jadi, penting banget membuat desain promosi yang eye  
catching.


Desain yang ketika dilirik, orang-orang langsung kepo dengan isi desainnya.

Penulis bisa gunakan aplikasi-aplikasi pendukung seperti Canva dan kawan-kawannya.  



Kalau saya selama ini memakai Corel Draw dan Photoshop untuk mendesain bahan promosi.  



Karena rata-rata, desain sekarang ini lebih sering menggunakan desain vektor ketimbang  
gambar asli (rata-rata ya)



Karena lebih berwarna dan bisa lebih menarik mata. Itu pun salah satu sistem kerja  otak lainnya, otak itu lebih suka sesuatu yang berwarna ketimbang hitam putih saja. 



Jadi, pastikan desain promosi buku kamu penuh warna sewajarnya, tampilannya menarik, sehingga ketika ditampilkan di media sosial, orang-orang tidak langsung geser atau  scroll status kamu.


Tapi intip dan baca dulu apa yang kamu posting. Karena banyak ‘kan orang-orang yang kalau buka status, hanya geser-geser tanpa membaca isi status orang. Nah, kita  
harus memikirkan orang-orang kaya gitu. Gimana caranya agar mereka mau membaca status  
kita di media sosial, salah satu caranya adalah dengan desain yang eye catching.

KETIGA: BAHAN PROMOSI #2

Bahan promosi selanjutnya adalah why.

Maksudnya, kamu harus menuliskan “kenapa  
orang-orang harus membeli buku kamu.” Judul buku itu ‘kan rata-rata sifatnya umum.  



Banyak pula judul buku yang ketika dibaca, kita belum tergambar apa isi bukunya.


Sehingga,  
selain perlu blurb, perlu juga penjelasan buku tersebut untuk siapa saja dan kenapa orang-orang 
harus beli buku tersebut. 



Jadi kalau promosi buku itu jangan hanya posting gambar, kemudian caption-nya, 

 
“yuk yang mau beli buku saya silahkan DM ya.”



Orang-orang mana tertarik kalau  
marketingnya kaya gitu. Bahasanya kurang nendang.


Kamu harus sampaikan dalam promosi, 
alasan apa orang-orang harus, kudu, dan wajib beli buku kamu.


Apa yang akan kamu  
sampaikan, itu akan jadi pertimbangan mereka ingin membeli buku kita atau tidak. 


Mereka  
akan berpikir, “oh isi bukunya tentang itu, wah kayanya menarik.”

KEEMPAT: MENGULANG


Satu lagi cara kinerja otak adalah dengan mengulang. Makanya banyak sekali ustaz  
yang selalu bilang, Al-Qur’an itu tidak perlu dihafal.


Kamu cukup baca berulang-ulang nanti akan hafal dengan sendirinya. Begitu pun dengan guru-guru yang selalu menyarankan  
siswanya untuk belajar setiap hari walau sebentar. Jangan hanya ketika ujian saja

Karena   memang sistem kerja otak seperti itu, caranya dengan mengulang. 


Begitu pun dengan promosi buku. Kita harus terus mengulang apa yang kita  
promosikan.


Agar otak calon pembaca akan terdistraksi dengan judul buku kita. 


Agar judul  
buku kita terngiang-ngiang di kepala mereka. 


Sehingga, ketika yang awalnya mereka hanya  
mengabaikan posting-an kita, akhirnya mereka akan melirik, “ih, kenapa sih ini orang posting  
sesuatu yang sama terus setiap hari.”


Akhirnya dia akan penasaran dengan sendirinya. Semakin  
sering diulang, calon pembaca akan semakin ingat dengan karya kita. Sekalipun belum bisa  
membeli, setidaknya mereka sudah tahu kalau kita ini penulis dan kita ini punya karya dengan judul A.



Nanti, siapa  
tahu, kalau mereka ada rezeki, mereka akan langsung menghubungi kita.

KELIMA: PASTIKAN ORANG TERDEKAT BELI


Kenapa harus orang terdekat? Karena itu target termudah. Mereka kenal kita, tahu  
siapa kita, tahu perjalanan kita, perjuangan kita, dan sebagainya. 



Bagus atau tidak, menarik  
atau tidak, mereka pasti ada rasa tidak enak kalau tidak membelinya. 



Jadi, tawarkan saja secara  
personal ke mereka. Semoga ada jalan yan lapang ke depannya. 
Ketika mereka sudah beli, jangan dibuang gitu saja. 


Minta satu permohonan ke mereka,  
“Kalau sudah baca minta testimoninya ya.”



Minta mereka testimoni, sampaikan via chat, video, postingan di media sosial lebih bagus. Kalau sudah, kamu jadikan itu bahan promosi. 



Kamu bisa jadikan ini sebagai  
bahan untuk menerapkan plan keempat. Jadi, apa yang kamu posting bahannya tidak itu-itu  
terus. Tapi ada variasi. Salah satunya adalah testimoni dari orang-orang. Testimoni jugalah  
yang bisa meyakinkan orang-orang untuk beli buku kita.



Jadi, kalau ada kenalan beli buku kita, jangan diabaikan setelah membeli, tapi langsung minta testimoni kalau sudah selesai membaca.

KEENAM: POSTING SETIAP ADA YANG BELI


Kalau saya, setiap ada yang beli buku saya secara langsung, pasti bukunya saya tanda  
tangani, setelah itu saya beri quotes motivasi sedikit. Biasanya mereka request maunya quotes tentang apa.



Kemudian saya foto dan posting di media sosial. Itu sebagai tanda, selama promosi ada yang beli buku kita.


Agar orang-orang tahu,  
bahwa buku kita ini bagus, bermanfaat, laris, dan patut kamu beli.



Tahu dari mana? Ini buktinya  
sudah banyak yang beli dari status kamu yang selalu posting tanda tangan kamu setiap ada  
yang beli buku.



Sepele, tapi menurut saya ini berhasil. Bahkan setiap orang yang ingin beli buku saya, selalu request, “Kak Mahes jangan lupa kasih quotes juga.” 



Mungkin mereka penasaran, kalau mereka yang beli, saya akan kasih quotes seperti apa  
untuk mereka.



Akhirnya jadi ciri khas tersendiri bagi saya. Ketika menandatangani buku ada quotes yang ingin saya sampaikan ke pembaca.



Kalau Mas Ahmad Rifa’i Rif’an selalu  menuliskan kata “Semoga Berkah” dalam buku yang ditandatanganinya.

PLAN TERAKHIR: TARIK ORANG


Kalau kamu susah cari pembeli, coba tarik penulis. Penulis itu ‘kan pasti selalu menuntut dirinya untuk membaca setiap harinya.



Mereka pasti selalu menyisakan uang jajannya untuk membeli buku, ikut kelas nulis, dan sebagainya. 



Nah, coba kamu bisa incar  
mereka. Misalnya, buka kelas nulis gratis, cari komunitas dan tawarkan diri jadi pemateri, atau adakan bedah buku online. Isilah kelas nulis itu sesuai dengan kemampuan  
kamu. Dan isilah bedah buku online semaksimal mungkin.



Anggap saja sebagai pengabdian. Sebelum mengisi kelas, pasti kamu memperkenalkan  
diri dulu bukan?


Nah, di sana kamu bisa mempromosikan karya kamu secara tidak langsung.  




Kalau judulnya menarik, peserta pasti ada yang tertarik untuk membelinya. 




Selain itu, kamu bisa bedah buku online. Bahkan ini lebih enak daripada offline. Karena  
jangkauan audiens-nya lebih banyak daripada offline. Manfaatkan itu untuk promosi. Semoga  
dengan itu ada beberapa yang melirik karya kamu

Satu hal yang pasti, jatuh bangun dalam dunia kepenulisan itu wajar. 



Ada masa di mana  
buku kita laris.


Ada masa buku kita tidak laku.


Tapi jangan pernah berhenti berharap bahwa, di masa depan nanti akan ada waktu spesial yang Tuhan berikan kepada kita, yaitu buku kita Nasional Best Seller. Semoga tulisan ini bermanfaat.


Sekalipun belum bisa best seller, sekalipun yang beli sedikit, ingat ... siapa tahu yang sedikit itulah yang berubah karena tulisan kita


Terima kasih
Saya kembalikan ke moderator

Tuesday, January 5, 2021

Online atau Offline?

Bismillahirrahmanirrahim


Hari ini hari pertama kami mulai masuk sekolah. Meski siswa-siswi masih libur, guru-guru sudah masuk untuk persiapan PTM (pembelajaran tatap muka) dan raker (rapat kerja) semester 2. Tidak hanya sekolah kami, hampir semua sekolah di sini, guru-gurunya sudah masuk. Bahkan saat libur semester kemarin pun, banyak sekolah yang mengharuskan gurunya untuk masuk.


Pembelajaran semester 2 insyaaAllah akan dimulai pekan depan, tepatnya pada tanggal 11 Januari 2021. Namun demikian, kejelasan metode pembelajaran yang akan digunakan masih simpang-siur. Pasalnya, keputusan menteri pendidikan yang dirilis pada bulan Desember lalu tentang pelaksanaan PTM mulai Januari ini, ternyata berubah lagi. Baru-baru ini, Mas Menteri mengoreksi keputusan tersebut, terutama untuk siswa SD dan TK/Paud masih menggunakan sistem daring atau PJJ (pembelajaran jarak jauh).


Mengapa demikian? Menurut hemat saya, keputusan itu berubah karena kondisi dan situasi saat ini yang semakin mencemaskan. Penyebaran Covid-19 akhir-akhir ini bukannya menurun malah meningkat tajam. Bahkan sudah mulai menyebar ke desa-desa yang tadinya aman tenteram. Berdasarkan realita itulah, mungkin, keputusan untuk tatap muka jadi dikaji ulang.


Padahal, keputusan yang mengizinkan sekolah untuk melaksanakan PTM kami sambut dengan suka cita. Sebagai guru, kami pun kelelahan dengan model pembelajaran daring ini. Di samping, ada rasa kurang puas saat kami tidak bisa membimbing siswa secara optimal. Maka, PTM menjadi sesuatu yang dinanti-nanti. Namun, apakah penantian ini berujung seperti pungguk merindukan bulan?


Hari ini pula, tim gabungan dari Diknas (Dinas Pendidikan Nasional), Dinkes (Dinas Kesehatan), TNI, Polri, dan Satgas Covid-19 berkunjung ke sekolah. Mereka melakukan pengecekan terhadap kesiapan sekolah untuk mengadakan PTM. Beberapa di antara yang dicek adalah wastafel, ruang kelas, ruang isolasi, dan UKS (Unit Kesehatan Sekolah). Menurut mereka, secara fasilitas, sekolah kami sudah siap untuk melaksanakan PTM. Tetapi, tetap saja keputusan iya-tidaknya menunggu surat izin dari Bupati. Selain itu, pertimbangan kesiapan lingkungan juga menjadi salah satu hal penting yang harus dipertimbangkan.


Mendengar penjelasan itu, kami sempat ragu apakah pembelajaran offline bisa dilaksanakan. Mengingat bahwa lingkungan sekitar sekolah adalah perumahan yang penduduknya sebagian besar adalah karyawan pabrik sehingga banyak di antara mereka yang terpapar Covid-19. Dan, daerah kami pun bukan termasuk zona hijau yang menjadi syarat utama diizinkannya PTM. 


Namun demikian, sebagai guru, kami harus siap dengan segala kemungkinan. Online atau Offline, kami harus tetap menyiapkan materi pembelajaran semenarik mungkin dan seefektif mungkin. Bila nanti PTM dilaksanakan, kami pun sudah menyiapkan skenario terbaiknya. Ternyata, PTM lebih berat daripada PJJ. Karena PTM banyak syarat yang harus diperhatikan dan ada beberapa siswa yang tidak diizinkan oleh orang tuanya. Sehingga, apabila PTM berjalan, guru harus mengajar baik online maupun offline. Tak terbayang roaming-nya. 


Ya, sebagai muslim, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam telah mencontohkan, apapun keadaannya tetap kita syukuri. Sesuatu yang baik dan menyenangkan kita syukuri, dan bila itu tidak membuat kita nyaman, cukup kita bersabar menghadapinya. Selesai. Jalani saja skenario yang telah Allah pilihkan untuk kita. Meski secara mata kita yang lemah, PTM itu baik, belum tentu begitu menurut Allah. Begitu pun sebaliknya.


Antara online dan offline, semua mengandung dampak baik dan buruk. Online membuat anak kecanduan gadget dan malah tidak bisa mengisi waktu dengan baik. Offline membuat kesehatan kita terancam oleh sesuatu yang kasat mata. 


Laa haula wa laa quwwata illaa billaah.
Hasbunallah wa ni'mal wakil.
Hanya kepada-Mu kami memohon petunjuk dan pertolongan-Mu, ya Rabb.



Sunday, January 3, 2021

Review "Api Tauhid"


Bismillaah


Judul: Api Tauhid
Penulis: Habiburrahman El Shirazy
Penerbit: Republika
Cetakan: Februari 2020
ISBN: 978-602-8997-95-9
Tebal buku: 588 halaman


"Kita harus ikhtiar untuk memperoleh kehidupan yang abadi di alam fana ini. Duduk dengan nyaman dan meminta surga itu tidak mungkin! Aku tidak seberani itu meminta surga dengan duduk nyaman." (hal. 547)


Demikian tutur Badiuzzaman Said Nursi saat diingatkan muridnya agar berdoa dengan posisi nyaman. Beliau biasa berdoa dalam posisi berlutut dan tangan menengadah ke langit selama berjam-jam sehingga lutut dan jari-jari kakinya menjadi kasar.


MasyaAllah, sungguh pribadi yang santun dan tawadhu. Sementara banyak orang yang berdoa dengan posisi semaunya sendiri, bahkan seperti tidak menghargai Allah sebagai Dzat Maha Pengabul doa. 


Itulah Badiuzzaman Said Nursi, salah seorang tokoh ulama yang dibicarakan dan dibahas dalam novel ini. Ulama Turki ini, memiliki akhlak yang luar biasa lembut dan sangat menghargai orang lain. Bahkan kepada orang-orang yang akan menjebloskannya ke dalam penjara.


Di sisi lain, beliau adalah seorang ksatria yang tak takut mati. Prinsipnya, kematian sudah ditentukan oleh Allah. Dalam keadaan apapun, kematian bisa datang sewaktu-waktu. Kematian datang bukan karena peluru atau senjata tajam musuh, tetapi karena Allah sudah berkehendak mengambil nyawa kita.


Berdasarkan prinsip itulah, beliau maju ke medan perang tanpa rasa takut dan gentar sedikit pun. Di saat para prajurit menyerang musuh dengan berlindung di parit atau di balik pepohonan, beliau justru dengan gagahnya memacu kudanya menghampiri musuh. Dan, beliau selalu selamat dalam setiap peperangan. Meninggalnya pun bukan di medan laga.


Karena keberaniannya itu, beliau sangat disegani kawan maupun lawan. Berbagai macam tipu daya dan upaya yang dilakukan lawan tak berhasil memudarkan keberaniannya. Terutama dalam membela yang haq dan menentang kebatilan. 


Hebatnya Badiuzzaman Said Nursi, beliau tidak hanya lihai berperang, namun juga pakar dalam ilmu keislaman dan modern. Pada usia 15 tahun, beliau berhasil menghafal 80 kitab hanya dalam waktu delapan bulan. MasyaAllah tabarakallah.


Selain menguasai kitab, beliau pun menguasai ilmu pengetahuan umum. Kemampuannya ini sudah diuji oleh semua kalangan, baik dari para ulama maupun cendikiawan. Dan, mereka semua mengakui kehebatannya. Salah satu slogan beliau -karena selalu diajak dan diundang berdebat- "Di sini semua pertanyaan dijawab dan tidak ada pertanyaan yang diajukan". Artinya, beliau bersedia menjawab semua pertanyaan dan tidak akan memberikan pertanyaan balik kepada para penanyanya. Beliau dengan senang hati diuji oleh orang lain, tetapi beliau tidak mau menguji orang lain.



Karena keluasan ilmunya itulah, beliau menyarankan kepada pemerintah waktu itu agar memberikan pelajaran yang seimbang di sekolah-sekolah. Anak-anak harus belajar agama Islam juga selain belajar ilmu modern yang waktu itu berkiblat ke Eropa.

Menurut beliau, 

"Agama adalah penerang hati, sedangkan ilmu pengetahuan peradaban adalah penerang akal." (hal. 305)


Untuk itulah beliau berjuang sekuat tenaga agar sarannya diterima oleh pemerintah. Bagaimana hasilnya?


Novel sejarah ini ditulis begitu indahnya oleh Kang Abik. Meski seperti diselipkan di antara cerita utama tentang kisah cinta, justru kisah ini yang justru mendominasi panggung cerita. Jadilah kita membaca sejarah dengan sangat enjoy karena dikemas sedemikian rupa sehingga tidak membosankan. 


Bagi saya, buku ini sangat bermanfaat dan sangat menambah ilmu dan wawasan pengetahuan saya tentang sejarah Badiuzzaman Said Nursi, tentang Turki, juga tentang nilai-nilai Islam yang tercermin dari perilaku sang ulama maupun tokoh-tokoh pemuda yang menjadi thulabun nur. 





Saturday, January 2, 2021

Bila Si Kecil Sakit

Bismillahirrahmanirrahim


Beberapa bulan yang lalu, anak ketiga dan keempat sakit bergantian. Alhamdulillaah, dengan doa dan pengobatan herbal di rumah, mereka sembuh seperti sedia kala, biidznillah. Tidak perlu ke dokter apalagi ke rumah sakit.


Ya, di zaman pandemi seperti ini, rumah sakit merupakan salah satu tempat yang sebisa mungkin tidak dikunjungi. Kami berdoa dan memohon kepada Allah, agar selalu diberikan kesehatan sehingga tidak perlu ke rumah sakit. Aamiin yaa rabbal'aalamiin. Bahkan, ketika sakit gigi pun, kami berusaha mengobati sendiri. Dokter, klinik, dan rumah sakit benar-benar harus dihindari. Alhamdulillaah, sampai saat ini, so far so good.


Kini, anak bungsu yang biasanya ceria dan memeriahkan suasana rumah, sakit panas dan pusing. Awalnya, dia mengeluh ada benjolan di lehernya dan nyeri. Sekarang, mungkin pasukan antibodi tubuhnya sedang berjuang melawan penyakit sehingga badannya pun demam.


Dia yang biasanya lincah, kejar-kejaran dengan kakaknya dan kucingnya, beberes rumah, kini terbaring lesu dan lemas. Kadang terdengar rintihannya menahan sakit. Sang kakak yang setia menemani berbisik penuh sayang, "Sabar Dik. Banyak inget Allah, ya!" Meleleh hati ini mendengarnya, meski sudah pura-pura tidak mendengar.


Sebenarnya, sebagai ibu, saya sangat khawatir dengan benjolan itu. Apalagi sampai membuatnya demam. Meski demamnya tidak tinggi, alhamdulillaah, tetap saja mengkhawatirkan. Namun demikian, kami pun masih belum berani ke rumah sakit. 


Sementara, hanya habbatussauda dan kurma yang menjadi suplemennya. Di samping kompres dan sedikit pijat ala-ala emak. Ya, saya biasa memijat anak-anak kalau mereka sakit. Alhamdulillaah, sakitnya jadi tidak lama. Mungkin mereka sebenarnya rindu sentuhan uminya🤭.



Tanya Jawab Seputar Editing

Bismillahirrahmanirrahim

Berikut rangkuman tanya jawab peserta dengan Kak Jarwati.



1. Keterbacaan (readablity) dan kejelasan (legibility) dari segi tipografi.

Readability dipengaruhi oleh jenis huruf, ukuran huruf, pengaturan spasi, penggunaan warna. Banyak sekali font yang tampaknya indah tetapi, cukup menyulitkan mata saat dibaca. Sedangkan legibility pada suatu teks dipengaruhi pada tingkat kemudahan mata mengenali suatu karakter / rupa huruf / tulisan tanpa harus bersusah payah. Hal ini bisa ditentukan oleh: Kerumitan desain huruf, seperti penggunaan siripan, kontras goresan, dan sebagainya.

Fokus ini biasa dilakukan setelah naskah di tahap layout.


2. Apakah editor dapat menambah kalimat bila di rasa masih kaku atau kurang improv sehingga menjadi lebih banyak halamannya

Dalam kode etik naskah disebutkan editor mencari informasi tentang penulis naskah yang akan disunting, maksudnya apakah penulis yang pemula masuk penerbit/ tidak terkenal kemungkinannya kecil untuk disunting naskahnya?

***
- Kalau nambah kalimat yang sampai membuat halaman lebih banyak harus didiskusikan dengan penulis ya, Kak. Karena bisa jadi editor ini nambah "sendiri" isi/konten dari penulis. Kakunya kalimat bisa jadi karena pemilihan diksi yang kurang tepat.

- Maksudnya mencari informasi penulis dari naskah yang disunting ini adalah untuk mengetahui latar belakang penulis. Bisa jadi profesi A akan berbeda cara pandangnya dengan penulis yang berprofesi B. Untuk penulis pemula pun editor akan mencari informasi baik dari CV yang diberikan penulis atau media sosial yang diberikan penulis di CV agar editor memahami cara pandang dan pemikiran penulis terhadap naskah yang dieditnya. Karena bisa jadi, cara pandang editor dan penulis berbeda karena beberapa faktor; usia, profesi, pengalaman hidup, dll.


3. Pernahkah menghadapi naskah yang beberapa hal di dalamnya bukanlah bidang yang dikuasai editor? Kalau pernah, apakah mendiskusikan dengan editor lain atau mencari ahli di bidangnya?

***
Kebetulan kami di redaksi sudah dibagi ke dalam beberapa tim, misalnya tim naskah parenting, bisnis, humaniora, agama, anak dll. 

Jika ada 1 editor yang kurang paham tentang suatu tema/ pemahaman tertentu yang kurang dikuasai tentu kami akan diskusi dengan editor lain yang dianggap lebih mengerti. Pun, kami sering sharing antartim dan anterredaksi. Misalnya, redaksi bisnis ingin menerbitkan buku terkait saham syariah biasanya akan minta pendapat dari tim/redaksi Quanta. Begitu pun jika tim Quanta ingin menerbitkan buku yang berilustrasi, bisa jadi kami minta tolong redaksi anak untuk dicarikan ilustrasi yang biasanya menangani ilustrasi di red. anak, dan lain sebagainya.

Kami, per redaksi/ tim tetap menerbitkan buku yang sesuai dengan tim kami, hanya saja jika ada irisan-irisan seperti di atas tentu kami akan diskusikan dengan redaksi lain.


4. Kalau untuk naskah nonfiksi, seberapa banyak testimoni yang harus kita berikan? Untuk prolog dan epilog apakah wajib juga? Untuk fiksi apa juga harus pakai testimoni, Kak?

5. Apakah saat naskah masuk ke email penerbit, editor akan mengecek akun media sosial penulis untuk memastikan personal branding-nya, Kak? 


***
- Testimoni ini sebenarnya nggak wajib, hanya saja jika ditambahkan jauh lebih baik. Testimoni gunanya agar redaksi juga tahu pendapat pembaca seperti apa. Sering kali nama pemberi testimoni menjadi nilai plus pada naskah, misalnya pemberi testimoni ini adalah orang yang memang punya "nama" atau orang yang kompeten dalam bidang yang penulis bahas. 

Naskah fiksi banyak juga yang pakai testimoni, Kak. Jika penulis sudah menulis naskahnya di Wattpad, misalnya komentar dari pada pembaca bisa juga dilampirkan.

- Apakah saat naskah masuk ke email penerbit, editor akan mengecek medsos penulis? Jawabannya kebanyakan iya. Bahkan sekarang HRD di sebuah perusahaan juga menggunakan media sosial untuk mengetahui karakter pelamar kerja.

6. Menentukan judul itu diawal atau bisa setelah tulisan kita selesai? 

Boleh dong kak dikasih contohnya gimana judul yang "menggigit".
Rumusnya gitu.

***

Bisa di awal, bisa di akhir, yang penting alurnya jelas, kerangka pikirnya sudah ada, dan penulis tahu naskahnya mau dibawa ke mana. Di awal saat menulis, usahakan sudah memiliki judul "kasarnya" seperti apa. Sembari menulis, jika terlintas judul-judul lain silakan dicatat. Tentukan tujuan utama dari naskah tsb lalu pikirkan berbagai judul yang mampu merepresentasikan topik atau emosi utama buku Anda. 

Contoh judul:
- berdasarkan kutipan, misalnya Man Shabara Zhafira
- berdasarkan nama karakter, misalnya Malin Kundang, Siti Nurbaya, Harry Potter
- berdasarkan setting cerita, misalnya Ranah 3 Warna, Winter in Tokyo, dll
- pilih judul yang misterius atau puitis, misalnya Supernova: Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh; Kau, Aku, dan KUA; Kau, Aku, dan Sepucuk Angpao Merah, dll
- amati judul lain yang serupa dengan naskah milikmu
- judul yang seimbang antara jelas dan misterius, maksudnya gk abu-abu banget. Jika naskah nonfiksi biasanya lebih mengutamakan kejelasan isi/topik yang dibahas, tetapi jika fiksi masih menyimpan kerahasiaan. 
Contoh:
Nonfiksi: 
- Beauty Undercover for Muslimah (subjudul: Rahasia Perawatan Kecantikan dan Penampilan Muslimah Modern)
- Belajar Saham untuk Pemula
- Menghafal Al-Qur'an dengan Otak Kanan

Fiksi:
- Hijab for Sister
- Teman tapi Menikah


7. Cerita yang bikin betah editor itu seperti apa? Karena kadang merasa sulit mendapat feel cerita saat awal menulis. Padahal yanv dilihat 5-10 halaman pertama

***
Pertama, kerapian naskah. Apakah naskah yang dikirim sesuai format apa belum? Margin, font, ukuran fontnya yang standar aja, Kak nggak usah pakai font yang aneh-aneh dulu.

Kemudian, tentu penempatan kalimat per kalimatnya tidak berbelit-belit, misalnya puitis pun nggak berlebih. Jika bentuknya fiksi jangan dibuat kalimat yang berbelit-belit. Penulis dapat langsung menggambarkan tokoh atau setting tempat cerita. Sisipkan warna rambut, jenis kulit, dll nya nanti untuk "bumbu"
Jika nonfiksi buat daftar isi, bab per babnya ini runut dan detail.

Buat pembaca penasaran di setiap babnya. 

Tidak terlalu banyak typo.


8. Sinopsis adalah suatu ringkasan cerita atau bentuk pemendekan suatu naskah yang tetap memperhatikan unsur-unsur instrinsiknya seperti tokoh dan penokohan, alur, amanat, gaya bahasa, dll. Dalam sinopsis, keindahan gaya bahasa, iliustrasi, dan penjelasan-penjelasan dihilangkan tetapi tetap mempertahankan isi dan gagasan umum pengarangnya.
Letaknya dalam novel cerpen  di mana kak?
Apakah dalam puisi jg ad?
Apakah ada hubungan antara sinopsis dgn prolog epilog dan testimoni?

***
Sinopsis dalam novel dan cerpen biasanya harus memuat tokoh, alur, setting tempat/waktu/keadaan, konflik, dan penyelesaian. Intinya perkenalan, klimaks, dan antiklimaksnya ada.

Jika naskah adalah puisi, sinopsis yang ditampilkan adalah tema puisi, makna, penjelasan ttg gaya bahasa yang digunakan, tipografi (jika ada), dan beri contoh 1 puisi kemudian uraikan penjelasannya. 

Prolog terletak di awal cerita atau awal naskah sebagai pengantar. Prolog bisa berupa  pembukaan sebelum masuk ke cerita, bisa berupa penulis yang seolah-olah berbicara kepada pembaca tentang buku yang akan dibacanya. Intinya, prolog disusun bertujuan untuk membangkitkan minat pemebaca terhadap isi dalam sebuah tulisan(Novel), atau minat penonton (jika dalam sebuah pertunjukan drama/teater)

Epilog bisa berupa sekuel cerita yang belum tidak diperhatikan pembaca. Misalnya, cerita setelah tokoh pertama happy ending, lalu ngapain?

Atau umumnya epilog berisi  amanat, atau kesimpulan dan pelajaran yang bisa diambil dari cerita tersebut.

Testimoni ini di luar ucapan dari pembaca yang sudah membaca naskah penulis, biasanya dari tokoh-tokoh yang kompeten di bidangnya. 

Jadi hubungannya sinopsis, prolog, epilog jelas menguatkan isi/konten naskah. Mereka membuat editor/redaksi lebih mudah memahami alur dan isi yang akan dibahas penulis. Sedangkan testimoni menjadi unsur di luar isi/konten yang akan menguatkan redaksi dalam penilaian naskah.


9. Jangan kirim satu naskah ke dua penerbit. Terkait ini adakah kurun waktu (prediksi) yang efisien berapa lama kita harus menunggu naskah yang sudah di kirim ke penerbit? Agar segera bisa kita kirimkan ke penerbit yang lain. 

Terkait mempercantik tulisan. Adakah kemungkinan naskah di minati penerbit untuk di pinang, tapi ada catatan penting yang harus di ubah (revisi) sekitar 50 persen, bahkan lebih dari editor penerbit terkait.

***
Biasanya kurun waktu di penerbit A dalam proses review itu 2-4 bulan, Kak. Jika belum ada respons dan jawaban, penulis boleh menarik naskahnya untuk dikirim ke penerbit lain. Tentu dengan email atau surat yang mengatakan naskah ditarik dan dikirimkan ke pererbit lain.

Adakah naskah diminati penerbit untuk dipinang, tetapi ada revisi 50% bahkan lebih? Kalau revisi 50% atau lebih rasa-rasanya minim sekali dilakukan redaksi, kecuali ada penambahan bab/ pengurangan bab agar lebih praktis dll yang artinya bukan revisi dalam hal ini perombakan lebih dari 50% atau lebih ya.


10. Salah satu cara agar naskah dilirik editor ialah kelengkapan diri dalam hal ini yakni Personal branding. 
Bagaimana dengan orang yang baru saja menulis? Belum memiliki tulisan sebelumnya. Namanya belum dikenal orang-orang.
Bagaimana agar personal brandingnya bisa menarik editor? 


☕️ Untuk teknik penulis pakai 3W +1 H ya. Umumnya kan 4 W 1H: Who, What, Why, Where & How. Apakah 4W 1 H masih dapat dipakai?

***
Personal branding tentu bisa dibangun, Kak. Jika penulis pemula, di zaman sekarang orang lebih gampang melalukan personal branding melalui media sosialnya, sebut saja IG. Kita bisa mengupload tulisan-tulisan kita di sana. Selain itu, tulisan bisa diupload jg melalui blog atau Wattpad.

Langkah-langkah agar tulisan dapat "selesai", salah satunya 3W+1H, kenapa gk 4W+1H atau 5W+1H (What, Who, Where, When, Why, How)? Karena:
- WHO (KAMU SENDIRI, PENULISNYA) 
- WHERE (DI MANA PUN ASAL KAMU NYAMAN MENULIS)
- WHEN (SAAT INI JUGA, JANGAN NUNGGU WAKTU LUANG)

-  Why menjelaskan latar belakang, alasan naskah itu ditulis, dan masalah apa yang ingin diselesaikan.
-  What menjelaskan solusi apa yang akan dibahas dalam buku untuk menyelesaikan masalah tersebut.
-  What If menjelaskan dampak apa yang akan dirasakan pembaca bila mengikuti atau tidak mengikuti saran yang ada dalam buku tersebut.
-  How menjelaskan bagaimana pembaca dapat menerapkan solusi dalam kehidupan sehari-hari.


11. Buku yang bergambar, berilustrasi, ada box quote ternyata itu semua dari para penulis ya Kak?


12. Ketika ide dan tema kita sama dengan tulisan lain, berarti kita harus cari pembeda/keunggulan.
Contoh pembeda dan keunggulan yang bisa kita buat gimana kak?


***
- Tidak juga, Kak. Namun, penulis bisa menentukan di awal baiknya bukunya nanti jika terbit bergambar seperti apa atau berilustrasi dll. Pun nanti jika editor memberikan masukan ada ilustrasi, biasanya ditanyakan ke penulis lagi. Jika penulis punya teman/rekan seorang ilustrator bisa sangat membantu, jika tidak penerbit yang akan mencarikan. Untuk box quote atau tambahan ornamen lain, baik kalimat yang dibold atau dimiringkan atau ukuran font yang lebih besar di bagian quote ini sifatnya adalah mempercantik naskah yang dikirimkan.

- Cari pembeda bisa dari bab-bab yang kita tuliskan, referensi tambahan, contoh kasus yang berbeda, sudut pandang yang berbeda. Jika naskah nonfiksi tentu akan berbeda cara penulisan, pendapat/pemikiran penulis, lebih detail disertai contoh dll


13. Ketika kita sudah membuat outline, tiba-tiba terlintas ide lain di luar draft yang sudah dibuat. Apakah kita perlu tetap fokus dengan outline yang sudah ada atau bolehkah kita merubahnya sedikit ketika ide baru itu muncul? Dan Bagaimana cara membuat outline yang menarik ?

14. Judul yang menggigit berbeda dengan judul yang kontroversi. Pikirkan berulang kali sebelum membuat judul kontroversi. Nah, Kak apa ada konsekuensinya jika judul kontroversi?
Setahu saya saat ini, kan, justru judul yang kontroversi yang bisa membuat pembaca penasaran.
(Sama dengan pertanyaan Hendrini-Kelompok 4 tentang judul novel yang menarik)

***
- Boleh-boleh saja menambah ide yang tiba2 muncul seiring berjalannya waktu. Penulis membuat outline supaya tulisannya tidak melebar ke mana-mana.

Cara buat outiline:
- tentukan tema/topik bahasan
- tulis semua ide yang muncul di kepala, lalu seleksi
- buat daftar isi lalu kembangkan (bisa menjadi sub bab- sub bab)

Jika bentuk fiksi novel/cerpen setelah menentukan tema/topik, buat semacam mainmap ide-ide yang muncul lalu seleksi, buat alur ceritanya secara global dari perkenalan (tokoh, setting dll), klimaks, dan antiklimaksnya. Kemudian kembangkan adegan per adegan. Jika nanti ide muncul tiba-tiba usahakan tidak melenceng jauh dari outline yang dibuat.

- Judul kontroversi yang dimaksud yang dapat memicu pertikaian, perpecahan, atau bertolak belakang dari norma yang ada.


15. Kak bagaimana cara membuat paragraf awal bab yang membuat pembaca jatuh cinta dan ingin melanjutkan membaca naskah kita?


***
cara membuat awal cerita menarik di antaranya bisa dimulai dari ceritakan momen penting, karakter tokoh, konflik, atau sentuhan emosi.

Contoh: Idulfitri. Inilah momentum anugerah tertinggi. Inilah kondisi kebahagiaan teragung. Inilah situasi karamah, kemuliaan, yang paling menggiurkan. (Idulfitri: "Sungkem" ke Pangkuan "Ibu Quran" dalam buku Anggukan Ritmis Kaki Kiai karya Emha Ainun Najib)

Qorin salah satu komandan bala tentara Jepang yang kejam. Sosok yang digambarkan ini memiliki energi negatif yang mengakibatkan mual, pusing, bahkan gejala-gejala lain yang susah dijelaskan dengan nalar. Ada baiknya jangan dilihat terlalu lama. (Matsumoto dalam buku Kisah Tanah Jawa Jagat Lelembut )


16. Tolong dijelaskan lebih detil tentang cara menyusun outline yang baik dan benar?

***

Cara buat outiline:
- tentukan tema/topik bahasan
- tulis semua ide yang muncul di kepala, lalu seleksi
- buat daftar isi lalu kembangkan (bisa menjadi sub bab- sub bab)

Jika bentuk fiksi novel/cerpen setelah menentukan tema/topik, buat semacam mainmap ide-ide yang muncul lalu seleksi, buat alur ceritanya secara global dari perkenalan (tokoh, karakter, setting dll), klimaks, dan antiklimaksnya. Kemudian kembangkan adegan per adegan. Jika nanti ide muncul tiba-tiba usahakan tidak melenceng jauh dari outline yang dibuat.

Rajin baca buku untuk menambah wawasan, jangan hanya baca status teman.

Editing (3)

Bismillaah


Jika kamu pernah merasa buntu ide dalam menulis, jelas kamu butuh istirahat sejenak.

Jika kamu cepat bosan dan pengin beralih ide, jelas kamu butuh membaca lebih banyak buku.

“Penulis yang baik adalah penulis yang menyelesaikan tulisannya.” (anonym)


Channel Kelas Ngedit Naskah KMO Indonesia Batch 5:
Langkah-langkah agar tulisanmu “selesai” ialah:

1.  Kumpulkan bahan tulisan
2.  Buat outline yang benar
3.  Pahami teknik 3W + 1H
4.  Pikirkan judul dan alur yang pas
5.  Kemas tulisan agar memiliki daya pikat
6.  Miliki mentor
7.  Keraslah pada diri sendiri

1.  Kumpulkan bahan tulisan
Seperti halnya saat teman-teman membuat makalah atau skripsi, maka teman-teman juga harus mengumpulkan bahan-bahan dari banyak sumber yang terpercaya terkait tema, pembahasan, atau cerita yang ingin teman-teman tulis. Gunakan metode wawancara, pengamatan, studi pustaka, atau gabungan ketiga cara tersebut.

2.  Buat outline yang benar
Mengapa penulis harus bikin outline yang benar? 

Supaya penulis tidak kehilangan alur dalam menulis. Tidak adanya outline yang jelas seringkali menyebabkan naskah yang kita tulis terus ditambah A, B, C, D dan ini itu yang pada akhirnya naskahnya menjadi tidak berujung yang akhirnya tidak jadi–jadi.

3.  Pahami Teknik 3W + 1H
-  Why menjelaskan latar belakang, alasan naskah itu ditulis, dan masalah apa yang ingin diselesaikan.
-  What menjelaskan solusi apa yang akan dibahas dalam buku untuk menyelesaikan masalah tersebut.
-  What If menjelaskan dampak apa yang akan dirasakan pembaca bila mengikuti atau tidak mengikuti saran yang ada dalam buku tersebut.
-  How menjelaskan bagaimana pembaca dapat menerapkan solusi dalam kehidupan sehari-hari.

Bagaimana jika naskah berbentuk puisi?

Teman-teman, jelas puisi memiliki unsur-unsur yang membangun di dalamnya, tapi bukankah selain keindahan setiap puisi menyimpan makna sendiri dari penyairnya? Setiap puisi lama atau baru (red: puisi lama seperti pantun, gurindam, syair dan puisi baru) menyimpan makna dan maksud sendiri dari sisi penulisnya.

Jadi sama saja ya. Pahami juga 3W+1H

4.  Pikirkan judul dan alur yang pas
Sehebat apa pun materi yang disajikan, jika penataan bahasanya kurang oke dalam artian tidak memenuhi kaidah-kaidah, naskah tersebut akan menjadi tidak menarik. Oleh karena itu, bahasa perlu diolah sedemikian rupa agar ketika naskah dibaca, terasa enak, mengalir, mudah dicerna, dan mengasyikkan, serta merangsang nalar.

Bagaimana caranya?
-  Sususan kalimat harus logis. Pilih kata sambung yang sesuai. Perhatikan juga koherensi dan komposisn/susunan kalimatnya.
-  Gunakan diksi yang indah dan menggairahkan. Hal ini berlaku pada jenis naskah apa saja, terutama novel. Pada novel penulis, diwajibkan memilih susunan kata yang menarik dan membuat pembaca penasaran. Kata per kata perlu diperhatikan agar pembaca masuk ke dalam cerita.

5.  Kemas tulisan agar memiliki daya pikat
Buku yang memikat banyak ditentukan oleh tampilan layout dan cover juga. Namun, sebelum itu penulis juga bisa menarik penerbit dengan judul yang “menggigit”. Judul biasanya terdiri dari 2-6 kata. Tidak terlalu pendek dan tidak terlalu panjang juga.

Judul yang “menggigit” berbeda dengan yang “kontroversi”. Pikirkan berulang kali sebeluat membuat judul yang kontroversi.

Tip selain judul agar naskah memiliki daya pikat di mata editor, yaitu:

-  Beri alternative judul lain (bisa 2-3 alternatif)
-  Tambahkan subjudul
-  Berikan kutipan-kutipan, quote, ayat dari kitab suci, atau pesan moral setelah subbab
-  Highlight, tulis tebal, atau buat test box di pojok atas atau bawah kalimat-kalimat yang akan “menggugah” pembaca
-  Tambahkan ilustrasi atau gambar di setiap bab pembahasan

6.  Miliki mentor (dan teman seperjuangan)
Seperti saat menulis skripsi, teman-teman lebih enak saat memiliki dosen pembimbing yang mengarahkan dan memberi masukan saat buntu ide. Pun saat teman-teman diberi tugas membuat paper atau makalah. Tentu lebih enak jika ada teman yang diajak diskusi. Mempunyai teman seperjuangan juga diperlukan agar sama-sama mengingatkan pada tujuan.

Selalu sediakan ruang untuk menulis dan membaca setiap hari karena mau menjadi editor atau penulis kuncinya harus BETAH MEMBACA.

Jika ingin tulisanmu “selesai” maka sediakan waktu setiap hari untuk menulis. Menulis setiap hari bukan berarti sehari harus menulis berpuluh-puluh halaman, tetapi untuk menjaga komitmen bahwa setiap hari naskah buku kita harus memiliki kemajuan.

“Luangkanlah waktu untuk menulis, bukan hanya menulis di waktu luang.”

7.  Keraslah pada diri sendiri

-  Buat jadwal atau deadline untuk tulisanmu. 
Kadang seseorang butuh rasa “tertekan” untuk menyelesaikan suatu hal. Maka dari itu, buat dirimu dalam risiko ini. 

-  Jangan kosongkan sumur
Tip dari Ernest Hemingway, yaitu seorang penulis kreatif jangan sampai mengosongkan sumurnya. Maksudnya adalah ketika menulis, otak kita seperti sumur inspirasi yang terus kita timba untuk menghasilkan tulisan-tulisan.

Rasa bosan, jenuh, kesal tulisan nggak selesai-selesai atau menemui jalan buntu pasti akan terjadi. Namun, sekali lagi ingat bahwa “PENULIS YANG BAIK IALAH YANG MENYELESAIKAN TULISANNYA”

Jika teman-teman menemui kebuntuan ide, istirahatlah. Lakukan aktivitas lain, seperti membaca untuk menemukan ide-ide baru.


Editing (2)

Bismillaah



1.  Kerapian naskah meliputi:

a.  format tulisan
Anda harus memperhatikan peraturan format tulisan pada setiap penerbit. Biasanya penerbit minta naskah diketik dengan huruf Times New Roman atau Calibri dengan ukuran huruf 11pt atau 12pt. Margin gunakan by default alias Anda tak perlu utak-utik Page Setup lagi. Sebaiknya seorang penulis harus memahami format tulisan di tiap-tiap penerbit.

b.  ketelitian tulisan
Pastikan tulisan Anda benar-benar terhindar dari typo atau kesalahan lainnya saat akan mengirimkan naskah ke penerbit. Banyak penulis yang salah menuliskan kata bahasa Indonesia, tidak bisa membedakan di- sebagai preposisi dan di- sebagai imbuhan, atau tidak bisa memberikan imbuhan yang tepat untuk sebuah kata. Oleh karena itu jangan malas melakukan self editing.

Mulai dari mana untuk self editing? 

-  Jangan menulis sambil mengedit. Saat menulis, tulis saja apa yang ada di kepalamu.
-  Jika naskah sudah selesai ambil jeda 2-3 hari. Lalu baca lagi naskah teman-teman, posisikan sebagai pembaca juga ya. Jika teman-teman menemui kalimat yang dirasa ambigu dan kurang efisien, baca lagi. 
-  Kalau dirasa belum menemukan kalimat yang cocok, coba berilah tanda/ warna pada naskah tersebut. 
-  Perhatikan ide pokok setiap paragrafnya
-  Revisi kalimat-kalimat yang dirasa terlalu panjang. Perhatikan dari hal-hal sederhana seperti penggunaan ejaan, tanda baca dan susunan kalimatnya. Kuncinya jangan malas membaca 😊
-  Jika ada kata yang lebih baik diganti dengan kata lain, editlah. Hindari diski yang berulang.
-  Hindari kalimat-kalimat yang mengandung unsur SARA, menjelekkan pihak lain, mengadu domba, dll. Jika kamu terpaksa harus membahas ‘itu’, coba diskusikan dengan pihak lain.
-  Jangan lupa cantumkan daftar pustaka untuk naskah nonfiksimu.


Channel Kelas Ngedit Naskah KMO Indonesia Batch 5:
2.  Cerita yang ‘bikin betah’
Editor akan melihat naskah yang masuk dari kerapian naskahnya dahulu, kemudian akan membaca 5-10 halaman pertama. Pada tahap ini biasanya naskah tidak hanya dibaca oleh satu editor saja, tapi juga ada beberapa editor lain. Hal tersebut dilakukan untuk mencari second opinion kelayakan terbit.

Lalu bagaimana nasib naskah jika 5-10 halaman pertama saja sudah bikin bosan? 🙀

3.  Sinopsis lengkap
Sinopsis yang dimaksud bukan seperti yang ada di cover belakang buku yang sudah terbit, melainkan ringkasan cerita secara menyeluruh.

4.  Kelengkapan data diri
Kelengkapan data diri tidak hanya sekadar nama, alamat, email, nomor HP, KTP, NPWP dan nomor rekening saja ✌️, personal branding juga penting ya.

Personal branding penting dilakukan agar penerbit mengetahui bahwa kamu memiliki karya atau prestasi yang membanggakan dan namamu sudah dikenal oleh masyarakat.
-  Jika kamu seorang blogger berikan situs Blog-mu, pesan dalam setiap tulisanmu, dan jumlah pembacanya.
-  Jika kamu Youtuber, informasikan channel Youtube, pesan dari video yang kamu buat, dan jumlah pengikut channel-mu (subscriber).
-  Jika kamu suka menulis di Wattpad, maka informasikan nama penamu dan judul tulisanmu.
-  Selain itu, kamu bisa melampirkan pengalaman yang berkaitan dengan tema tulisan atau prestasi lain, misalnya menulis cerita pendek (cerpen), puisi, atau novel skala nasional.

5.  Alasan naskah layak terbit
Misalnya naskahmu berdasarkan riset yang telah kamu lakukan selama 1 – 2 thn terhadap suatu wilayah atau naskahmu mengangkat kehidupan seorang tokoh. Bisa juga dengan alasan naskahmu mendapat respons yang positif dari para pembaca saat cuplikan isinya kamu posting di medsos, naskahmu berbeda dan idenya fresh (kemukakanlah).

6.  Keunggulan naskah
Kamu harus memastkan bahwa naskah yang diajukan ke penerbit adalah hasil orisinal ide dan tulisanmu sendiri. Oleh karena itu, cari tahu apakah tulisanmu itu sama dengan orang lain dengan cara mencarinya di Google atau toko buku untuk memastikannya. Jika kamu menulis tema atau pembahasan yang sama dengan orang lain, maka kemukakanlah perbedaan dan keunggulan tulisanmu dibandingkan tulisan yang lain.

7.  Testimoni
Agar naskah bukumu terlihat semakin bernilai lebih dan menjual di mata penerbit, usahakan kamu mendapatkan Prolog, Epilog, dan Testimoni dari seorang ahli atau tokoh ternama. Proses ini cukup sulit karena kita meminta kesediaan waktu beliau untuk membaca naskah dan bersedia memberikan sesuatu yang kita harapkan.

8.  Promosi buku dan sasaran pembaca
Sebagai seorang penulis tentu redaksi dan penerbit berharap kamu turut melakukan promosi di channel media sosial atau lingkunganmu. Pun penulis juga harus mengetahui dengan jelas sasaran pembacanya.

9.  Kirim ke penerbit yang sesuai
Pastikan penerbit yang kamu kirimi naskah itu sudah sesuai dengan genre naskahmu. Bagaimana caranya? Tentu kamu harus mengikuti buku-buku terbitan dari penerbit yang kamu incar. 

Yakin sudah mengenal penerbit yang kalian incar? 🤗