Beberapa bulan yang lalu, anak ketiga dan keempat sakit bergantian. Alhamdulillaah, dengan doa dan pengobatan herbal di rumah, mereka sembuh seperti sedia kala, biidznillah. Tidak perlu ke dokter apalagi ke rumah sakit.
Ya, di zaman pandemi seperti ini, rumah sakit merupakan salah satu tempat yang sebisa mungkin tidak dikunjungi. Kami berdoa dan memohon kepada Allah, agar selalu diberikan kesehatan sehingga tidak perlu ke rumah sakit. Aamiin yaa rabbal'aalamiin. Bahkan, ketika sakit gigi pun, kami berusaha mengobati sendiri. Dokter, klinik, dan rumah sakit benar-benar harus dihindari. Alhamdulillaah, sampai saat ini, so far so good.
Kini, anak bungsu yang biasanya ceria dan memeriahkan suasana rumah, sakit panas dan pusing. Awalnya, dia mengeluh ada benjolan di lehernya dan nyeri. Sekarang, mungkin pasukan antibodi tubuhnya sedang berjuang melawan penyakit sehingga badannya pun demam.
Dia yang biasanya lincah, kejar-kejaran dengan kakaknya dan kucingnya, beberes rumah, kini terbaring lesu dan lemas. Kadang terdengar rintihannya menahan sakit. Sang kakak yang setia menemani berbisik penuh sayang, "Sabar Dik. Banyak inget Allah, ya!" Meleleh hati ini mendengarnya, meski sudah pura-pura tidak mendengar.
Sebenarnya, sebagai ibu, saya sangat khawatir dengan benjolan itu. Apalagi sampai membuatnya demam. Meski demamnya tidak tinggi, alhamdulillaah, tetap saja mengkhawatirkan. Namun demikian, kami pun masih belum berani ke rumah sakit.
Sementara, hanya habbatussauda dan kurma yang menjadi suplemennya. Di samping kompres dan sedikit pijat ala-ala emak. Ya, saya biasa memijat anak-anak kalau mereka sakit. Alhamdulillaah, sakitnya jadi tidak lama. Mungkin mereka sebenarnya rindu sentuhan uminyağŸ¤.
No comments:
Post a Comment