Monday, May 30, 2022

Manasik Se-kabupaten



Bismillah


Hari ini, manasik se-kabupaten pertama kali. Rencananya ada dua pertemuan. Satu lagi akan diadakan Senin depan. Selain se-kabupaten, manasik juga diadakan se-kecamatan, ada 4 pertemuan. Berhubung pemberangkatan jamaah haji tinggal beberapa hari lagi, manasik dilakukan secara maraton, dalam sepekan ini. MasyaaAllah.



Meskipun materi manasik yang disampaikan tidak jauh berbeda dengan apa yang telah disampaikan di KBIHU, tak ada salahnya saya hadir. InsyaaAllah ada ilmu lain yang akan diperoleh. Lagi pula, saya juga bisa bertemu para calon jamaah haji se-kabupaten.


Tahun ini, calon jamaah haji dari kabupaten Bekasi sejumlah 1.001 orang. Ya, 1001 orang, bukan 1001 malam atau 1001 cara. Jumlah ini kurang dari 50 % dari yang biasa diberangkatkan dari kabupaten Bekasi. Alhamdulillaah, saya termasuk yang Allah panggil. Semoga bisa terlaksana dengan lancar dan Allah terima serta ridhoi ibadah haji saya dan juga seluruh jamaah haji se-dunia. Aamiin.



Materi manasik hari ini yang utama adalah tentang kesehatan. Namun, karena pihak Dinas Kesehatan terlambat datang, jadi diisi dulu oleh petugas dari Kemenag. Di antara poin penting yang perlu digarisbawahi adalah, PERBAHARUI NIAT. 


Kita tahu, bahwa kedudukan niat sangat penting dalam beribadah kepada Allah. Kalau niatnya salah, ibadah kita tidak akan diterima oleh Allah. Na'udzubillahi min dzalik.


Jadi, bismillahirrahmanirrahim, saya niat beribadah haji karena mengharap ridho Allah. Ya Allah, mudahkanlah, lancarkanlah ibadah haji hamba, terimalah dan ridhoilah ibadah haji hamba. Aamiin yaa mujibassaailin 🤲🏻.


Selain itu, Kemenag juga memberikan kabar baik. InsyaaAllah, mulai musim haji tahun ini, jamaah haji Indonesia akan mendapatkan jatah makan sebanyak tiga kali: pagi, siang sore. Pada tahun-tahun sebelumnya, jamaah haji Indonesia hanya mendapatkan dua kali jatah makan. Alhamdulillaah.


Makanan yang dibagikan kepada jamaah haji, dibungkus dengan kertas aluminium foil. Makanan ini tidak boleh dibiarkan terlalu lama. Makanan harus dikonsumsi tidak boleh lebih dari dua jam setelah dibagikan. Jadi, jangan sampai lupa atau menyimpannya terlalu lama. Bisa basi.



Materi berikutnya tentang kesehatan. 


Karena saat ini di Arab Saudi sedang musim panas, maka diprediksi suhu udara pada saat puncak ibadah haji bisa 50-60 derajat Celcius. Subhanallah. Kita di Indonesia yang hanya 35-37 derajat saja, sudah kepanasan. 
لا حول ولا قوة إلا بالله.
Semoga Allah lindungi kami semua. 
Baru di dunia saja sudah sepanas itu, apalagi di neraka. Na'udzubillahi min dzalik.


Karena cuaca yang sangat ekstrim tersebut, jamaah haji dianjurkan untuk selalu minum. Minimal setiap satu jam. Jangan sampai menunggu haus, nanti bisa dehidrasi. Selain itu juga tidak boleh terlalu sering keluar hotel. Lebih baik mengurangi bepergian yang tidak jelas. Jangan lupa pula untuk selalu memakai alas kaki. Dan, jangan menyentuh apa pun yang terbuat dari besi yang berada di luar ruangan. Pasti sangat panas. (Ini pesan khusus dari paksu.)


Petugas kesehatan tersebut juga menyampaikan tentang penyakit yang biasa menyerang jamaah haji. Di antaranya: batuk pilek, darah tinggi, diabetes, jantung, dehidrasi.


Khusus untuk darah tinggi, Bu dokter (saya lupa namanya) menyampaikan bahwa ada dua jenis faktor risikonya. Yang pertama faktor risiko yang tidak bisa diubah, yaitu jenis kelamin, umur, dan riwayat keluarga.


Sedangkan yang kedua adalah faktor risiko yang bisa diubah, sehingga kita bisa menghindarinya. Supaya tidak terkena darah tinggi:
1. jangan merokok
2. jangan mengonsumsi garam dan makanan berlemak
3. hindari kegemukan
4. tidak mengonsumsi minuman beralkohol
5. hindari stress.


Bagaimana supaya tidak stress: 
SELALU BERSYUKUR DAN BERSABAR.


Selain itu, lakukan PATUH.
Periksa kesehatan secara rutin
Atasi penyakit dengan tepat dan teratur (minum obat)
Tetap menjaga kebiasaan makan makanan dengan gizi seimbang (benar, teratur, terukur)
Upayakan latihan fisik
Hindari asap rokok.


Prinsip PATUH tersebut bisa diterapkan tidak hanya untuk penyakit darah tinggi, tetapi juga untuk penyakit-penyakit lainnya. Semoga dengan prinsip-prinsip di atas, kita semua bisa sehat sehingga bisa menunaikan ibadah haji dengan khusyuk dan sempurna. Aamiin yaa mujibassaailin 🤲🏻.

Sunday, May 29, 2022

Review "Responsimpel Parents"

                       Sumber: Google

Judul buku: Responsimpel Parents
Penulis: Kak Rio
Penerbit: One Peach Media
Cetakan: ketiga, Maret 2019
ISBN: 978-602-0767-04-8
Tebal buku: 144 halaman


Bismillaah


Membaca buku Kak Rio ini, kita tidak akan merasa seperti digurui. Bahasanya santai, seperti sedang bercakap-cakap, dan sangat menghargai kita sebagai pembaca yang sekaligus orang tua. Materinya pun disampaikan dengan bahasa sehari-hari yang mudah dipahami tanpa mengerutkan kening.


Seperti buku-buku parenting lainnya, buku ini juga menyajikan cara-cara bagaimana mendidik anak. Terutama mendidik karakternya karena zaman sekarang ini, kita temukan, semakin hari, anak-anak kita semakin kurang berkarakter, kalau tidak bisa dikatakan kurang beradab. Tingkah laku mereka semakin kurang sopan santun kepada yang lebih tua, termasuk orang tuanya sendiri.



Mendidik itu tidak mendadak. Begitu jargon yang sering kita dengar. Ya, memang begitulah kenyataannya. Mendidik itu memerlukan proses yang panjang, bahkan sebelum seseorang memilih calon suami/istri. Agar memiliki keturunan yang baik, maka perlu benih yang baik. Maka, mendidik anak dimulai dengan mencari pasangan hidup yang shalih atau shalihah. Mengapa? Supaya anak-anak kita pun, nantinya menjadi anak yang shalih dan shalihah.



Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam mendidik anak adalah sebagai berikut.
1. Orang tua harus menentukan dulu visi dan misinya dalam mendidik anak. Anak seperti apa yang kita inginkan? Pasti, semua orang tua ingin anaknya shalih, pintar, berprestasi, taat dan patuh kepada orang tuanya. Perfect! 
Semakin banyak tuntutan orang tua, tentunya harus semakin banyak pula diperlukan peran orang tua. Namun, jangan sampai kita hanya menuntut tetapi tidak memberikan apa yang dibutuhkan anak. 
Lho, bukannya orang tua sudah mengeluarkan banyak biaya untuk sekolah, les tambahan, dan lain-lain?
Betul. Tapi, apakah itu yang dibutuhkan anak kita?

2. Anak butuh pujian, pelukan, senyuman, dan dukungan karena dengan sendirinya ia akan memberikan yang terbaik. Sebaik-baik dirinya sendiri yang tak bisa dibandingkan dengan anak lain. (hal. 12)
Mudah, membuat anak pintar dan berprestasi. Yang lebih sulit adalah menjadikannya berkarakter. Itulah mengapa, mendidik anak itu tidak sekadar urusan belajar dan sekolah, tetapi juga bagaimana orang tua memperlakukan anaknya. Bagaimana hubungan antara orang tua dan anak. Semakin kuat bonding mereka, insyaaAllah anaknya pun juga kuat karakternya, bagus karakternya.


3. Jadi, diawali dari rumah. Home sweet home. Bukan rumah sekadar tempat berteduh dan istirahat, tetapi rumah yang penuh dengan kehangatan dan kasih sayang sehingga menjadikan para penghuninya betah di dalamnya dan selalu rindu untuk pulang. 


4. Tidak membanding-bandingkan anak dengan siapa pun. Kakaknya, adiknya, temannya, atau anak tetangga. Setiap anak terlahir unik dan istimewa. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan sendiri-sendiri, tidak bisa disamaratakan, tidak bisa dibanding-bandingkan. Terimalah kondisi anak kita apa adanya. Kita boleh membandingkan, tetapi dengan keadaan anak itu sendiri.
Misalnya, bulan lalu, ia masih belum bisa makan sendiri. Bulan ini, alhamdulillaah sudah bisa, bahkan sudah mampu menyiapkan bekal sendiri. 
Dengan demikian, kita akan selalu bisa melihat sisi positif anak kita sehingga bisa menghargai setiap usaha yang telah dilakukannya.


5. Nah, hargai seberapa kecil pun usaha anak untuk menjadi lebih baik. Jangan meremehkan. Apalagi sampai berkata, "Masak, gitu aja nggak bisa?"
Jangan. Itu hanya akan menyakiti hati anak dan malah membuatnya down. Bukannya semakin semangat, tetapi malah mutung. Tidak mau berusaha lagi. Menurutnya, percuma belajar mati-matian, kalau enggak ada hasilnya. Karena ayah ibunya tidak menghargai kerja kerasnya.


6. Memaafkan kesalahan anak. Memaafkan, bagi orang yang merasa lebih senior, lebih tua, mungkin akan sulit. Itu karena belum terbiasa. Padahal, kedudukan orang yang memaafkan itu sangat terpuji. Apalagi yang dimaafkan adalah anak kita sendiri. 
Anak juga manusia yang tak luput dari kesalahan. Jangankan anak, yang masih kecil dan memang sedang dalam proses belajar. Kita, orang tua yang merasa sudah makan banyak asam garam saja, tak luput dari kesalahan.
Sepandai-pandai tupai melompat, suatu saat jatuh juga.
Wajar, bila manusia itu berbuat salah. Makanya, kita harus berlapang dada untuk memberikan maaf. Karena maaf itu bisa memberikan motivasi untuk berbuat lebih baik dan berusaha memperbaiki keadaan. 


"Anak bukan hanya butuh mainan, anak juga butuh pendampingan." (Hal. 84)


7. Tidak membebani anak dengan beban yang berat. 

"Dan janganlah kalian membebani mereka atas beban yang mereka tidak sanggup. Jika kalian membebani mereka, maka bantulah mereka." (HR. Bukhari Muslim) (Hal. 104)

Ketika kita menyuruh anak melakukan sesuatu, sudah seharusnya bila orang tua memberikan contoh terlebih dahulu. Memberikan teladan. Meskipun sudah memberikan teladan, kita pun perlu mempertimbangkan kemampuan anak. Jangan disamakan dengan kita, yang sudah tua dan sudah berpengalaman. 
Pasti ada kalanya, anak kurang sempurna dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Ya, kita maklumi saja, sambil kita bimbing agar bisa lebih baik.


8. Tidak memaki atau menyakiti anak. Bila anak berbuat salah, jangan dimaki. Doakanlah. Seperti Ibunda Syekh Sudais. Saat sang bunda kesal dengan perilaku sang anak, bukan makian yang dilontarkan, tetapi sumpah yang berisi doa. Sang ibu menyumpahi anaknya agar menjadi imam Masjidil Haram. MasyaaAllah, doa itu dikabulkan oleh Allah.
Memaki, di satu sisi bisa menyakiti hati anak. Di sisi lain, ucapan seseorang, apalagi seorang ibu, adalah doa. Kalau anak biasa dimaki dengan kata-kata yang tidak pantas, memorinya akan merekam dan suatu saat anggota tubuhnya akan merealisasikan makian tersebut. Na'udzubillahi min dzalik.
Mari, kita jaga lisan kita.


"Tiga doa yang pasti dikabulkan oleh Allah: doa orang yang terzalimi, doa seorang musafir, dan doa orang tua kepada anaknya." (HR. Ahmad) (hal. 127)


Saturday, May 28, 2022

Keberkahan dalam Halaqah Ilmu (2)

Bismillah


Saat berwudhu, terutama ketika membasuh kaki sebelah kanan, saya tidak bisa melakukannya dengan sempurna karena kaki sulit diajak kompromi. Begitu pun saat ruku'. Harus pelan-pelan dan tidak bisa meluruskan punggung. MasyaaAllah, nikmatnya sehat baru terasa kalau sedang sakit. 



Singkat cerita, saya pun menghadiri halaqah bersama teman. Setelah selesai, saya pun minta izin untuk shalat Ashar supaya pulangnya tidak kemalaman. Nah, ajaib, saat wudhu, saya tidak mengalami kesulitan waktu membasuh kaki. Heran, saya. Kok, pinggang saya tidak sakit, ya? Saat ruku' pun begitu. Saya bisa shalat seperti biasa tanpa kesulitan. MasyaaAllah tabarakallah.



Sampai di rumah, alhamdulillaah, sakit pinggang saya sudah hilang, sembuh. Alhamdulillaah wa syukurillah. 



Kalau dipikir-pikir, dianalisis, mungkin karena bahagia bisa halaqah offline, betatap muka dengan saudara-saudara seiman dan juga sang guru kami, rasa sakit jadi hilang. Jadi ingat slogan sebuah rumah sakit. "Hati gembira adalah obat." Nah, saya sudah mengalaminya.


Selain itu, saya yakin bahwa ini merupakan berkahnya menghadiri majelis ilmu, majelis ta'lim. Bagaimana tidak, malaikat saja menaungi kita dan Allah menurunkan rahmat-Nya. Kesembuhan dari penyakit merupakan salah satu rahmat Allah. Dan, ini bukan pertama kali saya alami.


Sekitar 12 tahun yang lalu, saya berangkat ke majelis ta'lim dalam keadaan sakit kepala. Saya memaksakan diri untuk berangkat karena kasihan nanti ibu-ibu majelis ta'lim tidak ada yang mendampingi belajar. Alhamdulillaah, biidznillah. Saya pulang dalam keadaan sehat walafiat. Sakit kepala hilang. MasyaaAllah tabarakallah.


Setelah mengalami sendiri betapa banyaknya manfaat menghadiri majelis ilmu, saya jadi semakin merasa sayang bila tidak bisa hadir. Namun, ya, itu. Godaan setan itu banyak sekali. Ada saja alasan untuk absen. Dan, sekali kita mencari-cari alasan untuk mangkir, lama-lama jadi kebiasaan. Na'udzubillahi min dzalik.


Apalagi bila kita tahu, bahwa Allah membanggakan hamba-Nya yang sedang berada di majelis ilmu kepada para penduduk langit. Sungguh luar biasa, kan? Malaikat itu merupakan makhluk Allah yang paling taat, paling shalih, tidak pernah membangkang apalagi berbuat dosa. Makhluk sempurna. Nah, kita, manusia yang tak pernah luput dari salah dan dosa, dibanggakan Allah di hadapan para makhluk super. MasyaaAllah tabarakallah.

وَلَكِنَّهُ أَتَانِي جِبْرِيلُ فَأَخْبَرَنِي، أَنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يُبَاهِي بِكُمُ الْمَلَائِكَةَ

“Sesungguhnya aku tidak menyuruh kalian bersumpah karena aku menuduh kalian berdusta, akan tetapi Malaikat Jibril mendatangiku dan mengabarkan kepadaku bahwasannya Allah ‘Azza wa Jalla membanggakan kalian di hadapan para Malaikat.” (HR. Muslim)


Namun, walaupun sudah tahu keutamaannya, tetap saja ada saatnya kita merasa berat untuk melangkahkan kaki. Macam-macam alasan bisa kita rangkai. Berdasarkan pengalaman pribadi, di antara alasan-alasan itu adalah
1. Capek karena baru pulang kerja. (Kalau hari kerja, alasannya capek. Kalau hari Ahad, alasannya waktu untuk keluarga.)
2. Anak rewel. (Padahal bisa dikondisikan bagaimana supaya tidak rewel. Anak kan, tergantung orang tuanya.)
3. Sakit (padahal cuma pusing sedikit).
4. Ada acara. (Seharusnya agenda kegiatan kita bisa diatur bagaimana supaya tidak bentrok dengan waktu kajian/halaqah.



Jadi, sesuatu yang bisa kita kondisikan, seharusnya tidak menghalangi agenda rutin kita. Kecuali kalau memang sesuatu itu di luar kemampuan kita. Misalnya, harus lembur, anak sakit sehingga tidak bisa ditinggal, atau ada tetangga/saudara yang meninggal.



Tulisan ini sebagai self-reminder. Karena saya pun, kadang-kadang masih kalah dengan hawa nafsu yang pengen absen dari halaqah. Semoga dengan tulisan ini membuat saya semakin semangat untuk menimba ilmu dan jauh dari alasan yang tidak jelas.


Semoga Allah mudahkan dan teguhkan Azam kita untuk selalu hadir di majelis ilmu, terutama di halaqah yang penuh cinta. Aamiin yaa mujibassaailin 🤲🏻.

Friday, May 27, 2022

Keberkahan dalam Halaqah Ilmu

Bismillah


Dua tahun lebih pandemi, selama itu pula, kita hanya bisa bertemu secara online. Dari satu Zoom ke Zoom yang lain. Ada yang menyambutnya dengan sukacita karena telah memangkas jarak dan waktu. Ada pula yang resah karena kurangnya fasilitas yang mendukung. Pun mereka yang merasa kurang afdhol bila tak bertemu muka. Namun, life must go on.


Sebagai muslim yang siap ber-mujahadah, apa pun kondisinya harus bisa menerima dengan lapang dada. Menerima semua takdir Allah dengan ikhlas, sehingga yang sulit pun akan terasa mudah. Sebaliknya, bila hanya diisi dengan keluhan, alih-alih mendapatkan jalan keluar, justru masalah semakin datang bertubi-tubi. 


Alhamdulillaah, saya termasuk yang berbahagia dengan adanya sistem daring ini. Tak perlu pergi jauh, tak usah keluar ongkos, dan bisa sambil mengawasi anak-anak di rumah. Tak perlu meninggalkan mereka. Hati tenang, belajar pun makin fokus. Se-ha-rus-nya. Kenyataannya? Namanya juga emak-emak, kerempongan selalu ada demi menambah warna-warni kehidupan. Alhamdulillaah 'alaa kulli haal. Semua pasti ada hikmahnya.


Meskipun senang dengan sistem daring, ternyata ada sisi negatifnya juga. Di antaranya, saya mudah mengantuk kalau cuma mendengarkan. Saya itu tipe orang yang kalau mendengarkan ceramah, harus sambil melihat sang pembicara. Ini sebagai salah satu cara untuk menghindari serangan kantuk. Nah, kalau lewat Zoom, memang saya lihat pembicaranya. Tapi, sang pembicara kan, tidak melihat saya. Jadinya ya, cari posisi enak; rebahan. Akhirnya ketiduran. Itu kalau off camera. Kalau kameranya aktif ya, enggak berani lah.


Mungkin karena itulah, ngaji online itu kurang afdhol dan kurang berkah ya. Datang ke majelis dan talaqqi dengan sang guru, itu lah yang lebih berkah dan mendatangkan rahmat Allah. Meskipun kadang terserang kantuk juga. Tetapi, insyaaAllah tetap mendapatkan pahala dan keberkahan. Seperti sabda Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam berikut ini.

Imam Al-Ajurri Rahimahullah menyebutkan sanadnya sampai ke sahabat Abu Hurairah Radhiyallahu ‘Anhu dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwasanya beliau bersabda:

مَا تَجَلَسَ قَوْمٌ فِى بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللَّهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللَّهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلَّا حَفَّتْ بِهِمُ الْمَلَائِكَةُ وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ وَذَكَرَهُمُ اللَّهُ فِيمَنْ عِنْدَهُ وَمَنْ بَطَّأَ بِهِ عَمَلُهُ لَمْ يُسْرِعْ بِهِ نَسَبُهُ

“Tidaklah suatu kaum duduk di rumah dari rumah-rumah Allah mereka membaca kitabullah, mereka mempelajarinya, kecuali akan turun kepada mereka malaikat dan mereka akan diliputi rahmat dan Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menyebutkan mereka di hadapan para makhlukNya yang ada di sisiNya. Dan barangsiapa yang terlambat amalannya maka tidak akan dicepatkan oleh nasabnya.”


Selain itu, orang yang berjalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan mudahkan baginya jalan ke surga.

“Barangsiapa menempuh jalan menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan jalannya untuk menuju surga” (HR. At Tirmidzi no. 2682, Abu Daud no. 3641, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Abu Daud).

(Sumber: https://muslim.or.id/39642-keutamaan-menghadiri-majelis-ilmu-di-masjid.html)


MasyaaAllah, begitu banyak keutamaan hadir di majelis ilmu. Itulah yang saya alami pada hari Rabu, 25 Mei 2022. Selain manfaat yang sudah disebutkan di atas, ternyata saya mendapatkan manfaat bonus. 


Sore itu adalah pertama kalinya kami mengadakan halaqah ilmu secara offline. Tentu saja, kami sangat gembira dan bersemangat untuk hadir tepat waktu. Hanya saja, saya agak terkendala dengan kondisi badan saya. Saya merasa lemas. Mungkin efek samping sakit pinggang yang sudah saya derita sejak Sabtu malam. 


Awalnya, pada hari Sabtu itu, saya sibuk dari bangun tidur sampai tidur lagi di malam harinya. Dimulai dari belanja sayur, memasak langsung halal bihalal dengan teman-teman halaqah juga, lanjut membantu teman mengedit soal sampai Ashar. Setelah itu memasak lagi sambil menunggu teman-teman dari grup lain untuk halal bihalal di rumah. 


Selesai shalat Maghrib, rencananya mau membuat sambal, alhamdulillaah kedatangan tamu. Tamunya pulang, lanjut membuat sambal dan makan malam. Shalat Isya sudah dengan tenaga sisa. Akhirnya, tidur dalam keadaan pinggang sakit. 


Nah, karena Rabu siang mau berangkat halaqah, paginya saya usahakan untuk istirahat. Baca buku sambil rebahan dan akhirnya tidur. Sewaktu bangun, pinggang masih sakit. 


*Halaqah: majelis ilmu dan bentuk melingkar, terdiri kurang dari 20 orang

Bersambung ....



Thursday, May 26, 2022

Review "The Crown"

Judul buku: The Crown
Penulis: Kiera Cass
Penerjemah: Nina Setyowati
Penerbit: Bentang Belia
ISBN: 978-602-430-273-3
Cetakan: 2018
Tebal buku: 276 halaman


Bismillah


The Crown merupakan kelanjutan dari The Heir. Diawali dengan tereliminasinya beberapa cowok sekaligus, dan hanya menyisakan enam, The Elite. Hal ini harus dilakukan, karena sang ratu yang tak lain Ibunda Eadlyn terkena serangan jantung. Ditambah lagi kepergian adiknya, Ahren, yang sangat mendadak membuat permasalahan demi permasalahan melingkupi kerajaan. 


Selain keenam kandidat, muncul tokoh baru, Marid. Dia merupakan putra salah seorang mantan kepercayaan Raja Maxon. Karena perbedaan pendapat, keluarga mereka meninggalkan istana. Menjadi sebuah kejutan, ketika Marid muncul di istana dan membawa ide brilian untuk mengumpulkan perwakilan masyarakat di istana. 


Ide tersebut disambut baik oleh Eadlyn, yang sekarang bertugas sebagai regen, semacam pejabat sementara, menggantikan sang ayah yang harus mendampingi sang istri. Namun, pertemuan yang dimaksudkan sebagai ajang diskusi untuk mengetahui aspirasi rakyat tersebut, berjalan cukup heboh. Ada beberapa orang, dari kalangan kaum muda, yang menginginkan dibubarkannya sistem monarki. Hal ini tentu sangat mengganggu Eadlyn.



Di samping tugas Seleksi yang belum selesai, muncul masalah baru. Marid mulai melancarkan aksinya, bahwa dia akan meminang sang ratu, Eadlyn. Belakangan terungkap bahwa ternyata Marid berniat untuk merebut tahta. Kedatangannya ke istana yang terkesan manis, ternyata ada udang di balik batu. Dia merasa sudah populer dan berhak menjadi raja mendampingi Eadlyn.


Hal inilah yang akhirnya memaksa Eadlyn untuk mempercepat proses seleksi. Tiga orang mengundurkan diri secara sukarela atas keinginan mereka sendiri. Satu orang lagi dieliminasi oleh Eadlyn. Tinggal dua orang: Kile dan Henri. 


Sebelum itu, Eadlyn telah dinobatkan sebagai ratu menggantikan ayahnya. Hal ini ia lakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap keluarganya. Bila ayahnya tetap menjabat sebagai raja, otomatis ibunya pun akan sibuk karena posisinya sebagai ratu. Sedangkan ibunya masih dalam masa pemulihan setelah terkena serangan jantung. Supaya orang tuanya bisa menikmati kehidupan sebagai suami istri pada umumnya, Eadlyn mengajukan diri untuk maju menggantikan ayahnya.


Seharusnya, dengan hanya tinggal dua kandidat, mudah untuk memutuskan mana yang akan terpilih. Namun, muncul masalah baru. Eadlyn tidak mencintai satu pun dari kedua kandidat tersebut. Cintanya justru jatuh kepada Erik, sang penerjemah. Henri yang hanya bisa berbahasa Finlandia, harus ditemani Erik agar bisa berkomunikasi dengan Eadlyn yang berbahasa Inggris. 


Meski hanya sebagai seorang penerjemah dan bukan bagian dari kandidat seleksi, Erik sangat perhatian kepada Eadlyn. Bahkan Erik lah yang menyelamatkan Eadlyn saat kencannya berubah menjadi perkelahian. Eadlyn yang selama ini tidak percaya dengan cinta, akhirnya merasakannya juga. 


Namun, perasaan itu menjadi rumit karena dia seorang ratu yang hidupnya didedikasikan untuk rakyat. Dia sedang menjalankan seleksi. Apa jadinya bila ia justru mencintai laki-laki yang bukan peserta seleksi. 


Demi rakyat dan negaranya, Eadlyn harus mengabaikan perasaannya. Cintanya yang baru bersemi harus layu sebelum mekar demi memuaskan orang banyak. Maka, dia pun memilih satu di antara dua kandidat tersebut. Hingga pada saat menjelang pengumuman tentang pertunangan sang ratu di acara TV Berita Illéa, terjadilah apa yang harus terjadi. Siapakah yang akan mendampingi Eadlyn untuk memimpin negara?









Wednesday, May 25, 2022

Review "The Heir"


Judul buku: The Heir
Penulis: Kiera Cass
Penerjemah: Nina Setyowati
Penerbit: Bentang Belia
ISBN: 978-602-430-270-2
Cetakan: 2018
Tebal buku: 33 chapter


Bismillah


The Heir merupakan buku keempat dari The Selection Series: The Selection, The Elite, Dan The One. Di buku keempat ini, Kiera Cass menceritakan tentang Eadlyn Schreave, anak perempuan sekaligus anak pertama Maxon dan America, Raja Illéa. America terpilih menjadi istri Maxon setelah melalui Seleksi yang diceritakan pada buku kesatu, kedua, dan ketiga.


Eadlyn, meskipun perempuan, adalah pewaris tahta sang ayah karena ia anak pertama mereka. Hal inilah yang kadang membuat Eadlyn merasa menyesal. Mengapa ia lahir tujuh menit lebih dulu daripada kembarannya, Ahren. Seandainya Ahren, adik laki-lakinya, itu terlahir lebih dulu, Eadlyn tidak akan menjadi ratu menggantikan ayahnya.



Namun Eadlyn tetap menjalankan perannya sebagai pewaris tahta. Dia berusaha menjadi gadis yang kuat. Bahkan, demi menunjukkan itu, dia tidak butuh pendamping atau suami. Dia bisa menjadi ratu seorang diri. Itulah mengapa, dia belum menyukai satu orang lelaki mana pun. Sedangkan Ahren, sudah memiliki kekasih, Camille, putri Ratu Italia.



Adanya kekacauan di beberapa daerah kekuasaan Illéa, membuat Raja Maxon berpikir keras bagaimana cara mengatasinya. Lalu, tercetuslah ide untuk mengadakan seleksi, seperti yang dulu diadakan oleh ayahnya. Melalui seleksi tersebut, Maxon bertemu America, Sang Ratu yang kini mendampinginya dan memberinya empat orang anak. 


Seleksi kali ini ditujukan untuk mencari seorang pangeran yang akan mendampingi Ratu Eadlyn. Tentu saja, Eadlyn menolak keras ide tersebut. Namun, demi negara dan juga orang tuanya, akhirnya Eadlyn bersedia menyelenggarakan seleksi dengan beberapa syarat.


Lalu terkumpullah 35 laki-laki sebagai peserta seleksi. Mereka terpilih mewakili kota-kota di Illéa. Walaupun terpaksa, Eadlyn harus menjalani seleksi ini dan merencanakan kencan-kencan dengan para cowok tersebut. 


Tentu saja, seleksi tersebut tak selamanya berjalan mulus dan sesuai rencana. Untuk mengawali seleksi, Eadlyn mengadakan parade. Pada parade tersebut, Eadlyn jadi tahu betapa rakyatnya mencintai dan mengelu-elukannya. Mereka pun membuat tulisan yang mendukung peserta seleksi dari daerah mereka masing-masing. Namun, ternyata ada juga yang tidak suka dengannya. Karena saat parade itu, ada juga yang melontarkan kata-kata makian, bahkan melempari Eadlyn dengan makanan yang membuat kotor gaunnya.


Tidak hanya itu. Saat kencan berdua dengan para cowok terpilih, ada saja kejadian yang membuatnya takut. Sehingga mereka pun otomatis tereliminasi dari seleksi. Walaupun, ada juga momen kencan yang membuatnya senang. 



Yang paling membuatnya bahagia adalah saat bermain baseball dengan sekelompok cowok terpilih. Dalam permainan itu, mereka seperti teman yang sedang bermain bersama. Tak ada ratu maupun sang terpilih. Bahkan, anggota kerajaan yang lain pun ikut bermain. Itulah saat Eadlyn merasakan sebagai manusia biasa, apalagi tak ada kamera yang merekam. 


Akankah Eadlyn menemukan pasangan hidupnya dalam seleksi ini, seperti ayahnya yang menemukan ibunya?
Ternyata, di buku keempat ini, acara seleksi belum kelar. Kita harus membaca buku berikutnya.


Review buku kelima ---> The Crown

Tuesday, May 24, 2022

Manasik Praktik


Bismillah


Ahad, 22 Mei 2022, kami melakukan manasik haji di kawasan Masjid Baitul Musthofa, MM 2100 Cibitung. Bila biasanya, kami hanya mendengarkan ceramah, kali ini praktik langsung Thawaf, Sa'i, dan lempar jumroh. Meskipun hanya satu putaran, mengingat waktu yang sudah menjelang Maghrib.


Sekitar dua tahun yang lalu, saya bersama siswa-siswi AHIS juga melakukan manasik di tempat ini. Bedanya, waktu itu kami Thawaf beberapa putaran. Sa'i juga begitu. Mungkin karena saat itu masih pagi dan pesertanya pun anak-anak, jadi masih semangat. Walaupun panas juga.


Sebelum praktik, kami mendengarkan ceramah dulu di Masjid Baitul Musthofa. Pada kesempatan tersebut, Ustadz Sonai menyampaikan bahwa kemungkinan kami, jamaah DaTa (Daaruttaqwien) berangkat dengan kloter 18 tanggal 10 Juni 2022. Namun untuk kepastiannya, kita akan menunggu pengumuman resmi dari Kemenag.


Pada kesempatan kali ini, selain menceritakan prosesi ibadah haji, kami juga mendapatkan tutorial cara memakai kain ihram. Walaupun itu untuk kaum laki-laki, tetapi bermanfaat juga. Paling tidak, saya jadi tahu, "Oh, begitu ya, cara memakai kain ihram."


Di antara informasi penting yang disampaikan hari itu adalah bahwa nanti di Madinah kita tinggal selama 8 1/2 hari. Di sana, selain menunaikan shalat 40 waktu di Masjid Nabawi, kita juga akan diajak untuk ziarah ke tempat-tempat bersejarah. 


Setelah itu berangkat ke Makkah dalam keadaan siap untuk umroh. Oleh karena itu, kita mulai ihram di Bir Ali. Begitu, kalau tidak salah. Maklum, suara Ustadz Sonai kurang terdengar jelas. Sampai di Makkah langsung melaksanakan umroh wajib, dimulai dengan Thawaf, Sa'i, dan terakhir Tahallul. Setelah itu kita bebas melakukan apa saja sambil menunggu tanggal 8 Dzulhijjah. 


Di waktu tunggu tersebut, sebenarnya kita bisa melakukan umroh sunnah berkali-kali. Namun, mengingat ibadah wajibnya, yaitu haji, belum kita jalankan, maka kita harus berhati-hati. Jangan sampai kecapekan sehingga jatuh sakit. Na'udzubillahi min dzalik. Apalagi bila di sana sedang musim panas. Kita tidak boleh keluar sembarangan agar tidak terkena heat stroke. 


Oya, informasi baru yang saya dengar, ternyata shalat di hotel pun, pahalanya sama dengan shalat di Masjidil Haram. Bila kita shalat di Masjidil Haram, pahalanya setara dengan 100.000 di masjid yang lain. Hal ini seperti sabda Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam berikut ini.

Dari Jabir, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

صَلاَةٌ فِى مَسْجِدِى أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ وَصَلاَةٌ فِى الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ أَفْضَلُ مِنْ مِائَةِ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيمَا سِوَاهُ

“Shalat di masjidku (Masjid Nabawi) lebih utama daripada 1000 shalat di masjid lainnya selain Masjidil Harom. Shalat di Masjidil Harom lebih utama daripada 100.000 shalat di masjid lainnya.” (HR. Ahmad 3/343 dan Ibnu Majah no. 1406, dari Jabir bin ‘Abdillah. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih. Lihat Shahih At Targhib wa At Tarhib no. 1173.)

(Sumber https://rumaysho.com/1979-pahala-shalat-di-makkah-100000-kali.html)

Berdasarkan fatwa ulama Kerajaan Arab Saudi, shalat di masjid lain atau di hotel, selama itu masih di Makkah, maka pahalanya sama dengan shalat di Masjidil Haram. Alhamdulillaah, jadi lebih aman buat saya yang pergi haji tanpa suami. Apalagi selama di rumah juga enggak shalat di masjid kecuali saat safar.

Setelah shalat Ashar, kami pun menuju lapangan yang ada miniatur Ka'bah. Di sana juga ada miniatur Bukit Shafa dan Marwah, serta tempat untuk melempar jumroh. Setelah manasik secara riil tersebut, alhamdulillaah mulai terbayang bagaimana prosesi ibadah haji. Selama ini, meskipun sudah mendengarkan ceramah, menonton video, dan membaca buku, saya masih kurang paham. Belum ada bayangan. Alhamdulillah sekarang sudah mulai paham sedikit-sedikit.



Monday, May 23, 2022

Time Flies



Bismillah


"Tak terasa ya, anak-anak sudah besar. Rasanya baru kemarin menimang mereka," bunyi chat seorang teman di grup. Teman-teman yang lain langsung mengomentari. Apa yang mereka rasakan pun tak jauh berbeda. 


Beda lagi cerita seorang teman yang berprofesi sebagai pengajar. Saat beliau sedang duduk di kantin, dua siswa yang terlihat mengambil foto beliau langsung kena teguran. "Kenapa kalian motoin Bu ***?" tanya guru tersebut kepada siswanya.

"Tuh, betul kan, Bu ***!" seru salah seorang di antara mereka.

"Lho, kalian siapa?"
Lalu, siswa-siswa tersebut memperkenalkan diri mereka, bahwa mereka adalah murid beliau saat mengajar SD. 

"Kok, Ibu nggak berubah, sih?" tanya siswa tersebut.

"Ibu masih muda, kalian sudah tua, ya?" Ujar beliau sambil bercanda. 

***


Itulah cerminan waktu. Waktu berlalu begitu cepat, namun kita tidak merasakannya. Tahu-tahu, anak kita sudah dewasa, tahu-tahu, murid kita sudah besar. Tahu-tahu, tubuh kita sudah tidak sekuat dulu lagi.


Dulu, berjalan jauh, kita kuat dan tak merasa lelah. Sekarang, baru ke warung yang jaraknya cuma 100 meter, napas sudah ngos-ngosan. Badan lemes, bahkan gemetaran. 


Dulu, mengangkat ember cucian terasa ringan. Sekarang, beratnya luar biasa. Setelah masuk mesin pengering, baru terasa ringan karena airnya sudah kering. 


Meski usia terus bertambah, kadang kita tidak ingin menyadarinya. Semangat masih seperti anak muda. Padahal kekuatan tubuh tak lagi seperti dulu. Sudah harus lebih berhati-hati dan lebih cermat mengukur kemampuan diri, agar tidak salah urat, ataupun keseleo.


Begitu pentingnya waktu, sehingga setiap bangsa punya kalimat sakti untuk waktu. "Waktu adalah uang". "Waktu adalah pedang". Oleh karenanya, setiap kita harus memperhatikan untuk apa waktu kita habiskan. 


Saking pentingnya waktu, bahkan Allah menggunakannya sebagai sumpah dalam salah satu surat di dalam Al-Qur'an. Surat Al 'Ashr. 

"Demi masa.
Sungguh, manusia berada dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran."
(QS. Al-'Asr: 1-3)



Berdasarkan surat tersebut, Allah memberitahukan bahwa setiap manusia itu sesungguhnya merugi. Kecuali mereka yang memiliki ciri-ciri seperti yang diuraikan pada ayat berikutnya. Adapun ciri-ciri orang yang tidak merugi adalah:
1. beriman
2. beramal shalih (mengerjakan kebajikan)
3. menasihati untuk kebenaran
4. menasihati untuk kesabaran.


Iman merupakan syarat mutlak agar kita bisa menjadi orang yang beruntung. Mengapa? Karena iman Islam merupakan syarat mutlak untuk bisa mendapatkan ridho Allah dan masuk ke surga-Nya. Tanpa iman, sebanyak apapun amal kebajikan kita, tidak akan diterima oleh Allah. Iman merupakan tiket untuk kebahagiaan dan kesuksesan kita di dunia dan di akhirat.


Tetapi, iman saja belum cukup. Kita pun harus memperbanyak amal kebajikan. Karena kita tidak tahu, dari amalan yang mana yang akan mendatangkan ridho dan rahmat Allah. Oleh karena itu, Allah menyuruh kita untuk fastabiqul khoirot, berlomba-lomba dalam kebaikan. 


Selain memperbanyak amal kebajikan yang faedahnya akan kita nikmati sendiri, kita pun harus memperhatikan orang lain, dengan cara berdakwah. Yaitu dengan saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran. 


Dalam tafsir Ibnu Katsir, nasihat-menasihati dalam kebenaran adalah mengajak orang lain untuk menunaikan semua yang diperintahkan Allah dan meninggalkan semua yang Allah haramkan. Sedangkan nasihat-menasihati dalam kesabaran berarti kita tabah dalam menghadapi segala musibah, malapetaka, dan gangguan yang menyakitkan. 


Memang, untuk menjalankan empat kriteria tersebut bukanlah hal yang mudah. Karena surga memang tidak didapatkan dengan cara yang mudah apalagi instan. Tetapi, surga harus diraih dengan perjuangan dan pengorbanan.


Semoga kita bisa mengamalkan empat kriteria tersebut dan semoga Allah jadikan kita orang-orang yang beruntung di dunia dan di akhirat. Aamiin yaa mujibassaailin 🤲🏻.








Friday, May 20, 2022

Review "The Architecture of Love"


Judul buku: The Architecture of Love
                      (English)
Penulis: Ika Natassa
Translator: Rain Chudori
Penerbit: Gramedia
Cetakan: 2021
ISBN: 9786020651781
Tebal buku: 272 halaman


Bismillah


Saat kita sedang banyak masalah, atau jenuh dalam menjalani rutinitas, kehilangan semangat dalam melakukan pekerjaan, maka kita butuh refreshing. Penyegaran, suasana baru, kegiatan yang menyenangkan, agar kita bisa kembali fit dan bersemangat lagi.


Itulah yang dilakukan Raia Risjad, tokoh utama novel ini. Dia seorang penulis yang sedang mengalami writer's block. Sejak perpisahan dengan suaminya, dia tidak bisa menulis, meski hanya satu kalimat. Padahal, novel terbarunya terjual best seller dan diangkat menjadi sebuah film yang juga laris manis.


Untuk kembali menemukan ide menulis, Raia pergi berlibur ke New York dan tinggal di apartemen sahabatnya, Erin. Sudah berhari-hari ia menjelajahi kota New York, namun tak satu pun kalimat yang berhasil ia tulis. Sebagai sahabat, Erin tidak tinggal diam. Dia pun berusaha menyemangati dan memberikan ide-ide kegiatan agar Raia bisa terinspirasi.


Salah satunya, mengajak Raia ke pesta tahun baru di apartemen temannya, Aga. Raia yang tidak suka pesta, terpaksa ikut juga. Menjelang pergantian tahun, Raia berusaha menghindari pesta dengan pergi ke toilet. Selain itu, dia juga ingin menghindari ritual saling cium saat tahun baru datang. (Astaghfirullah, ada ya, acara begituan. Na'udzubillahi min dzalik.)


Begitu puncak acara lewat, Raia pun keluar kamar mandi dan berniat untuk bergabung lagi dengan teman-temannya. Namun, sepatu high heels-nya menyebabkan kakinya cedera. Ia pun berusaha mencari tempat duduk untuk beristirahat dan memijit kakinya. Kebetulan di dekat kamar mandi ada ruangan. Ia duduk di sana, di ruangan yang gelap.


Ternyata di sana ada seseorang yang sedang duduk menghadap meja kerja. Raia tidak tahu siapa orang tersebut dan tidak bisa melihat juga karena tidak ada lampu penerangan. Lelaki itu sempat mengkhawatirkan keadaan Raia dan menawarkan apakah Raia butuh sesuatu. 



Tak lama kemudian, datang Aga yang telah mencari-carinya. Dari Aga, Raia tahu bahwa lelaki yang sedang menggambar itu adalah kakaknya. Tapi Aga tidak menyebutkan siapa namanya.


Keesokan harinya, saat Raia jalan-jalan, niatnya ingin mencari inspirasi menulis, ia bertemu dengan kakak Aga. Yang, belum dia ketahui siapa namanya. Itulah awal kebersamaan mereka selama di New York. Setiap hari mereka pergi bersama. Kakak Aga menggambar gedung-gedung yang mereka kunjungi, sedangkan Raia berusaha mencari ide. Sayangnya, ide itu sulit muncul. 


Biasanya, seorang penulis kesulitan menulis kalimat pembuka. Dan, biasanya juga, setelah menemukan satu kalimat pembuka, kalimat berikutnya akan dengan mudah mengalir dan muncul di kepala. Maka, ketika Raia menemukan kalimat pembuka tersebut, ia sangat gembira sehingga rasanya ingin loncat saja. 


"People say that Paris is the city of love, but for me, New York deserves the little more. It's impossible not to fall in love with the city as it's almost impossible not to fall in love in the city." (hal. 34)


Namun, setelah dua kalimat itu, Raia masih belum ada ide menulis berikutnya. Bila ia pergi bersama River, kakak Aga, ia hanya pura-pura sibuk. Kadang-kadang malah hanya menonton film Tom and Jerry. Sedangkan River selalu menyelesaikan gambarnya dengan sempurna. Hingga saat River memergokinya menonton film. 


River lah yang memberikan semangat kepada Raia untuk bisa menulis lagi. Hingga terkumpullah beberapa cerpen yang siap untuk dibukukan. Berkat River, ia bisa menulis lagi. Oleh karenanya, ia tuliskan rasa terima kasihnya di buku terbarunya.


"For River Jusuf, who taught me how to see New York from another light."


Ternyata kalimat itu sangat bermakna tidak hanya buat Raia, tetapi juga buat River. Dia menjadi yakin dengan perasaan Raia kepadanya. 




Sunday, May 15, 2022

Secercah Harapan


Bismillah


Pada tanggal 25 April 2022, akhirnya pemerintah Jawa Barat, yang kemudian diikuti Kabupaten Bekasi, mengeluarkan pengumuman siapa saja yang berhak untuk berangkat haji tahun ini. Berhubung pihak pemerintah Arab Saudi hanya memberikan kuota 1 juta untuk seluruh dunia, otomatis jatah kuota Indonesia pun berkurang. Yang biasanya bisa mencapai 250.000 jamaah, tahun ini alhamdulillaah ada 100.000 an. Kabupaten Bekasi sendiri, alhamdulillaah mendapatkan kuota seribu lebih. Paling banyak se-Jawa Barat.



Alhamdulillah wa syukurillah, nama saya ada di urutan pertama karena waktu pendaftarannya juga paling lama, dari tahun 2007. Jamaah yang lain hampir semuanya mendaftar pada tahun 2012. Dari 100 lebih peserta KBIHU Daruttakwien, yang mendapat kuota pemberangkatan tahun ini 60 jamaah. Alhamdulillah. Tetapi, sedih juga, Bu Rulita, teman yang bareng MCU, ternyata belum berangkat tahun ini. Qadarullah.



Bermacam-macam reaksi teman-teman yang belum bisa pergi haji tahun ini. Sebagian besar, sudah pasti sedih dan kecewa. Mereka sudah lama mendaftar, sudah diminta bersabar lagi selama dua tahun ini, sudah MCU dan vaksin meningitis lagi, ternyata belum Allah izinkan untuk berangkat. Wajar. Saya pun pasti akan merasa seperti itu. Walaupun, sudah berkali-kali gagal berangkat. 



Ada juga yang lapang dada saat menerima takdir bahwa mereka belum bisa menunaikan ibadah haji tahun ini. Mereka pasrah dan tawakal dengan segala ketentuan Allah. Bagi mereka, ibadah haji tidak hanya menuntut kemampuan, namun menyangkut panggilan Allah. Seberapa kuat pun kita berikhtiar, kalau Allah belum memanggil, ya, tidak akan bisa berangkat. MasyaaAllah. Benar-benar kepasrahan dan keyakinan yang kuat kepada Allah. 


Saya pun merasakan demikian. Dulu, waktu mendaftar haji, semuanya sudah siap: keuangan, fisik, mahram. Bisa dibilang, saya sudah siap lahir batin, meskipun sempat gundah juga, mengingat waktu itu Hakim masih batita. Qadarullah, saya hamil sehingga tidak jadi berangkat bersama suami. 



Waktu itu, saya instrospeksi diri. Mengapa Allah belum memanggil saya untuk pergi ke tanah suci? Mungkinkah karena saya belum pantas? Masih kurang ilmu dan amal? Bisa jadi. Namun, yang pasti, karena Allah belum mengizinkan. Saya ambil hikmahnya saja. Dengan tertundanya keberangkatan saya, berarti saya bisa mendampingi anak-anak. Saya tidak perlu gundah meninggalkan mereka.


Kini, setelah anak-anak sudah besar, si bungsu sudah hampir 12 tahun, InsyaaAllah saya tidak akan khawatir meninggalkan mereka untuk sementara. Apalagi ada abinya. Walaupun, saya merasa ada yang kurang juga, karena tidak ditemani suami.


Alhamdulillah 'alaa kulli haal. Semua yang Allah takdirkan, pasti ada rencana baik yang telah Allah siapkan untuk kita. Kita hanya perlu menjalaninya dengan ikhlas dan yakin bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya. 



Kembali ke pengumuman tadi. Setelah mendapatkan berita resmi tersebut, ternyata tidak otomatis kita pasti berangkat. Ada saja kendalanya. Yang saya alami, pertama, vaksin meningitis saya tidak bisa diakui, katanya. Alasannya, saya tidak menunjukkan kartu vaksin Covid-19 yang pertama, kedua, dan booster. Padahal, dari pihak KBIHU sudah memberitahukan bahwa sebelum vaksin meningitis, harus booster dulu.



Dari situ, seharusnya, otomatis yang vaksin meningitis, pasti sudah booster. Akhirnya saya harus mengirim foto kartu vaksin. Tidak apa-apa, kita jalani saja. Selain ikhtiar, saya pun harus pasrah kepada Allah akan apapun yang terjadi. 



Selesai soal vaksin, ternyata masih ada lagi masalah lain. Pihak KBIHU mempertanyakan, apakah saya sudah lunas biaya manasik, dan dipertanyakan juga kapan lunasnya. Lha, bukannya mereka juga punya datanya? Mereka yang mengeluarkan kuitansi, lho. 


Alhamdulillah, kuitansi pembayaran masih ada. Tinggal foto dan kirim. Semoga setelah ini tidak ada masalah lagi. Ya Allah, hamba mohon keridhoan-Mu atas ibadah haji hamba tahun ini. Tolong mudahkan dan lancarkan ibadah haji hamba tahun ini. Tolonglah hamba ya Allah, agar ibadah haji hamba mabrur dan mendapat ridho-Mu. Aamiin yaa rabbal'aalamiin 🤲🏻.

Friday, May 6, 2022

Masak Kolaborasi


Bismillah


1 Syawal 1443 H ini, lebaran kedua tanpa masakan ibu mertua. Biasanya, pada malam takbiran dan beberapa malam sebelumnya, beliau sibuk menyiapkan hidangan lebaran. Ada kue kering: nastar, putri salju, kastangels, satu, lidah kucing, dan lain-lain. Tak ketinggalan pula kacang bawang dan kacang mede. Pas malam lebarannya, beliau akan sibuk membuat ketupat, opor, sambal goreng labu Siam, dan sayur krecek. 



Tetapi, sejak beliau sakit, sekitar dua tahun yang lalu, kami lah yang memasak. Saya yang terbiasa tinggal makan, kini harus bisa memasak. Alhamdulillaah, Paksu selalu siap membantu. Kali ini, kami sekeluarga turun ke dapur.



Sebelumnya, pada siang hari, kami ke pasar Mega Regency untuk membeli kulit ketupat dan barang-barang lainnya. Ternyata pasar sudah sepi. Alhamdulillaah, masih ada yang menjual kulit ketupat. Kasihin para pedagang kulit ketupat itu. Dagangan mereka masih banyak dan terpaksa dibawa pulang kembali ke Jonggol. Ya, kebanyakan mereka berasal dari sana. 



Menurut perkiraan kami, dagangan mereka kurang laku karena banyak warga yang mudik, pulang ke kampung halaman mereka. Apalagi, sudah dua tahun pemerintah melarang untuk mudik karena pandemi Covid-19. Dikhawatirkan, agenda mudik tiap tahun itu bisa menaikkan kasus Covid-19. Tak heran, bila tahun ini, karena sudah diizinkan, banyak masyarakat yang mudik. Jadinya, perumahan banyak yang sepi.



Kembali ke agenda keluarga kami. Setelah dari pasar, kami membeli beras dan sayuran di warung langganan kami, yang jaraknya kurang dari 100 meter dari rumah. Ternyata, stoknya pun tidak lengkap karena yang belanja ke pasar induk belum datang. Akhirnya, sore hari menjelang berbuka puasa, kami baru mendapatkan bahan-bahan masak secara lengkap. Termasuk ayam kampung yang kami beli dari marbot masjid. Alhamdulillah, masih kebagian.



Setelah semua lengkap, kami pun berbagi tugas. Anak-anak memasukkan beras ke dalam kulit ketupat, saya menyiapkan bahan-bahan bumbu dan sayuran. Setelah ketupat siap, Paksu yang bertugas memasaknya. Saya fokus membuat opor ayam dan sambal goreng labu plus kacang panjang dibantu anak-anak. Azmi yang memarut labu, Mufid menguleg bumbu, Nafa memotong kacang panjang. Sedangkan Hakim kebagian bersih-bersih rumah. Nisa di Cibubur menemani eyangnya.



Alhamdulillah, dengan kolaborasi, pekerjaan jadi lebih cepat selesai. Meskipun capek, tapi pasti tidak secapek kalau dikerjakan sendiri. Saya jadi membayangkan bagaimana capeknya ibu mertua karena beliau kalau memasak tidak mau dibantu. Maunya dikerjakan sendiri. Pasti capek banget. Tak heran, bila selepas shalat Ied, beliau istirahat tidur. Tapi ya, tidak bisa nyenyak dan nyaman karena banyak tamu yang datang dan ingin sungkem kepada beliau.


Alhamdulillaah wa syukurillah, meskipun sekarang tidak bisa menikmati masakan hasil karya ibu mertua, kami masih bisa makan opor ayam di hari raya ini. Walaupun, ya, rasanya memang tidak seenak dan senikmat masakan beliau. Masih harus ditambahi garam lagi, setelah dicek rasa oleh Paksu. Memang, kalau urusan lidah, Paksu paling jago. Maklumlah, ibunya jago masak.