Thursday, May 26, 2022

Review "The Crown"

Judul buku: The Crown
Penulis: Kiera Cass
Penerjemah: Nina Setyowati
Penerbit: Bentang Belia
ISBN: 978-602-430-273-3
Cetakan: 2018
Tebal buku: 276 halaman


Bismillah


The Crown merupakan kelanjutan dari The Heir. Diawali dengan tereliminasinya beberapa cowok sekaligus, dan hanya menyisakan enam, The Elite. Hal ini harus dilakukan, karena sang ratu yang tak lain Ibunda Eadlyn terkena serangan jantung. Ditambah lagi kepergian adiknya, Ahren, yang sangat mendadak membuat permasalahan demi permasalahan melingkupi kerajaan. 


Selain keenam kandidat, muncul tokoh baru, Marid. Dia merupakan putra salah seorang mantan kepercayaan Raja Maxon. Karena perbedaan pendapat, keluarga mereka meninggalkan istana. Menjadi sebuah kejutan, ketika Marid muncul di istana dan membawa ide brilian untuk mengumpulkan perwakilan masyarakat di istana. 


Ide tersebut disambut baik oleh Eadlyn, yang sekarang bertugas sebagai regen, semacam pejabat sementara, menggantikan sang ayah yang harus mendampingi sang istri. Namun, pertemuan yang dimaksudkan sebagai ajang diskusi untuk mengetahui aspirasi rakyat tersebut, berjalan cukup heboh. Ada beberapa orang, dari kalangan kaum muda, yang menginginkan dibubarkannya sistem monarki. Hal ini tentu sangat mengganggu Eadlyn.



Di samping tugas Seleksi yang belum selesai, muncul masalah baru. Marid mulai melancarkan aksinya, bahwa dia akan meminang sang ratu, Eadlyn. Belakangan terungkap bahwa ternyata Marid berniat untuk merebut tahta. Kedatangannya ke istana yang terkesan manis, ternyata ada udang di balik batu. Dia merasa sudah populer dan berhak menjadi raja mendampingi Eadlyn.


Hal inilah yang akhirnya memaksa Eadlyn untuk mempercepat proses seleksi. Tiga orang mengundurkan diri secara sukarela atas keinginan mereka sendiri. Satu orang lagi dieliminasi oleh Eadlyn. Tinggal dua orang: Kile dan Henri. 


Sebelum itu, Eadlyn telah dinobatkan sebagai ratu menggantikan ayahnya. Hal ini ia lakukan sebagai bentuk kepedulian terhadap keluarganya. Bila ayahnya tetap menjabat sebagai raja, otomatis ibunya pun akan sibuk karena posisinya sebagai ratu. Sedangkan ibunya masih dalam masa pemulihan setelah terkena serangan jantung. Supaya orang tuanya bisa menikmati kehidupan sebagai suami istri pada umumnya, Eadlyn mengajukan diri untuk maju menggantikan ayahnya.


Seharusnya, dengan hanya tinggal dua kandidat, mudah untuk memutuskan mana yang akan terpilih. Namun, muncul masalah baru. Eadlyn tidak mencintai satu pun dari kedua kandidat tersebut. Cintanya justru jatuh kepada Erik, sang penerjemah. Henri yang hanya bisa berbahasa Finlandia, harus ditemani Erik agar bisa berkomunikasi dengan Eadlyn yang berbahasa Inggris. 


Meski hanya sebagai seorang penerjemah dan bukan bagian dari kandidat seleksi, Erik sangat perhatian kepada Eadlyn. Bahkan Erik lah yang menyelamatkan Eadlyn saat kencannya berubah menjadi perkelahian. Eadlyn yang selama ini tidak percaya dengan cinta, akhirnya merasakannya juga. 


Namun, perasaan itu menjadi rumit karena dia seorang ratu yang hidupnya didedikasikan untuk rakyat. Dia sedang menjalankan seleksi. Apa jadinya bila ia justru mencintai laki-laki yang bukan peserta seleksi. 


Demi rakyat dan negaranya, Eadlyn harus mengabaikan perasaannya. Cintanya yang baru bersemi harus layu sebelum mekar demi memuaskan orang banyak. Maka, dia pun memilih satu di antara dua kandidat tersebut. Hingga pada saat menjelang pengumuman tentang pertunangan sang ratu di acara TV Berita Illéa, terjadilah apa yang harus terjadi. Siapakah yang akan mendampingi Eadlyn untuk memimpin negara?









No comments: