Sunday, November 28, 2021

Kenangan Isoman

Bismillah


Hampir satu bulan kami menjalani isoman (isolasi mandiri) karena terkena covid-19. Berawal dari abinya yang positif pada tanggal 23 Juni. Lalu menyusul saya dan Mufid pada tanggal 27. Dua hari kemudian Nisa, Nafa, dan ibu juga positif.


Alhamdulillah, ada ruangan yang bisa digunakan isoman, sehingga tidak perlu ngontrak rumah atau ke rumah sakit. Ruangan itu terletak di sisi kiri rumah, antara dapur bersih dan dapur kotor. Tidak tertutup rapat karena bagian depan dan belakang belum ada temboknya. Jika malam tiba, dingin. Namun bila siang hari panas karena sinar matahari langsung masuk tanpa ada penghalang. Selain itu juga karena atapnya terbuat dari asbes. 


Karena ruangan terbuka, selain harus melawan dingin, kami pun harus tahan dengan gigitan nyamuk yang kadang membuat kami sulit tidur. "Obat nyamuk" bakar pun sudah dinyalakan di beberapa tempat, tapi tetap saja masih berseliweran. Alhamdulillah, meski begitu kami tetap bersyukur karena masih bisa bersama-sama dan bisa serumah dengan anak yang tidak terpapar. Tenang rasanya.


Kegiatan selama isoman terbilang cukup membosankan. Meski di belakang kami ada kebun yang bisa digunakan untuk bermain, tetap saja ada kebosanan. 


Untuk mengusir kejenuhan, Mufid dan Nafa berinisiatif membersihkan kolam ikan yang sudah kering. Berdua mereka bekerja sama menyikat lantai dan dinding kolam. Membawa air dari tengah kebun dan menuangkannya ke kolam. Tak ada rasa letih yang terlihat dari wajah mereka. Justru riang gembira mereka melakukan itu semua. Padahal, saya yang menyaksikan merasa khawatir kalau mereka kecapekan dan sakit lagi.


Alhamdulillah mereka baik-baik saja. Justru beberapa hari setelah dinyatakan negatif, mereka malah sakit campak. Sampai-sampai kakaknya berpikir, ini karena mereka membersihkan kolam. Mungkin kecapekan atau terkena kuman yang ada di sana. Tapi ternyata, kakaknya, Hakim, juga sakit. Dan, beberapa hari kemudian kami dapat kabar bahwa tetangga pun sakit campak. 


Selama isoman, kegiatan kami jadi sangat teratur dan disiplin. Shalat di awal waktu, makan tiga kali sehari dan selalu makan bersama, berangkat tidur pun bersama-sama. Satu tidur, yang lain juga tidur. Berbeda dengan keseharian saat keadaan normal. Makan sendiri-sendiri, karena laparnya tidak bersamaan. Kadang juga ada yang malas makan. Hanya shalat yang, alhamdulillah, selalu berjamaah. 


Alhamdulillah, akhirnya selesai sudah isoman. Dan, alhamdulillah kami semua sembuh dari covid-19. Terima kasih ya Allah atas segala nikmat yang Engkau berikan kepada kami. Semoga kami menjadi hamba yang pandai bersyukur. Aamiin yaa rabbal'aalamiin 🤲🏻

Friday, October 15, 2021

Selamat Berjuang


Bismillaah

Ini adalah surat dari seorang siswi yang baru lulus. Angkatan Covid kedua, atau angkatan 11, bila dihitung secara normal. Mendapatkan surat cinta dari siswa itu sesuatu banget. Ada rasa bangga, "Oh, ternyata aku berguna juga baginya." Juga ada rasa haru. Setahun hanya bertatap muka di layar hp atau laptop, tetapi saat berpisah, sedih juga. Tak terasa, telah terjalin ikatan hati di antara kita.

Siswi ini merupakan salah seorang yang spesial buat saya. Pada semester 1, prestasinya kurang bagus. Ia pun sering tidak tuntas dalam mengerjakan tugas. Banyak tugas yang diabaikan. KBM (kegiatan belajar mengajar) yang dilaksanakan melalui video conference pun jarang ia hadiri. Saat video call untuk tahfidz, sering mematikan kamera dan keluar sebelum waktunya. Benar-benar menguji kesabaran. 

Saya coba hubungi mamanya dan memberitahukan keadaannya. Mamanya kaget dan merasa bersalah karena selama ini memang kurang memantaunya. Beliau pun koordinasi dengan sang papa mengenai putri mereka tersebut. Kabarnya, siswi tersebut sampai disidang oleh kedua orang tuanya karena kurang disiplin dalam belajar.

Mendengar kabar tersebut, saya sangat berterima kasih kepada beliau berdua yang sangat sigap menangani kasus ini. Hebatnya, mereka tidak menyalahkan saya, atau guru-guru lainnya. Bahkan, mereka meminta izin agar putrinya bisa belajar langsung dengan guru di sekolah karena mereka tidak bisa mendampingi. 

Tetapi, karena saat itu kasus penularan covid sedang tinggi dan khawatir ada kecemburuan sosial dengan siswa lainnya, permintaan mereka tidak bisa diakomodir. Sekolah hanya bisa menyarankan agar putri mereka diberi les tambahan secara virtual.


Tetapi, anaknya tidak mau les tambahan. Akhirnya ya, belajar bersama orang tuanya. Alhamdulillah, sedikit demi sedikit ada perubahan dan perkembangan yang menggembirakan. Dia mulai rajin mengikuti pembelajaran online, dan tugas-tugasnya pun tuntas dikerjakan.

Memasuki semester dua, perkembangannya semakin membahagiakan saya. Saya sampai heran. Di depan teman-temannya, saya sebutkan kemajuan yang telah dia capai. Lalu saya minta dia untuk menceritakan apa yang telah dia lakukan hingga sekarang rajin dañ tuntas mengerjakan tugas. Namun, dia hanya tersenyum simpul, tidak mau bercerita.

Alhamdulillah, semua ini atas izin dan kehendak Allah. Saya bersyukur punya siswi seperti itu. Dan saya bersyukur, Allah telah memberi kesempatan kepada saya untuk belajar. Belajar dari para siswa, dan belajar pula dari para guru serta mentor dan motivator. Di antara mereka yang telah berjasa itu ada Pak Aris Ahmad Jaya (Abco), Mas Fadhil (Sekolah Alam Cikeas), Kang Harri (HCR.id), dan seorang coach yang saya lupa namanya. 


Jazakumullahu khairan katsira. Semoga ilmu yang telah Anda ajarkan kepada saya, menjadi amal jariyah, yang pahalanya akan terus mengalir hingga yaumil akhir. Aamiin yaa rabbal'aalamiin 🤲🏻




Sunday, August 8, 2021

Pasca 14 Hari

Bismillaah


Bila dihitung sejak dites swab, maka hari Ahad, 11 Juli 2021, genap empat belas hari saya isoman (isolasi mandiri). Namun, karena menunggu anak-anak selesai isoman juga, kami berencana untuk tes swab hari Selasa. 

Pada hari Senin, alhamdulilaah, saya merasa badan saya benar-benar fit dan sehat. Hanya sedikit batuk. Itu pun di pagi hari. Mungkin efek udara malam yang dingin. Dengan kondisi tersebut, saya merasa yakin bahwa besok saat dites, hasilnya negatif.

Selasa, hari ke-16, saya bangun dengan badan yang terasa tidak nyaman. Tulang-tulang terasa kaku. Mau bangun pun agak sulit. Saat mandi, badan menggigil. Saya pegang dahi, hangat. Wah, meriang lagi. 

Meski badan sudah sakit dan meriang, saya paksakan untuk bergerak. Memasak, mencuci baju, berjemur sekaligus senam ringan. Setelah shalat Dhuha, badan saya tidak kuat lagi. Akhirnya, saya hanya bisa berbaring. Bangun hanya untuk shalat dan makan, serta ke kamar mandi. Alhamdulillah, pekerjaan bisa ditangani anak-anak, sebisanya. 

Saat konsultasi ke dokter, beliau menyarankan agar saya kembali mengonsumsi vitamin B komplek dan vitamin D. Badan kaku itu kemungkinan disebabkan oleh kekurangan vitamin. Maka, suami pun berusaha mencari vitamin tersebut. Alhamdulillah dapat vitamin B, tetapi vitamin D belum dapat.


Alhamdulillah di rumah ada habbatussauda, madu, dan virgin coconut oil. Selain mengonsumsi vitamin B, saya minum juga herbal yang ada di rumah. Plus extra food produk HPAI. Karena saya demam dan batuk, suami membelikan obat demam plus batuk. Alhamdulillah, setelah minum obat tersebut, badan berkeringat dan terasa agak enteng.


Hari ke-16 adalah puncaknya rasa sakit. Hari ke-17 mulai berkurang. Keesokan harinya, alhamdulillaah sembuh. 


Sakit pasca Covid-19 ini justru rasa sakit yang paling berat dibandingkan Covid-nya sendiri. Saat isoman, saya hanya seperti sakit flu, tapi ditambah lemes seperti sakit typus. Tetapi, setelah selesai isoman, sakitnya malah luar biasa. Sampai-sampai, saya berpikir, apakah saya akan lumpuh. Na'udzubillahi min dzalik. Alhamdulillah wa syukurillah, Allah berikan kesembuhan sehingga masih bisa menghirup udara segar. Alhamdulillah.






Monday, August 2, 2021

Selamat Berjuang, Nak

Bismillaah


Kemarin, Ahad, 1 Agustus 2021 kami mengantarmu ke tempat menimba ilmu dan menghafal Al-Qur'an. Pondok Pesantren Amal Jama'i, Sukabumi. Tempat yang cukup jauh. Sampai sana pun agak kecewa karena jalanan yang sempit dan pondok yang masih mungil dengan halaman sempit pula. Yang pertama kali terlintas dalam pikiran, bagaimana nanti saat penjengukan? Mobil mau diparkir di mana?


Muhammad Mufid Abdurrohim. Sedih rasanya melepasmu pergi ke pondok. Semalam pun, umi susah tidur. Semoga engkau betah di sana, Nak. Mendapatkan guru-guru dan teman-teman yang baik dan shalih sehingga engkau bisa belajar dengan tenang dan nyaman. Aamiin yaa rabbal'aalamiin 🤲🏻


Ya Allah, kami titip Mufid kepada-Mu, ya Allah.
Tolong jaga dia

Tuesday, July 20, 2021

Pelaku Sejarah

Bismillaah


Setahun lebih pandemi Covid-19 melanda bumi. Satu per satu, orang-orang terdekat mulai terpapar. Saya yang tadinya merasa aman, meski ada was-was juga, akhirnya ikut merasakan juga. 

Berawal dari suami yang harus mengurusi Pak Kades yang ternyata positif, kami sekeluarga ikut terpapar. Saat suami dinyatakan positif, saya masih negatif. Empat hari kemudian, saya dan Mufid positif juga. Ternyata memang yang ditulari itu tidak langsung positif. Perlu waktu.


Dua hari kemudian, menyusul Nisa, Nafa, dan ibu mertua yang positif. Jadilah kami berenam sakit. Meskipun penyakitnya sama, ternyata gejala yang kami rasakan berbeda-beda.

Suami merasakan gejala yang paling berat: demam, sesak napas, pegal-pegal, batuk, pilek, dan juga pusing. Lengkap seperti pasien Covid pada umumnya. Alhamdulillaah saya hanya seperti flu, hanya ditambah lemes. Kalau Mufid seperti sakit typus. Badannya panas sekali dan merasa pegal-pegal. Setelah dua hari minum obat, alhamdulilaah langsung sehat.

Sedangkan Nafa dan Nisa merasa pusing dan demam. Setelah minum obat, alhamdulilaah demamnya langsung turun. Namun, anehnya, setelah sehari sehat, Nafa sempat demam lagi. Alhamdulillaah setelah minum obat, panasnya turun. Keesokan harinya sudah sembuh dan lincah lagi. Alhamdulillaah.


Yang paling mengkhawatirkan tentunya ibu mertua. Selain karena beliau komorbid, keadaan beliau yang stroke, agak sulit untuk mengeluarkan dahak. Alhamdulillaah dengan ikhtiar menghirup uap air panas yang direbus dengan daun sereh dan ditetesi minyak kayu putih, beliau bisa batuk. Demamnya memang agak lama turun. Tetapi karena beliau disiplin minum obat dan suami juga sangat telaten merawat, akhirnya sembuh.

Alhamdulillaah, semua ini terjadi karena kehendak Allah. Allah yang memberikan sakit, Allah jua yang menyembuhkan. 


Monday, July 5, 2021

Menanti Giliran

Bismillaah

Selasa, 15 Juni 2021, kembali seorang kerabat kembali kepada Allah, Sang Pemilik Kehidupan. Setelah hampir sepuluh hari koma, akhirnya Allah memanggilnya untuk kembali ke dalam genggaman-Nya. Innalillahi wainnailaihi rooji'uun. Sesungguhnya kita ini milik Allah dan akan kembali kepada-Nya.

Diawali saat beliau pingsan dan dibawa ke RS. Ternyata pembuluh darah di otak kecil pecah. Setelah pemeriksaan, dokter merasa angkat tangan karena yang pecah di bagian pangkal sehingga tidak bisa dioperasi. Sempat dirawat beberapa hari di ruang ICU namun tidak ada perubahan. Menurut dokter, beliau masih bisa bertahan karena bantuan alat medis. Kalau alat-alatnya dicabut, paling hanya bisa bertahan dua jam.

Akhirnya, keluarga pun pasrah dan mengikuti saran dokter untuk mencabut alat-alat tersebut. Keluarga memilih hari baik yaitu hari Jumat. Sebelum dicabut, segala sesuatunya telah dipersiapkan apabila hal yang paling buruk terjadi, kematian.

Menurut prediksi dokter, setelah dicabut semua alat medis, pasien hanya bisa bertahan selama dua jam. Paling lama. Maka, kami pun bersiap meluncur ke rumah sakit. Sehingga, tak bisa dihindari, tercipta kerumunan di sana. Sempat khawatir juga, karena sedang pandemi begini.

Ternyata dua jam sudah terlewati dan pasien masih bisa bernapas teratur. Bahkan, ketika dibacakan shalawat, kakinya masih bisa bergerak. MasyaAllah. Terbukti sudah. Bahwa kematian itu benar-benar rahasia Allah. Manusia tidak bisa memprediksi, apalagi menentukan. Allahu Akbar.

Setelah bertahan hampir empat hari, akhirnya Allah pun memanggilnya. Kembali ke haribaan-Nya.

Peristiwa itu kembali menyadarkan kita bahwa kematian itu sesuatu yang misterius. Hanya Allah saja yang mengetahuinya. Meskipun tanda-tandanya sudah kita lihat, kalau Allah belum berkehendak, tidak akan terjadi. Kita, manusia, hanya bisa mempersiapkan diri, tidak boleh sok tahu.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَلِكُلِّ اُمَّةٍ اَجَلٌ ۚ فَاِ ذَا جَآءَ اَجَلُهُمْ لَا يَسْتَئۡخِرُوْنَ سَا عَةً وَّلَا يَسْتَقْدِمُوْنَ

"Dan setiap umat mempunyai ajal (batas waktu). Apabila ajalnya tiba, mereka tidak dapat meminta penundaan atau percepatan sesaat pun."
(QS. Al-A'raf: Ayat 34)


Setiap yang bernyawa pasti akan mati. Tidak perlu sakit. Tidak perlu tua. Bila sudah saatnya, seperti yang telah Allah tentukan, maka kematian akan datang. Tinggal kita mempersiapkan diri untuk kehidupan setelah mati. Kehidupan yang kekal abadi. 





Sunday, June 13, 2021

The 11th Graduation


Bismillaah


Hari ini, Ahad, 13 Juni 2021 adalah hari yang cukup bersejarah untuk siswa kelas 6 SDIT Al Hidayah. Pagi ini, bisa jadi merupakan hari yang tak akan terlupakan dalam kehidupan.  Karena hari ini, mereka harus merayakan hari kelulusan hanya dengan virtual graduation. Rencana untuk melaksanakan wisuda di sekolah hanya tinggal rencana. Efek pandemi yang masih belum berakhir. Bahkan, wisuda kali ini dilakukan dalam keadaan yang kurang menyenangkan. Lima guru AHIS dinyatakan positif Covid, sehingga semua guru dan staf administrasi harus WFH.

Meskipun dilakukan secara daring, secara umum, wisuda kali ini lebih baik daripada tahun sebelumnya. Bila dilihat dari persiapan acara dan komposisi acaranya. Namun secara emosional, wisuda tahun lalu lebih menyedihkan dan mengharukan. Kami harus melepas mereka untuk yang terakhir kali hanya melalui Zoom, dan tidak bisa bertemu kembali.

Sedangkan wisuda kali ini, kami masih bisa bertemu meskipun hanya secara drive thru. Tak masalah, yang penting masih bisa melepas mereka dan foto bersama secara nyata. Tahun lalu, memang bisa bertemu saat pengambilan surat kelulusan. Tetapi hanya dengan siswa perempuan. Dengan siswa laki-laki tidak sempat bertemu karena kelasnya berjauhan.

Virtual Graduation tahun ini dikemas lebih rapi dan lengkap. Dirancang sedemikian rupa agar menyerupai wisuda offline yang biasa dilaksanakan di hotel. MC-nya oleh siswa-siswa kelas 4 dan 5, dan ada prosesi wisuda.

Pada prosesi wisuda, siswa dipanggil satu per satu. Saat dipanggil itulah, orang tua siswa mengalungkan medali kelulusan yang sudah diberikan pada hari sebelumnya. Bersamaan dengan itu pula, di layar Zoom ditampilkan profil siswa tersebut. 

Sebagian besar siswa melaksanakan prosesi wisuda tersebut sesuai prosedur dengan khidmat. Hanya ada beberapa yang melakukan ritual yang berbeda. Ada satu keluarga siswa yang setelah pengalungan medali bukannya cium tangan orang tua, tetapi malah tos. Ada pula yang setelah pengalungan medali posenya bukan memberi salam tetapi malah pose bebas seperti sedang selfie. Bahkan, ada satu siswa yang ketika orang tuanya diminta mengalungkan medali, ternyata medalinya belum disiapkan. Malah bingung harus mencari dulu. 

Selalu ada yang membuat tersenyum di saat suasana khidmat dan mengharukan. Semoga mereka mampu menjaga dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh selama di AHIS. Mampu istiqamah dalam menjalankan semua kebaikan yang selama ini telah dibiasakan saat sekolah di AHIS. Aamiin yaa rabbal'aalamiin 🤲.

Tuesday, June 8, 2021

Untuk Apa Menulis?



Bismillaah

Saat ini, sudah semakin banyak orang yang suka menulis. Apalagi sejak pandemi. Karena tidak boleh dan tidak bisa ke mana-mana, menulis menjadi alternatif kegiatan yang tidak kalah asyiknya. Termasuk saya. Salah satu hikmah pandemi, alhamdulilaah saya bisa menerbitkan sebuah buku solo. Sudah lama cita-cita ini terukir, dan baru tahun ini tercapai atas izin Allah. Alhamdulillaah.

Banyak motivasi yang melandasi seseorang untuk menulis. Mungkin, beda orang, beda pula motivasi dan tujuannya. Kalau membaca perkataan Sahabat sekaligus menantu Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam di atas, menulis menjadi salah satu amal jariyah yang mudah-mudahan bisa membahagiakan kita di akhirat. Bahagia karena tulisan kita bermanfaat dan menginspirasi banyak orang. Bahagia karena menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir meski kita sudah tidak ada di dunia.

Mari kita lihat, motivasi apa saja yang membuat seseorang bersemangat untuk menulis.

1. Ungkapan Rasa dan Pikiran
Kebanyakan orang lebih mudah dan lebih suka mengungkapkan perasaan dan pikirannya dengan berbicara dan bercerita kepada teman atau kerabat dekatnya. Namun, tak dipungkiri, ada sebagian orang yang tidak suka dan tidak bisa dengan cara seperti itu. Kelompok kedua ini, akhirnya memilih untuk menuliskan segala apa yang dia rasakan dan pikirkan. 

Melalui tulisan, mereka bisa bercerita banyak hal. Melalui tulisan, mereka bisa menuangkan ide-ide brilian yang kadang tidak terpikirkan oleh kebanyakan orang di luar dirinya. 

Tulisan telah menjadi sarana yang tepat untuk menuangkan rasa dan ide sehingga bisa dipahami oleh orang lain. Tulisan pun dapat menjadi sarana curhat sehingga masalah yang dihadapi tidak hanya disimpan sendiri. Tulisan bisa menjadi terapi untuk menghilangkan kesedihan dan menguraikan masalah dengan jernih.

2. Menebarkan Kebaikan
Bayangkan bila para ulama dahulu tidak menuliskan ilmu yang mereka miliki. Bayangkan bila Imam Bukhari, Imam Muslim, dan yang lainnya tidak menuliskan hadits yang telah mereka teliti. Bayangkan bila para ilmuwan tidak sempat menuliskan penelitian dan ilmu pengetahuan yang telah mereka kembangkan. 


Mungkin, hari ini, kita tidak tahu bagaimana beribadah dengan baik dan benar sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam. Mungkin, hari ini, kita tidak akan pernah tahu betapa indah dan mulianya akhlak Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam. Bisa jadi, hari ini,kita tidak pernah tahu betapa megahnya alam semesta ciptaan Allah dan berbagai ilmu yang ada di dalamnya.


Maka, menulis menjadi sesuatu yang sangat penting, sangat urgent. Meskipun kita bisa menyampaikan sesuatu dengan lisan kita, namun jangkauannya tak akan seluas dan sekekal tulisan. Tulisan para imam yang hidup puluhan bahkan ratusan lalu, masih bisa kita nikmati hingga detik ini. 


Selain itu, tulisan yang kita wariskan, semoga menjadi amal dan ilmu jariyah. Sehingga, meskipun kita sudah tidak ada lagi di dunia ini, tulisan kita masih dibaca oleh orang banyak. Dan, semoga itu menjadi pahala yang terus mengalir hingga yaumil akhir, menjadi salah satu amalan yang akan menyelamatkan kita dari siksa api neraka. Aamiin.


3. Menyalurkan Hobi
4. Mendatangkan Rezeki



Friday, June 4, 2021

Launching Perdana


Bismillaah

Pertama kali dalam hidup saya, bisa launching buku dan bedah buku kecil-kecilan hasil karya sendiri. Biasanya, kalau ada acara bedah buku, saya hanya sebagai peserta. Paling hebat jadi panitia. (Dulu waktu kuliah). Nah, sekarang, saya sebagai pembicara. Wow, MasyaAllah. Amazing!!!

Ya, alhamdulilaah, hari ini adalah hari istimewa dan hari yang cukup penting dalam hidup saya: Launching buku perdana. Meskipun launching-nya rame-rame -ada tiga buku yang di-launching- tetap saja terasa sangat spesial. Bahkan, saya sampai deg-degan dan gemetaran. Grogi, khawatir tidak bisa berbicara dengan baik di depan hadirin. Ditambah lagi khawatir dengan sinyal yang suka kabur-kaburan. Lengkap sudah. Sampai-sampai jantung ini berpacu lebih cepat dari biasanya.


Sebelum acara berlangsung, saya gladi bersih dulu dengan panitia, yaitu Mbak Kuni Hamda, putri Pak Cah dan Bu Ida. Agak lama juga saya men-setting tempat dengan arahan beliau. Dan, karena di sekolah dan saya juga belum berpengalaman, alhasil setting tempatnya ala kadarnya. Apa yang ada di kelas, itulah yang saya gunakan. Untuk men-display buku supaya terlihat di layar, saya menggunakan kursi yang disusun plus buku dan kardus. Begitu pun untuk tempat webcam-nya. Karena dia tidak bisa menempel dengan kokoh di laptop, akhirnya diletakkan di meja. Itu pun harus dialasi kardus juga karena kurang tinggi. 

Dan, lihatlah hasilnya. Dibandingkan dengan dua orang teman yang lain, setting tempat saya paling sederhana. Hanya saya, dan buku saya. Sedangkan teman-teman yang lain punya background yang memang siap untuk tampil di publik. Bahkan, Bu Ida pakai hiasan bunga dan buku-buku hasil tulisan beliau. Begitu pula Bu Muzna. Kalau saya? Ya, seperti keseharian saya: sederhana dan apa adanya, tanpa make up apa pun. 

Saat diberi kesempatan bicara pun, saya juga paling sebentar dan paling simpel. Tidak bertele-tele, panjang kali lebar. 

Di tengah-tengah acara, ada panggilan kalau guru kelas 6 ada rapat. Waduh. Tambah tak karuan pikiran saya. Ingin izin, tapi tidak mungkin. Sedangkan teman-teman yang lain masih menikmati acara. Terlihat dari cara bicara mereka yang santai dan menjelaskan masalah dengan detail. Sedangkan saya? Karena pikiran sudah terpecah-pecah, akhirnya bicara seadanya saja. 

'Alaa kulli haal. Saya sangat bersyukur kepada Allah atas anugerah-Nya, telah memampukan saya untuk menulis dan menerbitkan buku. Selain itu, bisa di-launching oleh Pak Cah, itu suatu kehormatan yang tiada tara. Ternyata beliau sama ramahnya dengan istrinya, Bu Ida. MasyaAllah, baarakallahu fiikum Pak Cah dan Bu Ida. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan dan keberkahan kepada Anda berdua, sehingga semakin banyak menebarkan kebaikan dan kebermanfaatan kepada masyarakat.

Oya, buku Bu Ida Kusdiati, Aisyah, bercerita tentang kehidupan beliau dalam versi fiksi. Sedangkan Bu Muzna, ada dua buku yang berisi puisi dan kisah berhikmah. Semuanya tentang perjalanan hidup beliau. Begitu pun buku saya. Tentang perjalanan saya selama menjadi guru selama lebih dari 20 tahun. 

Semoga buku kami bisa memberikan manfaat kepada diri kami sendiri dan juga orang lain yang membacanya. Semoga menjadi amal jariyah yang pahalanya terus mengalir hingga yaumil akhir. Aamiin yaa rabbal'aalamiin 🤲.


Thursday, June 3, 2021

Nulis? Buat Apa?

Bismillaah

Banyak orang yang tidak tertarik dengan kegiatan tulis-menulis. Mereka menganggap, menulis itu identik dengan belajar, jadi hanya dilakukan oleh mereka yang sedang di duduk di bangku sekolah. Nah, apa asyiknya belajar? Mending main game, nonton YouTube, atau berselancar di dunia maya, atau kegiatan fisik yang lebih seru dan menantang, seperti gowes, berenang, bermain bola, memasak, dan lain-lain.

Namun, bagi saya, menulis merupakan keasyikan tersendiri yang tidak bisa digantikan dengan kegiatan lainnya. Dan, seiring berjalannya waktu, menulis tidak hanya sekadar hobi tetapi sudah menjadi suatu kebutuhan. Kalau sehari tidak menulis, seperti ada sesuatu yang kurang.

Menulis telah saya lakukan sejak masih di bangku SD. Waktu itu saya sekolah di MIN (Madrasah Ibtidaiyah Negeri) Mrisen. Saat itu, menulis menjadi salah satu sarana untuk mengungkapkan perasaan. Sedih, kesal, kecewa, bahagia, semua saya tulis di buku harian. Ya, saat itu, saya baru mampu menulis di buku harian. Saya yang introver, kata orang-orang, sangat cocok dengan kegiatan menulis ini. Saya lebih bebas mengekspresikan diri tanpa malu dan takut ditertawakan oleh orang lain. Tambah lagi, saat itu saya termasuk anak pendiam yang tidak akan bicara kalau tidak ditanya.

Menginjak bangku SMP, saat itu saya sekolah di MTsN (Madrasah Tsanawiyah Negeri) Klaten, menulis buku harian masih menjadi aktivitas yang menyenangkan. Selain itu, saya juga mulai suka menulis puisi. Ini berawal dari terpilihnya saya untuk ikut lomba membaca puisi mewakili sekolah. Sejak saat itulah membaca dan menulis puisi menjadi hobi.

Ketika SMA, saya sekolah di SMA Muhammadiyah 1 Klaten, saya memiliki guru yang punya profesi sebagai wartawan. Alhasil, kemampuan menulis saya semakin terasah atas bimbingan beliau. Ditambah lagi, saya memiliki seorang guru bahasa Indonesia yang sangat kompeten. Ini membuat saya tidak hanya bisa menulis, tetapi juga memahami kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Bersyukur sekali bertemu dan berkesempatan belajar dengan guru-guru hebat, membuat saya percaya diri untuk mengirim tulisan ke media massa. Alhamdulillaah, dua tulisan dimuat, satu puisi mendapat juara, meskipun hanya juara harapan.

Sayangnya, nyali untuk mengirim tulisan ke media itu tidak berlanjut saat mulai kuliah. Aktivitas menulis saya kembali ke awal: menulis catatan dan puisi di diary. Tak ada perkembangan berarti. Justru kemunduran yang saya alami.


Alhamdulillaah, di akhir tahun 2015, setelah puluhan tahun tak menulis dengan serius, saya bertemu dengan grup kepenulisan di Facebook. Dari sanalah saya bergabung dengan One Day One Post yang didirikan oleh Bang Syaiha. Jazakallahu khairan katsira. Inilah era baru kepenulisan saya. Yang tadinya menulis sekadar meluapkan rasa di dalam dada, menjadi motivasi yang hingga saat ini membakar diri untuk terus menulis.


Bersambung, InsyaaAllah

Wednesday, June 2, 2021

Belajar dari Dena Ibrahim

Inilah 8 hal yang akan membawa kamu menuju Kesuksesan.InshaAllah

1. TUJUAN / MIMPI BESAR

Seseorang yang memiliki TUJUAN. Ia akan benar-benar memperjuangkannya. 

Tidak peduli akan banyaknya penolakan. Karena ia terus berusaha tanpa menyerah.

Dan Tujuan ini juga yang membuat kita kembali ke awal. Ketika suatu hari, kita coba menyimpang.

.
.

Tujuan itu cambuk, ketika mulai lelah. 

.
.


Dan TUJUAN akan menjadi pemicu semangat ketika jalan yang kita pilih dirasa stagnan.
Tulisan yang bisa mempengaruhi pikiran orang untuk "membeli" produk ada cara nya.

Bahkan sebagian besar orang mengenal istilah covert selling, soft selling, story selling, hypnoselling, dll yg intinya sama

Mempengaruhi orang untuk membeli produk yang kita promosikan.

istilah diatas ini gak akan jauh dari yg namanya copywriting

Apa sih sebenernya Copywriting itu?  adalah sebuah seni menulis, yang intinya kita jualan namun dibungkus dengan bahasa menarik dan bumbu cerita, yg orang gak sadar bahwa diujung cerita mereka bakalan beli sesuatu

Jadi, Copywriting ini, kalau sudah terlatih, kita akan bisa menggunakan daya imajinasi berdasarkan apa yang kita lihat, sentuh dan rasa untuk membuat cerita dengan ending kita jualan sesuatu

Bisa disisipkan link jualan kita diakhir kalimat.

Intinya, ilmu ini, bisa kita gunakan untuk menjual banyak hal.
Interaksi Maksimal, akan semakin menguatkan posisi kita di Facebook

Semakin banyak yang like dan komen. Maka postingan kita makin tersundul. 

Makanya postingan orang-orang beken di FB kok kayanya naik terus menerus ya. 

Ya karena dari edgerank FB. Ketika postingan sudah mau tenggelam. ada yang Like Komen. Maka naik lagi

Ada yang share, naik lagi
Nah gimana caranya banyak yang Like dan Komen?

Kakak wajib melakukan hal yang sama. Agar ada silahturahmi yang terwujud. Ada keakraban yang menggiring orang lain untuk melakukan hal yang sama di postingan Kakak.


2. Jalin Silahturahmi dengan Baik.

Sebagai Pebisnis online, khususnya pengguna Facebook. Kakak pasti pernah alami ini.

Sudah sering Like dan Komentar. Tapi kok masih sepi aja ya postingan. Mereka kemana ya. Kok gak berbalas?😁

Bertepuk sebelah tangan tuh sakit loh, tapi gak berdarah. Uhuuy

.
.


Kalo Friendlist diibaratkan tetangga. Maka, tetangga yang gak mau menyapa ini. Adalah tetangga yang semaunya banget.

Gak pernah tegur sapa. Tapi giliran jualan. Asal masuk aja ke rumah.

Di FB pun gitu. Orang-orang yang interaksinya kurang baik. Yang jarang sapa teman FB lainnya dengan like dan komentar.

Tapi isinya jualan terus...

Berpotensi diunfren oleh teman FB nya.

Boro-boro diborong, belanjaannya😁
Itu jauh lebih beretika. Ketimbang kakak SPAM Broadcast jualan bertubi-tubi tanpa perkenalan

Atau SPAM jualan di grup orang lain.

Atau bahkan menculik orang lain masuk ke grup jualan kakak.

3. KONSISTEN MENAMBAH DATABASE terTarget

Di Fesbuk jumlah pertemanan sampai 5000. Dari 5000 ini kita wajib rajin sortir. Mana akun-akun yang masih aktif atau tidak

Mana akun yang rajin menyapa, mana yang tidak

Mana akun mantan mana masa depan. Ihiiiwww

Untuk mendapatkan Frenlist tertarget kakak bisa mendapatkannya di Grup grup yang sesuai dengan Niche jualan kakak

Dan di grup ini. Mayoritas dari kita adalah pebisnis online.
Pebisnis online mau tidak mau.
Suka tidak suka. Mereka harus bisa menulis status yang menceritakan tentang produknya, dengan tujuan agar pembaca tertarik lalu interaksi dan transaksi.

Mengapa harus bisa menulis?

Karena berjualan online tidak sama dengan jualan offline.

Di offline mereka bisa pegang barang yang Kaka jual. Bisa lihat. Bisa dibolak-balik

Tapi di online tidak bisa seperti itu.

Ghoib. Jauh. 

Dan satu satunya yang bisa membangun rasa percaya dan tertarik dari calon pembeli adalah dengan tulisan kita.
Lalu saya minta kakak menulis dengan beberapa ketentuan:

Tanpa singkatan
Dengan Paragraph
Perhatikan titik koma
Tanpa bahasa Alay

Karena jika kakak menggunakan itu. Khawatir makna yang kakak maksud tidak sampai ke pembaca

Pesan dalam tulisan itu. Tidak tergambar dengan baik

Maksud kita apa. Yang ditangkap pembaca apaaa

Bertepuk sebelah tangan😔😆


4. Beri INFORMASI BERMANFAAT, EDUKASI Atau TULISAN motivasi/pengingat diri

Contoh : Pengingat diri
https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=776250142866963&id=100014459520009

Atau jika kakak agak kesulitan mencari ide menulis dengan bahasa sendiri

Bisa mencari artikel bermanfaat lainnya.


https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=769304130228231&id=100014459520009

Tulisan atau artikel artikel yang kita posting. Usahakan juga sesuai dengan kebanyakan Frenlist.

Mengapa hal-hal penting ini perlu kita posting.

Karena setiap tulisan mencerminkan kepribadian. Tulisan yang baik juga memberi dampak baik bagi pembacanya. 

Kita semua tentu mau kan berkontribusi dalam kebaikan?

Meskipun ya... Kebanyakan tulisan keluhan, curhat pribadi lebih banyak yang like dan komentar dibanding tulisan manfaat

Tapi disanalah keikhlasan kita teruji. Sejauh mana hati kita mantap berbagi manfaat
Dulu, ketika saya jualan buku. 

Maka setiap hari saya buka grup kepenulisan. Atau FP penulis ternama.

Karena orang yang suka menulis, mereka pasti suka baca. Dan disanalah mereka saya add menjadi Frenlist 

.
.

Begitu juga ketika saya jualan kosmetik. Maka grup yang saya kunjungi adalah Grup perawatan wajah dsb.

.
.
.

Cari calon calon target. Dan add pertemanan. 
Dan kembali ke Poin 2. Jangan lupa Gaspol Interaksinya. Like dan Komen mereka.

Supaya mereka ngeh. Kalo kita ini adalah tetangga barunya yang baik, ramah, manis dan penyayang makanan

*Gak bisa liat makanan nganggur sedikit. Sayang aja rasanya. Wkwkwk

5. UPGRADE DIRI dengan BANYAK BELAJAR DARI PARA MASTAH MENGENAI TEKNIK BARU seperti Copywriting atau Covert Selling.

6. SHARING-SHARING dulu.
SELLING SELLING KEMUDIAN

Mungkin sudah banyak yang tahu. Bahwa saya mengawali Ke eksisan di Facebook (uhuuy)

Berawal dari satu Kulwa ke Kulwa lainnya.

Kulwa = Kuliah WhatsApp

Kalo kata orang, namanya Turun Gunung.😁

Isi materi ke grup-grup atau sekedar hanya menjadi moderatornya.

Dengan kita masuk ke grup-grup. Kita sharing hal bermanfaat berupa materi bisnis atau sebagainya yang dikuasai.

Bisa juga menjadi jembatan dikenal banyak orang.

Tentunya selain itu. Diniatkan
Bahwa setiap ilmu yang kita bagi. Sekecil apapun itu. Bisa jadi sangat bermanfaat untuk orang lain.


Baru kita jualan disana. Bisa dengan terang-terangan atau menggunakan teknik Covert Selling.

Hanya ... Untuk di Sosmed sendiri. Kita juga tidak bisa sekedar menulis harga, kasih gambar lalu diposting

Kenapa ?

Karena gak ada orang yang mau dijualin.

Gak ada orang mau main FB cuma untuk liat orang lain jualan. Gak ada.

Untuk itu para Mastah atau Guru Bisnis Online menyarankan agar kita menggunakan Teknik Menulis Jualan yang terselubung atau tidak terang-terangan jualan.

Tulisan dikemas dan diberi bumbu yang cantik. 

Agar orang lain nyaman membacanya. Hingga terjadilah transaksi

Seni menjual seperti ini menggunakan Copywriting

Berjualan dengan cerita

Berjualan yang tanpa menawarkan

Kalaupun banyak yang typo, salah penempatan titik dan koma.

Ya biarin dulu aja

Tapi...

Saat sudah mau diposting. 
Baru kakak cek dengan otak kiri.

Tulisan itu dibaca lagi.
Ada salah tuliskah? Ada bahasa yang tidak layak disampaikankah?

Titik komanya bagaimana?

Dan tulisan yang ideal adalah... Tidak membuat pembacanya ngos-ngosan karena kita tidak gunakan titik koma yang baik

Dan saya minta untuk tidak ada ujaran kebencian, bully dan nyinyiran.

"Tulislah hal-hal yang baik. Agar tidak ada yang terluka hatinya berkat tulisan kita"

Jangan sampai ada yang mengadu pada RobbNya. Akibat  lisan maupun tulisan kita.

 Diawal menulis.
Kakak bisa gunakan otak kanan dulu. Ini sebelum tulisan diposting ya.

Biarkan kita menulis di wilayah kreatif. Biarkan dia mencurahkan gagasan dan ide yang ada dikepala.

Menggunakan otak kanan contohnya seperti apa?

- Jangan perhatikan tata bahasa atau kesalahan ketik

- Fokus dulu menulis atau ketik. Meski ada kurang huruf

Artinya. Tulis aja dulu. Gak perlu ingat aturan aturan dan kaidah menulis. 

Yang penting nulis😂(Sebelum diposting )


7. Mendekatkan diri kepada-Nya

Sebaik-baiknya Pertolongan. Maka itu adalah Pertolongan Allah.

Maka selalu hadirkan dan libatkan Allah dari setiap keputusan maupun pekerjaan kita.

Mengejar RidhoNya dengan menyayangi dan mensyukuri nikmat-nikmat yang sudah Allah berikan.

Jalin Silahturahmi kepada Keluarga, kerabat, tetangga. Termasuk yang terpenting adalah orang yang paling dekat dengan kita.

Jangan sampai, yang jauh. Rekan bisnis kita paksakan cari, hubungi, datangi. Tapi, orang yang terdekat. Orangtua, suami dan anak. Justru merasa kehilangan sosok kita.

Ingat ya.. dalam Ridho mereka. Ada Ridho Allah didalamnya😊

Contoh

1. Yuk beli gamisnya. Murah kok. Japri ya yang minat

2. Asik banget jalan-jalan sama gadis kecil. Mumpung hari libur, cuaca juga cerah. Jadi bisa main pasir di pinggir pantainya enak. 
Untung juga pake Aisyah, gamis yang lagi booming banget. Jatuh banget bahannya. Jadi gak gerah dipake seharian

Kalo jadi pembaca. Lebih suka yang mana kak baca iklannya?

1 atau 2?

Yup. Pasti no 2

Tulisan ini mengandung racun jualan. Tapi tanpa penawaran

Ada yang bilang itu Soft Selling. Ada yang bilang juga covert selling.

Saya gak ambil pusing sih. Biarpun namanya beda. Tetep aja gak bikin bubur merah bubur putih. Wkwkw

Gimana caranya Kak Dena biar tulisan kita mengalir?

Biasanya ada tanya ini👆

Dengan kakak menentukan tema apa yang mau ditulis.

Biasanya di PoF setiap hari kami berikan Cluenya. Jadi peserta dipaksa menulis dengan Clue yang kami minta.

Selain Clue ini bisa dijadikan tema menulis. Sekaligus agar kita biasa menggunakan kata kata di luar kata yang biasa digunakan sehari-hari.

Jadi skrg kita tahu, bahwa setiap perbuatan kita akan berbalik. Pastikah? Pasti! Sepasti hukum gravitasi bumi. Benda yang dijatuhkan dari atas pastikah jatuh ke bawah? Pasti!

Gak perlu sedih berkepanjangan sama org yg jahat sama kita, itu akan berbalik ke dirinya kok.  

Dan gak perlu menyesal jika kita sudah berbuat baik ke seseorang. Tapi ia lupa sama kebaikan kita. Yang diinget inget malah orang lain

Tenang aja

Gantinya akan datang dari arah mana saja.

"Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik untuk dirimu sendiri. Dan jika kamu berbuat jahat, maka (kerugian kejahatan) itu untuk dirimu sendiri." (QS Al Israa: 7)

Terakhir untuk tulisan. Saya minta kakak menulis tanpa kata perintah.

Yup. Karena di Facebook Personal kita dilarang menggunakan hard selling. 

Selain agar friendlist tetap nyaman berteman dengan kita.

Agar tidak terdeteksi oleh Facebook sendiri hingga Block akun kita.

Ingat ya. Facebook beda dengan Marketplace

Facebook adalah tempat kita bersosial media. Bukan selling media.

Untuk itu, bagi pebisnis yang masih ingin menggunakan FB sebagai mesin pencetak uangnya. Wajib terbiasa dengan menulis konten iklannya dengan Copywriting, story' telling atau covert selling

8. SENANTIASA KUMPULKAN ENERGI POSITIF

Ketika kita melakukan kebaikan sekecil biji sawi Maka kebaikan itu akan kembali pada kita.

Pepatah lama juga bilang. Siapa yang menabur kebaikan. Maka ia akan menuai kebaikan. Begitupun sebaliknya.

Adab Menuntut Ilmu

Bismillaah

Hari ini (Senin, 30 Mei 2021) mulai kembali belajar tahsin setelah hampir tiga pekan libur lebaran. Pada pertemuan pertama ini, kembali kami diingatkan oleh Ustadzah Ira tentang adab dalam menuntut ilmu. Walaupun saat ini kita belajar secara online, namun adabnya sana seperti ketika offline.

Hal pertama dan utama yang harus selalu diingat adalah bahwa kita belajar karena Allah. Oleh karena itu, menjaga keikhlasan niat sangat penting agar ilmu yang kita dapatkan berkah dan mendapat ridha  Allah.

Adab yang kedua berkenaan dengan sisi lahiriah, yaitu penampilan. Agar kita mendapatkan ilmu yang berkah, yang kebaikannya terus bertambah, saat menuntut ilmu, usahakan mengenakan pakaian terbaik kita. Jangan mentang-mentang online, maka kita berpakaian ala kadarnya. Kepalanya ditutup jilbab atau mukena, tetapi bajunya you can see, misalnya. 

Hal itu berlaku juga saat kita membaca Al-Qur'an. Meskipun di dalam kamar dan tidak ada orang lain, usahakan saat membaca Al-Qur'an, diri kita tetap menutup aurat. Hal ini sebagai wujud pengagungan kita terhadap Al-Qur'an. Semoga dengan ikhtiar kita dalam menjaga adab, memudahkan kita dalam mempelajari dan memahami ilmu, serta mendapatkan keberkahannya.


Selain memerhatikan adab-adab tersebut, kita pun harus melihat kembali apa tujuan kita belajar, terutama belajar Al-Qur'an. Mungkin masing-masing pribadi memiliki tujuan yang berbeda. Ada yang ingin memperbaiki bacaan Al-Qur'an, ada yang ingin bisa membacanya dengan benar sesuai tuntunan Rasulullah shallallahu'alaihi wa sallam, ada yang ingin lebih dekat dengan Al-Qur'an serta lebih memahaminya. Apa pun tujuan kita dalam jangka pendek, kita harus punya satu tujuan utama yaitu mencari ridha Allah 'azza wa jalla. Dengan tujuan tersebut, insyaaAllah kita akan lebih istiqamah dalam belajar karena belajar Al-Qur'an perlu perjuangan dan pengorbanan. 

Perjuangan untuk bisa memahami hukum-hukum tajwid. Perjuangan untuk bisa melafazkan huruf-hurufnya dengan benar, sesuai makharijul huruf. Perjuangan untuk mengalahkan rasa malas dan malu. Kemalasan sering melanda karena belajar tahsin memang perlu ketekunan, dan sistem belajarnya monoton sehingga kadang membuat jenuh. 

Sedangkan perjuangan mengalahkan rasa malu juga sesuatu yang tidak bisa diabaikan. Saat membaca huruf per huruf atau ayat per ayat, kita sering salah sehingga harus diulang lagi, diulang lagi. Kadang timbul rasa malu kepada diri sendiri dan teman-teman yang lain, kok salah lagi, salah lagi. 

Lalu, pengorbanan apa yang perlu kita lakukan? Yang pasti, pengorbanan waktu, tenaga, dan pikiran. Bagi kita yang bekerja di luar rumah, meluangkan waktu untuk belajar saja sudah penuh perjuangan. Apalagi harus belajar dalam keadaan badan lelah dan butuh istirahat. Sungguh pengorbanan yang tidak mudah.

Namun, semua perjuangan dan pengorbanan itu belum ada apa-apanya dibandingkan apa yang dialami oleh saudara-saudara kita di Palestina. Meski serangan rudal dan senapan para zionis selalu mengancam, mereka tak pernah jauh dari Al-Qur'an. Membaca dan menghafal Al-Qur'an sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Bahkan sambil bermain pun, anak-anak Palestina tetap menghafal.

Oleh karena itu, malu lah rasanya kita bila tidak sebersemangat mereka dalam berinteraksi dengan Al-Qur'an. Di sini, kita dalam keadaan aman sentosa, seharusnya tidak ada yang menghalangi kita untuk lebih dekat dengan Al-Qur'an. Semoga Allah senantiasa memberikan kemudahan, kesabaran, dan keistiqomahan dalam belajar Al-Qur'an sehingga nantinya kita mendapatkan ridha Allah. Aamiin yaa rabbal'aalamiin 🤲.


Sunday, May 30, 2021

Launching AADRK


Bismillaah

Hari Sabtu, 29 Mei 2021, menjadi hari penting sekaligus inspiratif. Membuat saya semakin bersyukur berada di komunitas ini. SDI, Sygma Daya Insani, penerbit yang konsisten menerbitkan buku-buku siroh, keislaman, dan juga Al-Qur'an, me-launching produk baru. AADRK, Ada Allah di Rumah Kami.

Buku ini merupakan karya Ustadzah Oki Setiana Dewi, atau yang akrab juga dengan Umma Oki. Buku ini ditulis berdasarkan pengalaman beliau selama membersamai putra-putrinya, menanamkan tauhid melalui Asmaul Husna. 

Buku ini disiapkan dalam bentuk multi platform. Selain ada 10 buku utama, ada juga digibook, audiobook, video, dan balok serta kartu Asmaul Husna. Videonya berisi dongeng Umma Oki sambil membacakan buku tersebut. 

Selain terkesan dengan buku baru tersebut, yang tak kalah mengesankan dari acara launching ini adalah pemaparan Umma Oki tentang bagaimana beliau mendidik putra-putrinya. MasyaAllah, benar-benar luar biasa. Beliau sangat serius dalam menyiapkan pendidikan untuk putra-putrinya. Karena, mendidik anak dengan benar merupakan bukti syukur kita kepada Allah. Begitu motivasi yang beliau sampaikan.

Setiap hari, beliau membacakan buku kepada putra-putrinya. Selain itu, setiap hari juga beliau men-talqin-kan hafalan Qur'an kepada mereka, saat mereka bermain. Jadi, anak-anak tidak merasa belajar, padahal sebenarnya sedang belajar. Sehingga, mereka merasa senang menghafal Al-Qur'an. Sambil belajar menghafal, mereka pun belajar mengenal huruf Al-Qur'an. Dan, MasyaAllah, Maryam, putri pertamanya, sudah lancar membaca Al-Qur'an pada usia lima tahun. 

Sedangkan berkaitan dengan penanaman tauhid kepada anak-anak, beliau selalu mengaitkan semua peristiwa dengan kekuasaan Allah. Ketika anak berhasil menghafal, maka beliau akan mengatakan, "Alhamdulilaah, Allah telah memberikan kecerdasan kepada Maryam. Sehingga Maryam bisa dengan mudah menghafal Al-Qur'an." Kira-kira seperti itu. Ini kata-katanya saya rangkai sendiri, tidak sama persis dengan yang beliau sampaikan tadi. 


Ketika anak-anak menginginkan sesuatu, mereka diajarkan untuk memohon kepada Allah. Misalnya ketika mau tidur. Mereka sekeluarga akan melantunkan doa dan dzikir menjelang tidur bersama-sama. Membaca tiga Qulhu, dan juga Al Mulk. Kemudian masing-masing anak akan memanjatkan doanya masing-masing. 

Misalnya, ketika Maryam berdoa ingin menjadi ustadzah, maka Umma Oki akan menambahkan doa, "Semoga Maryam rajin menuntut ilmu, Allah mudahkan dalam memahami ilmu, dan Allah jadikan Maryam anak yang sholihah, yang bermanfaat untuk umat." Kira-kira seperti itu.


Saturday, May 29, 2021

Apa pun, untuk Palestina (2)

Bismillaah

Bahkan, ada di antara teman-teman mereka yang mengumpulkan donasi dari rumah ke rumah. Lalu, pada acara puncak, sekolah mereka mengadakan konser amal dengan mendatangkan artis ibukota yang juga merupakan duta Palestina. Hadir pula seorang anak Palestina, Ali, namanya. Si kakak sempat foto bersama dengan Ali. Momen itu sangat istimewa baginya, dan tak terlupakan.

Pada acara itu, Ali sempat bercerita tentang keadaannya dan teman-temannya di Palestina. Meskipun negeri mereka terus dibombardir oleh Israel, mereka tetap semangat belajar dan bersekolah. Mereka juga tetap menghafal Al-Qur’an. Bagi mereka, hafal Al-Qur’an merupakan salah satu syarat agar bisa menjadi pasukan pembela tanah air yang mereka cintai.

Maka, tak heran, bila di sela-sela reruntuhan puing rumah, mereka tetap membawa Al-Qur’an. Al-Qur’an sudah menjadi bagian hidup yang tak terpisahkan. Mereka yakin, kitab suci itu, tidak hanya menjadi pedoman hidup, tetapi juga merupakan sumber motivasi agar tetap teguh di jalan Allah. Meskipun taruhannya adalah nyawa mereka. Mereka tak pernah gentar. Meski senjata mereka hanyalah kerikil-kerikil kecil.

Sungguh, kisah hidup yang sangat tidak biasa bagi anak-anak Indonesia. Di sini, anak-anak hidup dengan nyaman dan aman. Semua serba ada. Tetapi, kenyamanan itu cenderung melenakan. Membuat badan malas.

Maka, mendengar cerita Ali, tumbuhlah motivasi di dada mereka. Keinginan untuk juga semangat belajar dan menghafal Al-Qur’an. Keinginan untuk ikut serta membela Palestina, meskipun hanya dengan sedikit harta, dan sepotong doa.

“Mi, ini uangku,” ujar si adik menyadarkanku dari lamunan.

“Alhamdulillaah. Terima kasih, Dik. Jangan lupa, kita doakan juga ya, semoga Allah segera memberikan kemenangan untuk mereka.”

“Aamiin yaa rabbal’aalamiin.”

***
Belajar membuat cerpen walaupun masih belum bagus dan masih banyak kekurangan. Konfliknya belum greget. Masih biasa saja. Pengin lebih bagus, tapi tidak tahu harus bagaimana. Meskipun demikian, demi membantu Palestina, walau dengan sedikit ilmu, semoga bisa memberikan manfaat.  

Rencana cerpen ini akan diikutsertakan dalam Nubar (nulis bareng) Palestina. Semoga bisa lolos. Karena yang ikut banyak, jadi harus diseleksi.

Thursday, May 27, 2021

Review "Si Putih"


Judul: Si Putih
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Cetakan: 2021
ISBN: 9786020652252
Ukuran buku: 376 hlm; 20 cm


Bismillaah

Kucing adalah salah satu hewan peliharaan yang lucu dan menggemaskan. Seperti kucing anak saya, si Spuki. Saat itu, dia baru saja diberi makanan di wadah khusus makanannya. Tak berapa lama, dia menghampiri anak saya yang tadi memberikan makanan, sambil mengeong. 

"Kenapa?" tanya anak saya sambil berjalan ke tempat makanan Spuki. Ternyata di sana ada kucing kecil -sepertinya anak  si Spuki- sedang makan jatah Spuki.

"Oh, kamu mau berbagi?"
"Meong."

Setelah makanan itu dibagi ke dalam dua wadah, maka dua kucing itu dengan tenangnya makan bagian masing-masing. MasyaAllah, lucunya ^_^.

Tak berbeda jauh dengan Si Putih dalam buku Tere Liye ini. Binatang imut dan lucu itu juga sangat menggemaskan. Apalagi bila ia sedang berkomunikasi dengan sahabatnya, N-ou. N-ou yang hidup sebatang kara dan hanya ditemani Si Putih, membuat mereka saling memahami dan saling melengkapi.

Dan, ternyata Si Putih memang bukan kucing biasa. Meskipun imut dan lucu, tetapi dia juga sangat kuat dan hebat. Dia bisa melawan binatang dan manusia yang postur tubuhnya jauh lebih besar darinya. Si Putih dan N-ou menjadi sahabat sekaligus pemegang kekuatan yang hebat. Dan, N-ou menjadi pengendali hewan yang sangat disegani. Tidak hanya karena kekuatannya yang luar biasa, tetapi juga karena sifatnya yang penuh peduli kepada semua orang. Berbeda dengan para pengendali hewan pada umumnya.

Di Klan Polaris, terutama di Kawasan Gunung Timur, para pengendali hewan menjadi penguasa dan biasa berbuat sewenang-wenang terhadap rakyat biasa. Para pengendali hewan adalah orang yang bisa menaklukkan hewan -biasanya binatang buas-, menjinakkannya, lalu menjadikannya tidak hanya tunggangan, tetapi juga partner dalam bertarung. Para pengendali hewan itu bisa berkomunikasi dengan hewan tunggangannya tersebut. Dan, ketika mereka telah menyatu dengan bonding khusus, kekuatan mereka menjadi berkali lipat.

Itulah yang terjadi pada N-ou dan Si Putih. Petualangan mereka membuat mereka semakin akrab dan menyatu sehingga membuat kekuatan mereka semakin cepat bertambah levelnya. Namun sayang, cerita ini tidak berakhir dengan happy, dan seperti biasa, belum selesai. 

Bagaimana kelanjutan N-ou dan Si Putih yang telah berhasil menaklukkan para pengendali hewan yang congkak itu? Akankah mereka menjadi penguasa di Klan Polaris? 

Buku ini, seperti buku-buku Tere Liye lainnya, selalu membuat penasaran dan tidak ingin berhenti sebelum sampai di halaman terakhir. Meski buku ini ditujukan untuk remaja, namun cocok juga untuk orang dewasa. Kalau untuk anak-anak, mungkin masih kurang pas karena bukunya yang tebal. Walaupun tidak dapat dipungkiri, ada juga anak-anak yang suka membacanya, seperti anak saya. 

Tuesday, May 25, 2021

Apa Pun, untuk Palestina

Bismillaah

“Allahu Akbar! Allahu Akbar! ...”

“Astaghfirullah,” desisku melihat berita itu.

“Apaan Mi?” tanya si kecil penasaran.

“Ini Dik, Masjid Al Aqsha diserang Israel,” jawabku geram.

“Ya Allah, kasihan ya Mi. Dasar Israel jahat!!!” ujarnya tak kalah geram.

“Mi, lihat! Anak itu kasihan. Ya Allah ...” teriaknya melihat anak-anak Palestina yang terluka dan berdarah-darah.

“Emang salah mereka apa sih, Mi? Israel sampai segitunya!” serunya tak mengerti.

“Mereka, orang-orang Palestina itu tidak salah, Dik. Mereka kan, sedang beribadah di masjid itu. Sedang melaksanakan perintah Allah. Tidak salah kan?” tuturku berusaha menjelaskan.

“Masak, orang shalat ditembak? Nggak ngerti, aku!” gerutunya sambil cemberut.

Jangankan kamu, Dik, anak kecil. Kami, orang dewasa pun tak mengerti. Mengapa Israel tega berbuat seperti itu. Padahal, mereka dulu mengemis-ngemis supaya diizinkan masuk ke tanah Palestina dan tinggal di sana. Sekarang, tamu yang sudah dimuliakan oleh tuan rumah itu justru ingin menghabisi dan mengusir orang yang telah menyelamatkan mereka. Tamu macam apa, itu?

Dengan pengetahuan seadanya, kucoba menjelaskan kepada si kecil tentang kebiadaban Israel. Tentang saudara-saudara di Palestina yang harus kehilangan orang tua, adik, kakak. Juga kehilangan rumah. Kehilangan masa kecil. 

Di saat anak-anak lain sibuk bermain kembang api dan petasan, mereka sibuk menghindari kobaran api di sekeliling mereka.

Di saat anak-anak di belahan bumi lainnya sedang sibuk dengan game online, mereka sibuk berlarian menyelamatkan diri dari amukan bom Israel yang mendarat di rumah-rumah mereka.

Di saat anak-anak lain tidur nyenyak dengan kasur empuk dan selimut lembut, mereka tidur beratap langit dengan dingin yang menusuk tulang, membekukan badan.

Mereka, saudara-saudara kita di Palestina, tidak hanya terancam keselamatannya. Mereka pun hidup serba kekurangan. Tidak hanya kekurangan makanan, minuman, dan tempat tinggal. Mereka pun kekurangan obat-obatan. Mereka sangat membutuhkan bantuan dari muslim sedunia.

“Adik mau berinfak nggak, buat Palestina?” tanyaku hati-hati.

“Jangankan infak. Ke sana pun, aku mau! Aku mau bantuin mereka ngalahin Israel!”

“Eh, ada Kakak, rupanya.” Kaget juga aku mendengar respons si kakak. Ternyata, dari tadi dia menyimak percakapanku dengan si adik.

“Aku mau bantu mereka, Mi. Tapi ... Oiya! Aku kan, kemarin dapet THR dari Om. Boleh nggak, kusumbangin buat Palestina?”

“Boleh banget, Dik. Meskipun sedikit, insyaAllah bermanfaat untuk mereka dan semoga bisa meringankan beban mereka.”

“Aamiin ...” ucap si Kakak dan adik dengan serempak.

“Coba, kita masuk sekolah, ya. Pasti bisa berinfak lebih banyak. Kayak dulu itu, waktu Ali datang ke sekolah,” ujar si kakak sambil menerawang.

Ya, sebelum pandemi melanda dunia, sebelum anak-anak harus belajar dari rumah, setiap tahun, sekolah mereka mengadakan penggalangan dana untuk Palestina. Setiap hari mereka menyisihkan uang jajannya, dan dimasukkan ke kantong infak Palestina.

Bersambung ...

Sunday, May 23, 2021

Waktu Sahur


Bismillaah

Bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, waktu sahur tidak hanya digunakan untuk menyantap hidangan sahur. Biasanya, mereka juga sambil menonton acara televisi. Ada acara yang islami -dikemas dengan target penonton muslim- atau pun yang biasa saja, seperti komedi. Mungkin tujuannya untuk menemani santap sahur agar lebih semangat. 

Karena terhipnotis dengan berbagai acara yang menarik tersebut, kita jadi lupa bahwa waktu sahur adalah momen yang sangat istimewa. Momen langka yang seharusnya kita sambut dengan sungguh-sungguh, tidak dengan mengabaikannya. Mengapa?

Karena saat itulah Allah turun ke langit dunia dan mengabulkan doa yang dipanjatkan oleh hamba-hamba-Nya. 

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

يَنْزِلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلَّ لَيْلَةٍ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِينَ يَبْقَى ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرُ يَقُولُ مَنْ يَدْعُونِى فَأَسْتَجِيبَ لَهُ مَنْ يَسْأَلُنِى فَأُعْطِيَهُ مَنْ يَسْتَغْفِرُنِى فَأَغْفِرَ لَهُ

Rabb kita tabaraka wa ta’ala turun ke langit dunia ketika tersisa sepertiga malam terakhir. Lantas Allah berfirman, “Siapa saja yang berdo’a kepada-Ku, maka akan Aku kabulkan. Siapa yang meminta kepada-Ku, maka Aku beri. Siapa yang meminta ampunan kepada-Ku, maka akan Aku ampuni.” (HR. Bukhari, no. 1145 dan Muslim, no. 758). Ibnu Hajar juga menjelaskan hadits di atas dengan berkata, “Do’a dan istighfar di waktu sahur mudah dikabulkan.” (Fath Al-Bari, 3: 32).

Betapa bodohnya kita, bila saat Allah ingin mengabulkan doa-doa, kita malah asyik dengan hiburan yang melenakan dan urusan duniawi lainnya. Sudah seharusnya kalau begitu selesai makan sahur, kita kembali menghadapkan wajah ke kiblat, menghiba dan memohonkan segala asa kepada-Nya. Semoga apa yang kita impikan, dikabulkan-Nya. 

Mari perbanyak doa dan istighfar di waktu sahur. Juga bermunajat kepada-Nya. Karena, waktu sahur adalah momen istimewa, momen yang sangat berharga, yang tidak boleh dilewatkan begitu saja. Jangan sampai kita menjadi orang yang merugi karena telah mengabaikan keberkahan dan rahmat yang Allah turunkan di sepertiga malam terakhir itu. Semoga kita bisa memaksimalkan waktu yang mustajab itu dan emoga kita menjadi pribadi yang bertaqwa usai Ramadhan ini. Aamiin yaa rabbal'aalamiin 🤲.

Saturday, May 22, 2021

Insan Terkaya


Bismillaah

Siapakah manusia terkaya di dunia? Apakah Jeff Bezos, pemilik Amazon yang memiliki kekayaan sebesar US$196,4 miliar? Atau Bill Gates si raja Microsoft yang produknya telah menyebar ke seluruh dunia?

Bukan. Ternyata orang terkaya adalah seorang muslim yang mengerjakan dua rakaat salat sunnah Fajar. Karena pahala yang akan ia dapatkan adalah lebih baik daripada dunia dan seisinya. Seperti sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam: 

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا

Dua raka’at fajar (shalat sunnah qobliyah shubuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Muslim no. 725).

Meskipun kekayaan orang sedunia dijadikan satu, tak akan bisa menyamai kekayaan pahala seorang muslim yang melaksanakan salat Fajar. Meskipun, kita tahu, tentu saja kekayaannya bukan berupa harta seperti kekayaan para miliarder dunia. Kekayaan mereka akan dibayar tunai nanti di akhirat. Namun, bukan hal yang mustahil, bila di dunia pun mereka akan mendapatkannya juga. Semua kembali kepada kehendak Sang Pemilik alam semesta. Allah 'azza wa jalla.

Apalagi di bulan Ramadan yang penuh berkah dan ampunan ini, yang pahalanya dilipatgandakan. Pahala ibadah sunnah dinaikkan seperti ibadah wajib. Pahala ibadah wajib dilipatgandakan. Betapa luar biasanya kebaikan yang akan diperoleh mereka yang melaksanakan shalat Fajar.

Betapa Maha Pemurah Allah'azza wa jalla. Ibadah yang hanya dikerjakan kurang dari lima menit, yang hanya terdiri dua rakaat, tetapi pahalanya luar biasa. Namun demikian, belum tentu kita semua bisa melaksanakannya. Kadang, rasa malas dan kantuk lebih menguasai diri, sehingga janji pahala yang begitu luar biasa diabaikan saja. Atau karena pahala itu tidak terlihat sehingga kita tidak bersegera melakukannya?

Ya, bagi kita yang terbiasa dengan sesuatu yang instan dan cepat terlihat, pahala yang sifatnya ghaib jadi kurang menarik. Coba kalau balasannya uang satu miliar. Sepertinya tidak akan ada lagi yang malas-malasan untuk mengerjakannya.


Begitu besarnya pahala salat qabliyah Subuh, apalagi salat Subuh itu sendiri. Tentu pahalanya semakin tidak terkira. Sudah seharusnya kita tidak akan melewatkannya begitu saja. Semoga Allah mudahkan kita untuk melakukan ibadah terbaik kepada-Nya. Aamiin yaa rabbal'aalamiin 🤲.



Thursday, May 20, 2021

Hakikat Berbagi

Bismillaah

Berbagi itu melegakan dan membahagiakan
Tak hanya yang menerima
Yang memberi pun merasakannya

Berbagi kebaikan tak melulu berupa harta. Ilmu dan segala yang bermanfaat bisa pula untuk berbagi. Berbagi harta akan meringankan si papa dari kekurangan. Berbagi ilmu akan mengentaskan si penerima dari ketidakmengertian. Berbagi makanan, mengenyangkan mereka yang kelaparan. Berbagi air, menghilangkan haus dan dahaga.

Harta, ilmu, makanan, minuman yang dibagi kepada orang lain, mungkin secara kasat mata seperti berkurang. Namun sejatinya, ia terus bertambah. Bertambah kebermanfaatannya, baik di dunia maupun di akhirat.


Dan, sesungguhnya, ketika kita berbagi, kita tidak sedang membantu mereka yang membutuhkan. Justru mereka lah yang telah membantu kita. Karena mereka telah bersedia menerima sedekah kita. Bayangkan, bila tak ada yang mau menerima sedekah kita. Kita tidak akan mendapatkan pahala bersedekah.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

هَلْ تُنْصَرُوْنَ وَتُرْزَقُوْنَ إِلاَّ بِضُعَفَائِكُمْ؟

"Bukankah kalian ditolong serta diberi rizki melainkan dengan sebab orang dhu'afa (lemah) diantara kalian?" (HR al-Bukhari:2896)

Berbagi telah menjadi amal ibadah yang dirindukan oleh mereka yang telah tiada. Mereka yang tidak beruntung di negeri akhirat, memimpikan kehidupan baru yang bisa memberinya kesempatan untuk berbagi.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَاَ نْفِقُوْا مِنْ مَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ رَبِّ لَوْلَاۤ اَخَّرْتَنِيْۤ اِلٰۤى اَجَلٍ قَرِيْبٍ ۙ فَاَ صَّدَّقَ وَاَ كُنْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ


"Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh."

(QS. Al-Munafiqun: Ayat 10)

Di sini, di saat nyawa masih bersama raga, hendaklah membiasakan diri untuk selalu berbagi. Bagikan segala kebaikan yang kita miliki. Tak ada harta, kita bisa berbagi tenaga dan pikiran. Tak ada pula? Kita bisa berbagi dengan senyuman. Karena senyuman adalah sedekah.

Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu, dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

تَبَسُّمُكَ فِى وَجْهِ أَخِيكَ لَكَ صَدَقَةٌ


Senyummu di hadapan saudaramu (sesama muslim) adalah (bernilai) sedekah bagimu“.

Sumber hadits:  https://muslim.or.id/3421-keutamaan-tersenyum-di-hadapan-seorang-muslim.html


Tuesday, May 18, 2021

Penjaga Baitul Maqdis

Bismillaah
Aku hanya ingin tenang bermunajat kepada Rabb-ku
Namun kau datang mengusik
Aku hanya ingin menikmati sepuluh malam terakhir Ramadhan
Dengan berdiam di masjid yang diberkahi ini
Namun kau justru mencari masalah


Tak ada yang ingin mengganggumu
Apalagi cari masalah denganmu
Namun kau seperti kehilangan lawan tanding
Sehingga kami yang sedang khusyuk
Menangisi Ramadhan yang akan pergi
Semakin menjerit melihatmu 
Memporak-porandakan Baitul Maqdis yang suci
Bahkan Al-Qur'an suci pun 
Tak luput dari kebiadabanmu

Tanpa pandang bulu
Senjatamu melukai semua
Ibu kami, anak-anak yang tak berdosa
Tak luput dari amukanmu
Tak luput dari hantaman bom yang kau lemparkan

Maka, hari raya kami
Tak lagi berhiaskan kembang api
Melainkan kobaran api
Yang meluluhlantakkan rumah kami
Rumah sakit, masjid, sekolah ...

Tak ada kembang gula apalagi baju baru
Yang ada lautan darah para syuhada
Yang akan berhari raya di sisi Allah
Dengan segala keindahan dan kemewahan surga
Yang tak mungkin ada di dunia
Karena dunia kami tak pernah sepi dari bau mesiu
Tak pernah tentram dari serangan udara
Maupun darat

Tak mengapa
Karena Allah telah menyiapkan
jannah-Nya
Untuk para syuhada
Untuk para penjaga Baitul Maqdis
Yang diberkahi



Si Kecil Pemberani
Bismillaah

Dentuman bom
Desingan peluru
Tak menggoyahkan langkahmu
Menuju rumah Allah


Popor senjata yang mengarah kepadamu
Juga tatapan tajam penuh kebencian
Tak menyurutkan nyalimu
Untuk terus berjalan menuju halaqah

Gedung-gedung runtuh yang hampir mengenaimu
Tangisan pilu teman-teman yang kehilangan ayah ibunya
Bukan penghalang bagimu
Untuk terus membaca 
Juga menghafal kalam-Nya

Rumahmu boleh runtuh tak bersisa
Keluargamu boleh habis kembali ke Sang Pencipta
Namun api di dalam dadamu tak pernah padam
Api yang selalu membakar semangatmu
Untuk menjadi hafidz Qur'an
Sebagai bekalmu untuk berjuang
Melawan zionis yang tak punya hati
Melawan musuh Allah yang keras kepala

Dengan Al-Qur'an bersemayam dalam dadamu
Tak pernah gentar menyerang hatimu
Meski kecil tubuhmu
Namun besar tekadmu
Untuk berjuang
Membebaskan Al Aqsha
Membebaskan Palestina
Dari cengkeraman Yahudi laknatullah



Saturday, May 15, 2021

Berkontribusi


Bismillaah

Keadaan saudara-saudara kita yang berada di Palestina, telah menggerakkan hati seluruh umat Islam untuk bersatu-padu memberikan kontribusi terbaiknya. Tak terkecuali umat Islam di Indonesia. Berbagai lembaga swadaya masyarakat langsung membuka kesempatan untuk berdonasi. Di antaranya ada Aksi Cepat Tanggap (ACT), Komite Nasional atau Rakyat Palestina, Adara, dan lain-lain. Semua berlomba-lomba menghimpun donasi untuk sekadar meringankan beban muslim Palestina.

Bahkan, di Australia, banyak yang melakukan aksi demo menuntut pembebasan Palestina. Demo itu tidak hanya diikuti oleh kaum muslim, namun juga dari warga non muslim. Semua ingin memperlihatkan kepada dunia bahwa apa yang telah dilakukan oleh Israel laknatullah jelas-jelas suatu kezaliman. 

Tadinya, saya hanya berpikir untuk berdonasi atas nama sendiri. Kalau pun mengajak orang lain, paling hanya orang-orang terdekat, keluarga dan para sahabat. Hingga, seorang sahabat penulis menawarkan bukunya dengan harga yang dinaikkan, namun hasil penjualannya akan didonasikan ke Palestina. MasyaAllah, itu ide yang sangat cemerlang! 

Saya pun terinspirasi mengikutinya, setelah terlebih dahulu minta izin kepada beliau. Daripada buku saya nganggur dan hanya teronggok pasrah di kardus tanpa tahu kapan ada yang membeli, lebih baik untuk donasi. Lebih bermanfaat, dan semoga lebih berkah. Aamiin.

Ide cerdas, kata sahabat saya, Bu Iin, yang dengan semangat ikut mendukung dan membantu memublikasikan. Setelah saya share di grup teman-teman sekecamatan Serang Baru, langsung ada beberapa teman yang japri. Mereka juga ingin membantu memublikasikan. Alhamdulillaah. Niat baik saya disambut antusias oleh saudara-saudara seiman. هذا من فضل ربي

Dalam sehari, sudah banyak yang ingin membeli. Namun kebanyakan mereka bayarnya nanti saat buku diantar karena terkendala tidak bisa transfer. Tidak masalah. Meskipun begitu, alhamdulilaah dalam sehari itu, terkumpul 775 ribu rupiah, dan langsung saya setorkan ke KNRP.

Yang membuat saya terharu dan yakin bahwa semua ini atas kehendak Allah, ternyata teman-teman tidak hanya transfer sejumlah harga buku. Mereka benar-benar ingin berinfak, sehingga yang mereka transfer lebih dari yang semestinya. MasyaAllah, tabarakallah.

Semoga apa yang saya lakukan ini dicatat Allah sebagai amal ibadah. Saya menceritakan ini tidak bermaksud untuk riya'. Saya hanya ingin mengungkapkan rasa bahagia saya. Betapa kebaikan itu sangat cepat merambat dan menular ke semua orang. Dan, semua itu terjadi karena Allah yang menggerakkan hati kaum muslim.

Saya juga berharap, semoga buku saya bermanfaat, berkah, dan menginspirasi sehingga saya pun kecipratan pahala. Aamiin yaa rabbal'aalamiin 🤲.

Friday, April 23, 2021

Buku dan Ramadan


Buku dan Ramadan
Oleh: Nindyah Widyastuti

Bismillaah
Hari ini Ramadhan yang kesebelas, bertepatan dengan hari buku. Di bulan yang penuh maghfirah ini, sudah sepantasnya kita kembali menengok buku-buku kita. Sudah waktunya kita kaji kembali ilmu yang telah digoreskan oleh para ulama. Agar kita tak salah dalam beramal. Agar Ramadan kita lebih baik. 

Mengapa harus buku? Karena buku jendela ilmu dan jendela dunia. Dengan buku kita bisa menyelami lautan hikmah yang tidak kita dapatkan di tempat lain. Karena buku adalah sahabat terbaik yang tak pernah meninggalkan kita. 

Ada kenangan indah tentang buku dan  Ramadan. Waktu itu, si kecil baru duduk di kelas 2 atau 3, saya lupa. Dan, sore itu dia membaca buku yang saya pinjamkan dari perpustakaan sekolah. Ternyata dia sangat terinspirasi dengan isi buku tersebut.

Buku itu menceritakan tentang seorang anak yang selalu terlambat sekolah karena bangunnya kesiangan. Lalu, ia pun menulis semacam doa agar bisa bangun pagi di selembar kertas yang ia tempelkan di dinding kamarnya. Sejak itu, ia tak lagi bangun kesiangan.

Mengingat esok pagi sudah mulai puasa Ramadan, si kecil ikut-ikutan menulis kalimat doa sekaligus motivasi diri tersebut di selembar kertas juga. Di sana ia menulis, semoga aku bisa bangun jam 4. Lalu, kertas itu pun ditempel di dinding. Persis seperti yang ada dalam buku yang baru saja dibacanya.

Alhamdulillaah, keesokan harinya, saat makan sahur, dia tidak sulit dibangunkan. Sekali dibangunkan langsung bangkit dari tidurnya dan ikut makan sahur dengan ceria. Tidak ada malas-malasan dan rengekan seperti kebanyakan anak kecil lainnya.

MasyaAllah, itulah pentingnya membaca buku. Tanpa buku, waktu terasa membosankan. Bersama buku, penantian panjang pun kan terasa singkat. Membaca buku, berarti menyelami samudra ilmu yang tak pernah habis. Dan, kita pun tak pernah merasa kenyang. 

اِقْرَأْ بِا سْمِ رَبِّكَ الَّذِيْ خَلَقَ ۚ 

"Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan,"
(QS. Al-'Alaq: 1)

Membaca buku berarti menjalankan perintah Allah. Apalagi buku itu adalah kitab suci yang mulia, Al-Qur'anul Karim. Tidak hanya ilmu yang diperoleh, namun juga pahala yang diraih. InsyaaAllah.

Wednesday, April 21, 2021

Meringankan Beban


Bismillaah

Bulan Ramadhan bulan penuh pahala. Allah memberikan balasan berlipat ganda untuk siapa saja yang beribadah dan beramal. Tak sepantasnya kita mengabaikannya.

Salah satu amalan yang dapat kita lakukan adalah meringankan beban orang lain, membantunya mengatasi kesulitannya, atau musibah yang menimpanya. Membantu orang lain sangat dianjurkan karena Allah akan meringankan bebannya nanti di akhirat.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menghilangkan kesusahan dari kesusahan-kesusahan dunia orang mukmin, maka Allah akan menghilangkan kesusahan dari kesusahan-kesusahan hari kiamat.” [HR. Muslim, no. 2699]

MasyaAllah, betapa luar biasa balasan yang kita terima di yaumil akhir. Kesusahan di dunia tak seberapa berat dibandingkan kepayahan di hari kiamat. Hari yang hanya Allah yang bisa melindungi dan menyelamatkan kita. Hari yang para nabi pun merasa kepayahan, apalagi kita yang hanya manusia biasa. 

Sedangkan di dunia, insyaAllah, perbuatan baik itu akan dibalas dengan kebaikan pula. Seperti yang Allah firmankan dalam QS. Ar-Rahman:60

هَلْ جَزَآءُ الْاِ حْسَا نِ اِلَّا الْاِ حْسَا نُ ۚ 

"Tidak ada balasan untuk kebaikan selain kebaikan (pula)."

Andaipun di dunia kita tidak mendapatkan kebaikan, semoga Allah membalasnya nanti di akhirat. Aamiin yaa rabbal'aalamiin.

 
Bisa beramal kebaikan adalah suatu rezeki dan anugerah dari Allah yang tak ternilai harganya. Apalagi bisa bertemu bulan Ramadhan dan bisa mengisinya dengan ibadah terbaik kita. Oleh karena itu, kita harus bersyukur kepada Allah.

Tanpa izin dan kehendak Allah, mustahil kita bisa merasakan indahnya dan berkahnya Ramadhan. Nikmatnya dan manisnya beribadah kepada-Nya. Sudah seharusnya kita selalu bersyukur dan berdoa agar Allah senantiasa memudahkan kita dalam beribadah kepada-Nya.

Karena, ternyata ada di antara hamba-Nya yang justru dipersulit dalam beribadah. Kalau pun ia bisa melaksanakannya, tak ada kenikmatan yang ia rasakan. Semua bagai batu yang memberatkan punggung. 

Jangan sampai kita termasuk orang yang justru dipermudah menuju kesengsaraan. Ibadah terasa malas dan berat. Berbuat baik menjadi sesuatu yang langka. Bermaksiat menjadi kebiasaan yang tak lagi menyisakan sesal. Na'udzubillahi min dzalik.





Monday, April 19, 2021

Fasting Training



Bismillaah

Para ibu yang telah membersamai putra-putrinya melewati masa balita, tentu sangat familiar dengan istilah "toilet training". Masa-masa saat kita melatih dan membiasakan anak untuk buang air di toilet tanpa bantuan orang lain. Waktu keberhasilan masing-masing anak dalam toilet training ini sangat beragam. Ada yang tuntas sebelum masuk TK, ada pula yang sampai SD. Dan, training yang satu ini sungguh sangat memerlukan kesabaran dan keistiqomahan.

Begitu pun Fasting Training; melatih anak untuk berpuasa. Sebagian besar para pemerhati parenting menyarankan agar mulai melatih anak berpuasa pada usia tujuh tahun, sama seperti perintah Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam dalam membiasakan anak untuk salat. Namun, ada juga yang mulai melatih anak saat mereka baru menginjak usia balita. Saya termasuk salah satunya.

Dulu, referensi tentang parenting belum sebanyak dan semudah sekarang. Informasi masih terbatas dari televisi, radio, koran, majalah, dan buku. Itu pun kalau kita rajin mengumpulkannya. Alhasil, pengetahuan saya dalam hal mendidik anak sangat terbatas.

Namun, alhamdulilaah, saya memiliki seseorang yang bisa dijadikan panutan karena beliau termasuk salah seorang ibu yang sukses mendidik putra-putrinya. Beliau adalah Ustadzah Yoyoh Yusroh (Allahu yarham). Dari beliau-lah saya ikut melatih kebiasaan puasa anak sejak usia lima tahun. 

Memang tidak mudah menerapkannya, terutama untuk anak pertama. Kita harus kreatif mencari kegiatan yang dapat mengalihkan rasa laparnya. Menggambar, membaca buku, bermain permainan tradisional, menonton, dan lain-lain. Bahkan, kadang sampai diajak jalan keluar rumah dengan dibonceng motor. Semua dilakukan semata-mata agar anak terbiasa berpuasa sejak dini.

Ketika anak kedua dan berikutnya, perjuangan tak lagi seberat yang pertama. Kakak sulung telah menjadi contoh bagi adik-adiknya, dan mulai bisa membantu mengondisikan mereka. Bahkan anak kedua sudah mampu puasa sehari penuh saat masih di TK, meskipun sahurnya belum bisa pada waktunya. Ia sahur sebangunnya saja. Kadang jam lima, kadang jam 6. Namun saat SD, alhamdulilaah sudah bisa sahur bersama.

Kini, setelah mereka tumbuh besar, puasa sudah menjadi hal biasa. Tak ada rengekan. Alhamdulillaah, berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian. 

Saturday, April 17, 2021

Malam Penuh Kenangan


Bismillaah
Masa kecil adalah masa yang menyenangkan, tak ada masalah, tak ada beban. Yang ada hanyalah kegembiraan, bermain, dan bersenang-senang. Bahkan di saat orang dewasa serius pun, anak kecil tetap santai dan bercanda tak kenal suasana. Itulah yang saya alami.

Termasuk saat bulan Ramadhan. Bulan yang dinanti dan dirindu oleh semua insan, bahkan oleh kami anak-anak. Karena hanya di bulan Ramadhan lah kami bisa menikmati hidangan spesial. Meski sesuatu yang spesial itu, sebenarnya sederhana saja.

Adalah malam peringatan Nuzulul Qur'an yang terasa sangat spesial. Malam itu, selain kami semua orang sekampung berkumpul di masjid untuk mendengarkan ceramah ustadz yang didatangkan dari jauh, ada satu hal istimewa yang kami nanti-nanti. Nasi berkat yang dibungkus daun pisang.

Dulu, bila ada acara pengajian maupun hajatan, belum ada yang namanya nasi kotak atau snack. Kue pun jarang ditemukan dalam acara seperti itu. Paling hanya di tempat hajatan. Kalau pengajian ya, hanya duduk mendengarkan ceramah, setelah itu pulang. Tak ada minuman kemasan apalagi snack. Maka, nasi yang dibungkus daun ini sangat ditunggu-tunggu.

Cara menyiapkannya pun unik. Semua keluarga di kampung, menyiapkan minimal 5 bungkus. Selain nasi, di dalamnya sudah ada lauk dan sayur ala kadarnya. Jangan dibayangkan seperti nasi bakar zaman sekarang. Sungguh jauh berbeda. Lauk yang paling istimewa saat itu hanyalah sepotong telur rebus. Itu pun sudah luar biasa.

Mengapa setiap keluarga harus menyiapkan lima bungkus? Karena yang hadir dalam pengajian itu biasanya berasal dari luar kampung kami. Jadi, selain disiapkan untuk kami sendiri, juga untuk menjamu para tamu. Dan, yang lebih surprise, kita tidak mendapatkan nasi yang kita siapkan sendiri karena semua nasi yang dibawa warga dikumpulkan jadi satu, lalu dibagi-bagi saat acara selesai.

Hari ini, tradisi seperti itu sudah tidak ada lagi. Diganti dengan kotak snack. Yang menyiapkan pun, bukan warga lagi karena tinggal pesan ke tukang kue atau katering. Tak terasa lagi kebersamaan di sana. Meski mungkin, makanannya lebih enak dan mewah.


Friday, April 16, 2021

Basahi Lisan dengan Al-Qur'an


Bismillaah

Ramadhan bulan Al-Qur'an. Bulan diturunkannya Al-Qur'an untuk pertama kali. Sehingga, kita peringati pada salah satu malamnya, dengan Nuzulul Qur'an. 

Membaca Al-Qur'an, adalah salah satu amal ibadah yang mudah dan mendatangkan banyak manfaat. Seperti hukum ekonomi, dengan modal sedikit mendatangkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya. Begitu pun membaca Al-Qur'an. Hanya dengan modal bisa membaca, kita mendapatkan banyak keuntungan. Hal ini karena pahala membaca Al-Qur'an dihitung per huruf, bukan kata atau kalimat/ayat. 

Seperti yang Nabi shalallahu 'alaihi wasallam sabdakan: 

"Barangsiapa membaca satu huruf dari Al-Qur'an maka baginya satu pahala dan satu pahala diganjar sepuluh kali lipat." (HR. At-Tirmidzi).

Itu pahala yang akan kita dapatkan pada hari-hari biasa. Pada bulan Ramadhan, tentu pahalanya akan semakin berlipat ganda. Karena di bulan yang penuh berkah ini, ibadah sunnah diganjar seperti ibadah wajib. Bahkan ibadah puasa yang kita lakukan, pahalanya tak terkira karena Allah sendiri yang akan memberikan dan akan diberikan sesuai kehendak-Nya. MasyaAllah.

Begitu utamanya membaca Al-Qur'an di bulan Ramadhan, sehingga Imam Syafi'i mampu mengkhatamkannya 60 kali dalam bulan Ramadhan. MasyaAllah. Jadi, malu. Kita berapa kali ya?

Mungkin berat untuk mengikuti Imam Syafi'i. Namun, yang penting kita berusaha untuk senantiasa membasahi lisan kita dengan bacaan Al-Qur'an selama Ramadhan ini. Tak masalah berapa kali kita berhasil mengkhatamkannya. Tetapi, alangkah baiknya bila kita minimal bisa menargetkan lebih dari yang biasa kita lakukan. Kalau pada bulan-bulan biasa kita dapat khatam satu kali, maka alangkah baiknya bila pada bulan Ramadhan bila lebih daripada itu.

Supaya target tersebut bisa tercapai, maka kita perlu merencanakan. Misalnya, bila kita ingin khatam satu kali, maka selepas shalat fardhu, minimal kita baca dua lembar atau empat halaman. Nah, kalau targetnya dua kali, tinggal ditambah saja bacaan kita. 
Semoga Allah mudahkan kita untuk senantiasa berinteraksi dengan Al-Qur'an baik selama Ramadhan maupun di bulan-bulan lainnya. Membaca, menghafal, memahami, dan mengamalkan Al-Qur'an, agar nanti di yaumil akhir bisa mendapatkan syafaat-nya. Aamiin yaa rabbal'aalamiin 🤲.





Thursday, April 15, 2021

Tetap Bersedekah di Waktu Sempit #2


Bismillaah


Masih tentang bersedekah. Bersedekah di waktu lapang, di saat kita berkecukupan, itu hal biasa. Namun, saat kita sendiri sedang kekurangan, dan harus berbagi dengan yang lain, tentu perlu perjuangan tersendiri. Minimal berjuang untuk mengalahkan ego kita. 

Bersedekah di waktu lapang maupun sempit haruslah dibiasakan karena amal ibadah yang satu ini merupakan amalan yang sangat ingin dilakukan oleh mereka yang menyesal saat nyawa telah lepas dari raga. Seperti firman Allah:

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:

وَاَ نْفِقُوْا مِنْ مَّا رَزَقْنٰكُمْ مِّنْ قَبْلِ اَنْ يَّأْتِيَ اَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُوْلَ رَبِّ لَوْلَاۤ اَخَّرْتَنِيْۤ اِلٰۤى اَجَلٍ قَرِيْبٍ ۙ فَاَ صَّدَّقَ وَاَ كُنْ مِّنَ الصّٰلِحِيْنَ

"Dan infakkanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum kematian datang kepada salah seorang di antara kamu; lalu dia berkata (menyesali), Ya Tuhanku, sekiranya Engkau berkenan menunda (kematian)ku sedikit waktu lagi, maka aku dapat bersedekah dan aku akan termasuk orang-orang yang saleh."
(QS. Al-Munafiqun: Ayat 10)

Maka, sebelum kematian datang, mari bersedekah sebanyak-banyaknya. Andaikan hanya uang seribu yang kita miliki, kalau kita ikhlas menginfakkannya, insyaAllah akan Allah ganti dengan berlipat ganda. Allah akan balas di dunia maupun di akhirat. 

Di dunia, Allah telah menjamin bahwa infak yang kita keluarkan merupakan pintu rezeki bagi kedatangan rezeki berikutnya. Jadi, tidak akan habis harta yang diinfakkan. Justru semakin berlipat ganda.

Rezeki tidak melulu berupa harta. Anak yang shalih, kesehatan badan, kehidupan yang tenteram dan damai, adalah rezeki yang tidak bisa dinilai dengan materi. Kesempatan untuk beribadah dengan tenang pun adalah rezeki. 


Di akhirat, harta yang kita sedekahkan bisa menghindarkan kita dari api neraka. Bahkan bisa membawa kita ke surga. Bahkan balasan kenikmatan itu dapat dilihat sebelum kita sampai di akhirat. Seperti yang dialami oleh sahabat Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam, Sya'ban.


Menurut penuturan istrinya, saat sakaratul maut, Sya'ban berteriak tiga kali. "Mengapa tidak lebih jauh? Mengapa bukan yang baru? Mengapa tidak semuanya?"


Ketika ditanyakan kepada Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam tentang teriakannya itu, Rasulullah menjelaskan bahwa teriakan pertama, menandakan bahwa Sya'ban melihat balasan surga untuk amal ibadahnya yang selalu pergi ke masjid sebelum orang-orang pergi. Melihat keindahan balasan amalannya itu, ia menyesal mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi. Seandainya lebih jauh, maka pahalanya akan lebih indah lagi.

Teriakan kedua adalah penyesalannya saat ia hanya memberikan baju jeleknya kepada orang yang membutuhkan. Seandainya ia memberikan baju yang lebih bagus, tentu semakin bagus juga pahala yang akan ia dapatkan.

Sedangkan teriakan ketiga, adalah penyesalannya saat ia hanya bersedekah dengan setengah roti yang ia makan kepada seorang pengemis. Ia menyesal, mengapa ia tidak memberikan semua rotinya.


MasyaAllah, itulah hebatnya sedekah. Balasannya Allah berikan di dunia dan di akhirat. Kalau kita tahu, betapa luar biasa pahala yang diberikan Allah, niscaya kita pun akan menyesal. Seperti penyesalan Sya'ban. Semoga Allah memudahkan kita agar senantiasa bisa bersedekah. Aamiin yaa rabbal'aalamiin.