Tuesday, August 23, 2016

Mengenali dan Mengatasi Kecanduan Anak pada Internet, Pornografi, dan Games online






Sumber: tommysyatriadi.blogspot.com





MENGENALI DAN MENGATASI KECANDUAN ANAK PADA INTERNET, PORNOGRAFI, DAN GAMES ONLINE


Pada hari Sabtu, 13 Agustus 2016 bertempat di Hotel Sahid, Lippo Cikarang, saya berkesempatan untuk menimba ilmu kepada Ibu Elly Risman, Psi. Seminar yang juga dihadiri oleh Bupati Bekasi, Ibu dr. Hj. Neneng Hassanah Yasin ini, berlangsung selama 4-5 jam dan dibagi ke dalam 3 session. Session pertama tentang Kekeliruan dalam Berkomunikasi, kedua tentang Pornografi, dan yang ketiga tentang Cara Mengatasi Anak yang Kecanduan Pronografi.


I.                Kekeliruan dalam Berkomunikasi

Secara garis besar, anak yang kecanduan pornografi berawal dari kurang harmonisnya hubungan anak dengan orang tuanya. Keharmonisan itu berkaitan dengan cara orang tua dalam berkomunikasi. Tanpa disadari, orang tua telah melakukan kesalahan dalam berkomunikasi sehari-hari. Kekeliruan itu adalah sebagai berikut:

1.      Berbicara secara tergesa-gesa
2.      Tidak mengenal diri sendiri dan anaknya
3.      Lupa bahwa setiap individu/anak adalah unik
4.      Kebutuhan dan kemauan anak berbeda dengan orang tua
Anak lebih suka bermain, sedangkan orang tua menginginkan agar anaknya belajar terus
5.      Tidak bisa membaca bahasa tubuh
6.      Tidak mendengarkan/memahami perasaaan
7.      Kurang mendengarkan secara aktif apa yang disampaikan anak
8.      Bicara dengan menggunakan 12 gaya populer, yaitu:
1)      Memerintah
2)      Menyalahkan
3)      Meremehkan
4)      Membandingkan
5)      Mencap/melabeli
6)      Mengancam
7)      Menasihati
-          Jangan menasihati ketika emosi sedang bermasalah, misalnya sedang sedih, kecewa, atau marah, karena tidak akan efektif
8)      Membohongi
9)      Menghibur, misalnya ketika anak jatuh, orang tua langsung berusaha menghibur dengan memberikan permen
10)  Mengkritik
11)  Menyindir
12)  Menganalisa


Kekeliruan dalam berkomunikasi itu bisa berakibat:
1.      Melemahkan konsep diri anak
2.      Anak menjadi diam atau melawan, menentang, tidak peduli, atau sulit diajak kerja sama
3.      Muncul berbagai emosi yang negatif
- -   Tidak bisa Berfikir Memilih dan Memutuskan (BMM) sendiri


II.                Pornografi

Secara sederhana, pornografi bisa diartikan dengan ketelanjangan. Sebagai umat Islam, kita sudah diperintahkan Allah untuk tidak melihat hal-hal yang tidak seharusnya dilihat, seperti pornografi, dengan cara menundukkan pandangan. Perintah ini tercantum dalam Al Quran Surat An-Nur ayat 29-30. Secara agama, melihat pornografi adalah dilarang. Dilihat dari kacamata kesehatan, pornografi juga bisa merusak fisik dan mental kita. Oleh karena itu, kita harus bisa menghindarkan diri kita dan keluarga kita dari bahaya pornografi. 


Di sisi lain, pronografi sudah menjadi ladang bisnis yang sangat menguntungkan. Orang yang berkecimpung di dalamnya bisa meraup uang dalam jumlah besar, dalam waktu singkat. Tidak heran bila pornografi bisa ditemukan di mana-mana. Area yang rawan pornografi adalah situs internet dan HP, komik, games, film TV maupun bioskop, serta video clip. 


Selain karena bisnis pornografi ini sangat menguntungkan, ternyata mereka juga mempunyai maksud untuk merusak generasi muda kita. Apa tujuan mereka?
1.      Agar anak dan remaja kita mempunyai perpustakaan porno dalam otak mereka; mental model porno yang bisa diakses kapan saja dan di mana saja
2.      Agar anak dan remaja kita mengalami kerusakan otak permanen (visual crack cocain/erototoksin), sehingga menimbulkan INCEST(melakukan seks dengan anggota keluarga sendiri). Kerusakan otak yang diakibatkan oleh kecanduan pornografi lebih parah daripada kerusakan yang diakibatkan oleh kecanduan narkoba. Padahal otak tersebut, terutama frontal cortex (otak bagian depan) berfungsi sebagai pemikir dan perencana.
 Sumber: Ibu Elly Risman, Psi.


3.      Sasaran tembak utama adalah agar anak kita menjadi pecandu pornografi seumur hidup. Dengan kata lain, menjadi pelanggan seumur hidup atau FUTURE MARKET.


Siapa sasaran bisnis ini? Siapa lagi kalau bukan anak-anak? Terutama anak laki-laki. Mengapa anak laki-laki? Karena mereka dominan dalam menggunakan otak kiri sehingga mudah fokus, hormon seksnya lebih banyak, dan alat kelaminnya di luar. Sasaran kedua adalah anak-anak yang belum baligh, kemudian mereka yang 3S (smart, sensitive, spiritual), dan BLAST (bored, lonely, angry/afraid, stress, tired). Pengaruh negatif mereka yang mengalami BLAST yaitu merokok, miras, narkoba, pornografi, oral sex, masturbasi, LGBT, dan seks bebas.



 Sumber: Ibu Elly Risman, Psi.


Ciri-ciri anak yang telah kecanduan pornografi:
1.      Mengurung diri dan menghabiskan waktu dengan games dan internet di dalam kamar
2.      Bila ditegur dan dibatasi dalam bermain gadget, akan marah, melawan, berkata kasar, dan keji
3.      Mulai impulsif, berbohong, jorok, dan mencuri
4.      Sulit berkonsentrasi
5.      Prestasi akademis menurun
6.      Jika bicara menghindari kontak mata
7.      Menyalahkan orang lain
8.      Bermain hanya dengan kelompok tertentu
9.      Hilang empati, apa yang diminta harus dipenuhi/diperoleh

III.             Cara Mengatasi Anak yang Kecanduan Pronografi
Di negara kita tercinta ini, belum ada tempat rehabilitasi atau terapis resmi dari pemerintah untuk menangani anak-anak yang kecanduan pornografi. Selain berkonsultasi kepada psikiater atau psikolog, akan lebih baik bila orang tua menjadi terapis untuk anaknya yang kecanduan. 


Langkah-langkah menjadi terapis untuk anak sendiri:
1.      1. Tenang
2.      2. Jangan panik
3.      3. Bermusyawarah (QS. Ali Imran: 159)
4.      4. Anak adalah amanah Allah yang bisa menjadi permata hati, ujian, atau musuh bagi orang tua (QS.   Al Maidah: 48, Al An’am: 165, dan At Taghabun:14)
5.     5. Takut kepada Allah jika meninggalkan keturunan yang dlaif
6.      6. Terima, maafkan, jangan marah, mohonkan ampunan Allah (QS. At Taghabun: 14), perbaiki
7.              komunikasi: turunkan frekuensi saat bicara, baca bahasa tubuh, dengarkan perasaan, bicara   dengan benar, baik, dan menyenangkan
8.      7. Kembalikan peran ayah
   Kurang berfungsinya peran ayah akan menimbulkan:
a.       Bagi anak laki-laki: nakal, agresif, sex bebas, narkoba
Bagi anak perempuan: depresi, sex bebas
b.      Gizi tidak seimbang


Langkah-langkah membantu anak:
1.      Syukur; dengan menempatkan masalah secara benar
2.      Sabar, karena yang dihadapi adalah kerusakan otak
3.      Sholat; mendekat dan meminta pertolongan Allah
4.      Shadaqah
5.      Baca al Quran (kitab suci bagi yang non muslim)
6.      Berbaik dengan diri sendiri
7.      Bantu anak telebih dulu


Pertanyaan yang diajukan saat ingin mengetahui apakah anak kecanduan pornografi atau tidak adalah:
1.      Kapan pertama kali melihat pornografi?
2.      Bagaimana caranya?
3.      Apa yang kamu rasakan?
4.      Apa yang kamu lakukan setelah melihat itu?
5.      Berapa lama kemudian kamu melihatnya lagi?
6.      Kapan terakhir kalinya?
7.      Sekarang apa yang kamu rasakan?
8.      Apakah kamu merasa perlu bantuan ayah/ibu?


Demikianlah hasil seminar yang bisa saya rekam, mohon maaf bila ada yang kurang jelas atau tidak lengkap. Apabila ada pembaca yang mau melengkapi, saya menerima dengan senang hati. Terima kasih sudah membaca. Mari kita lawan pornografi!

Wednesday, August 17, 2016

Foto


Bismillaah
Namanya Dini, bukan nama sebenarnya. Seorang siswi kelas 6 SD. Berjilbab, santun, tidak banyak bicara apalagi banyak tingkah seperti teman-temannya. Untuk ukuran anak SD, Dini terlihat lebih dewasa. Saat ini sedang menghafal Al Qur'an juz 28. Juz 30 dan 29 in sya Allah sudah ia kuasai dengan baik.
Tak biasanya, pagi itu wajahnya sendu. Matanya terlihat bengkak, seperti habis menangis. Kepalanya selalu tertunduk, seolah malu bila dilihat orang. Ada apa, Nak?
"Aku malu, Bu. Masa Si Rio edit fotoku, terus dipasang deket foto dia. Di tengahnya ada gambar 'love', Bu. Terus, ada kata-kata 'Gue dan lu adalah kita'. Aku malu, bu. Nanti kalau semua guru tahu, gimana? Nanti kalau ada yang bilang, "Masa anak ustadz, begitu?" Gimana, Bu?" ceritanya mengalir diiringi tetesan air matanya yang tak henti mengalir juga.
"Memangnya, Rio dapat foto kamu dari mana? Apa kamu pernah kirim foto ke dia", tanyaku berusaha menyelidiki.
"Nggak pernah Bu, demi Allah. Katanya dia dapat foto itu waktu kegiatan  camping dari grup WA orang tua. Padahal, itu fotonya juga bareng-bareng, aku nggak sendirian," jelasnya tetap sambil menangis.
Terlihat, betapa malunya Dini. Dia merasa harga dirinya telah dicoreng oleh temannya sendiri. Padahal, kalau dilihat foto hasil pengeditan itu tidak 'parah'. Tapi ternyata buat Dini, itu masalah besar karena menyangkut nama baik dirinya dan orang tuanya.
Dari kasus ini kita belajar, betapa luar biasa dampak yang bisa ditimbulkan dari perbuatan kita meng-upload foto ke dunia maya. Mungkin maksud kita hanya ingin berbagi kebahagiaan, atau sekadar memberitahukan kegiatan kita kepada teman-teman. Walaupun, ada juga yang memang ingin 'pamer'. Ini lho, saya sudah pernah ke Makkah, ke Dubai, ke London, dan lain-lain. Na'udzubillaahi min dzalik.
Namun, dunia maya adalah dunia yang tak kalah jahat, atau lebih ekstrimnya, tak kalah kejam dibandingkan dunia fana yang sebenarnya ini. Di sana ada kawan, namun juga ada lawan. Ada sahabat, tapi juga ada penjahat. So, kita pun harus lebih berhati-hati dalam bertindak dan berperilaku.
Foto, sejak zaman belum ada Internet, bisa digunakan untuk kebaikan maupun keburukan. Dengan foto kita bisa mengenal orang yang jauh, bahkan yang sudah meninggal. Dengannya pula kita bisa bernostalgia dengan masa-masa indah yang pernah kita alami, kebersamaan dengan orang-orang yang sekarang mungkin sudah saling menjauh karena tempat dan kesibukan.
Namun, foto pun bisa menjadi alat kejahatan bila berada di tangan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Foto bisa menjadi alat seseorang untuk berbuat jahat kepada orang lain, misalnya sihir. Bayangkan, seseorang bisa terkena sihir hanya melalui sebuah foto.
Luar biasa bahaya foto. So, jangan biarkan foto kita diekspose dan dinikmati oleh orang lain dengan mudah. Teknologi sudah demikian canggihnya, sehingga bisa memungkinkan segala sesuatu untuk terjadi. Apalagi kalau Allah sudah berkehendak. "Kun!" Fa yakun.