Wednesday, May 25, 2022

Review "The Heir"


Judul buku: The Heir
Penulis: Kiera Cass
Penerjemah: Nina Setyowati
Penerbit: Bentang Belia
ISBN: 978-602-430-270-2
Cetakan: 2018
Tebal buku: 33 chapter


Bismillah


The Heir merupakan buku keempat dari The Selection Series: The Selection, The Elite, Dan The One. Di buku keempat ini, Kiera Cass menceritakan tentang Eadlyn Schreave, anak perempuan sekaligus anak pertama Maxon dan America, Raja Illéa. America terpilih menjadi istri Maxon setelah melalui Seleksi yang diceritakan pada buku kesatu, kedua, dan ketiga.


Eadlyn, meskipun perempuan, adalah pewaris tahta sang ayah karena ia anak pertama mereka. Hal inilah yang kadang membuat Eadlyn merasa menyesal. Mengapa ia lahir tujuh menit lebih dulu daripada kembarannya, Ahren. Seandainya Ahren, adik laki-lakinya, itu terlahir lebih dulu, Eadlyn tidak akan menjadi ratu menggantikan ayahnya.



Namun Eadlyn tetap menjalankan perannya sebagai pewaris tahta. Dia berusaha menjadi gadis yang kuat. Bahkan, demi menunjukkan itu, dia tidak butuh pendamping atau suami. Dia bisa menjadi ratu seorang diri. Itulah mengapa, dia belum menyukai satu orang lelaki mana pun. Sedangkan Ahren, sudah memiliki kekasih, Camille, putri Ratu Italia.



Adanya kekacauan di beberapa daerah kekuasaan Illéa, membuat Raja Maxon berpikir keras bagaimana cara mengatasinya. Lalu, tercetuslah ide untuk mengadakan seleksi, seperti yang dulu diadakan oleh ayahnya. Melalui seleksi tersebut, Maxon bertemu America, Sang Ratu yang kini mendampinginya dan memberinya empat orang anak. 


Seleksi kali ini ditujukan untuk mencari seorang pangeran yang akan mendampingi Ratu Eadlyn. Tentu saja, Eadlyn menolak keras ide tersebut. Namun, demi negara dan juga orang tuanya, akhirnya Eadlyn bersedia menyelenggarakan seleksi dengan beberapa syarat.


Lalu terkumpullah 35 laki-laki sebagai peserta seleksi. Mereka terpilih mewakili kota-kota di Illéa. Walaupun terpaksa, Eadlyn harus menjalani seleksi ini dan merencanakan kencan-kencan dengan para cowok tersebut. 


Tentu saja, seleksi tersebut tak selamanya berjalan mulus dan sesuai rencana. Untuk mengawali seleksi, Eadlyn mengadakan parade. Pada parade tersebut, Eadlyn jadi tahu betapa rakyatnya mencintai dan mengelu-elukannya. Mereka pun membuat tulisan yang mendukung peserta seleksi dari daerah mereka masing-masing. Namun, ternyata ada juga yang tidak suka dengannya. Karena saat parade itu, ada juga yang melontarkan kata-kata makian, bahkan melempari Eadlyn dengan makanan yang membuat kotor gaunnya.


Tidak hanya itu. Saat kencan berdua dengan para cowok terpilih, ada saja kejadian yang membuatnya takut. Sehingga mereka pun otomatis tereliminasi dari seleksi. Walaupun, ada juga momen kencan yang membuatnya senang. 



Yang paling membuatnya bahagia adalah saat bermain baseball dengan sekelompok cowok terpilih. Dalam permainan itu, mereka seperti teman yang sedang bermain bersama. Tak ada ratu maupun sang terpilih. Bahkan, anggota kerajaan yang lain pun ikut bermain. Itulah saat Eadlyn merasakan sebagai manusia biasa, apalagi tak ada kamera yang merekam. 


Akankah Eadlyn menemukan pasangan hidupnya dalam seleksi ini, seperti ayahnya yang menemukan ibunya?
Ternyata, di buku keempat ini, acara seleksi belum kelar. Kita harus membaca buku berikutnya.


Review buku kelima ---> The Crown

No comments: