Wednesday, April 29, 2020

Belajar dari Asma Nadia



Bismillaah
Sesi talk show berikutnya dari Kang Tendi Murti adalah dengan Mba Asma Nadia. MasyaAllah, nggak nyangka saya bisa melihat dan mendengarkan suara penulis yang sukses dengan novelnya yang banyak difilmkan ini.


Beberapa nasihat beliau adalah, jadi penulis itu jangan pernah merasa sombong, karena  di atas langit masih ada langit. Penulis yang seperti itu, justru penulis yang belum apa-apa, meskipun sudah punya buku.


Nasihat berikutnya adalah, ketika menulis, niatkan tidak hanya ingin menyenangkan hati pembaca, tetapi niatkan juga untuk mencari rida Allah. Dengan begitu, InsyaaAllah tulisan kita akan menjadi ladang pahala bagi kita.


Ketiga, menulislah untuk berdakwah. Akan sangat membahagiakan bila melalui tulisan kita orang lain menjadi lebih baik. InsyaaAllah akan menjadi amal jariyah.


Sedangkan beberapa tips menulis dari Mba Asma adalah membuat sinopsis sebelum menulis. Hal ini penting agar kita tidak tetap dalam jalur saat menulis. Ini juga bermanfaat untuk mengingatkan bila kita lupa dengan alur cerita. Setelah itu, lakukan riset agar tulisan kita berkualitas, tidak sekadar mengarang yang tidak jelas dan tidak ada landasannya. Lalu, agar tulisan kita bagus dan kita juga semangat dalam menulis, kita harus jatuh cinta dengan (tema) tulisan yang akan ditulis.


Menyikapi adanya alasan beberapa orang yang tidak bisa menulis karena tidak memiliki fasilitas yang memadai, beliau berpendapat bahwa tak ada alasan untuk tidak menulis. Banyak penulis yang tidak punya fasilitas tetapi tetap produktif dan berhasil menjadi penulis sukses.

Sedangkan tentang writer's block, kata Mba Asma, kalau terkena writer's block, segera move on. Kalau kata Pak Cahyadi Takariawan, cari ide lain. Yang penting tetap menulis.

Jadi, tak ada alasan untuk tidak menulis. Mari menulis setiap hari. Karena untuk menjadi expert, perlu latihan 10.000 jam! Ya Allah, mudahkan kami untuk menjadi penulis yang bermanfaat dan menginspirasi banyak orang untuk menjadi lebih baik dan lebih taat kepada-Mu, aamiin ya rabbal'aalamiin.

Belajar dari Fissilmi Hamidah



Bismillaah


Alhamdulillaah, meski saya gagal ikut KMO (Komunitas Menulis Online)-nya Kang Tendi Murti, tapi saya masih bisa mendapat ilmu. Ya, karena mengikuti telegram dan Instagram Kang Tendi, saya jadi bisa mengikuti program-programnya. Saat ini, program yang diadakan adalah talk show dengan penulis-penulis keren yang ditayangkan di Instagram Kang Tendi.



Hari Senin, 27 April 2020 adalah talk show dengan Mba Fissilmi Hamidah yang dikenal juga dengan Mbak Mimi. Perempuan imut ini, MasyaAllah, luar biasa. Salah satu bukunya sudah saya baca, yaitu "Notes from England" yang ditulis dengan temannya. Selain itu, saya juga sudah membaca sebagian novelnya yang berjudul "Canting" di Facebook. Meski cuma sebagian, tapi terlihat sekali bagusnya novel itu. Dan memang, akhirnya, novel itu menjadi best seller.


Dari Mbak Mimi, ada beberapa poin yang bisa saya catat. Ketika mau menulis (di sini lebih khusus menulis novel), yang pertama kali harus dilakukan adalah membuat outline (garis besar). Outline itu berguna untuk mengarahkan dan mengendalikan tulisan kita agar tidak melenceng ke mana-mana.


Setelah membuat outline, maka langkah selanjutnya adalah melakukan riset tentang setting cerita yang akan ditulis, perwatakan tokohnya, bahasanya, bahkan termasuk gaya bicaranya. Hal ini dilakukan agar cerita yang kita tulis terlihat nyata, bukan sesuatu yang bohong.


Berikutnya, mulailah menulis. Kalau Mbak Mimi, biasa menulis sesuai outline, tidak loncat-loncat. Ini dilakukan agar feel cerita itu tidak hilang. Logikanya juga nyambung.

Sunday, April 26, 2020

10.000 Jam

Bismillaah

Hari ini dengar materi dari Bang Tendi Murti tentang bagaimana menjadi seorang expert. Menurut cerita beliau, Bill Gates, sang raja Microsoft itu, sukses karena sudah berlatih dalam bidang komputer selama 10.000 jam. Teori 10.000 jam ini dicetuskan oleh seseorang, yang saya lupa namanya.

Nah, kalau kita ingin menjadi penulis yang sukses, berarti kita pun harus menjalani latihan menulis terus-menerus selama 10.000 jam. Wow! Sanggupkah?

Salah satu tips yang beliau sampaikan adalah, minimal dalam sehari, kita harus meluangkan waktu untuk menulis selama dua jam. Ya, dua jam. Kalau sehari dua jam, berarti butuh berapa tahun supaya bisa mencapai 10.000 jam? 5 tahun, 10 tahun?

Tak penting berapa tahun yang akan kita habiskan. Kalau memang sudah ada tekad, pasti akan ada jalannya. If there is a will, there is a way. Pasti akan ada jalan. Yang terpenting ada niat dan ikhtiar.

Baru saja mendengar materi itu, saya langsung mendapat pesanan tulisan dari seorang guru saya. Beliau minta dibuatkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah tentang "Pemberlakuan Lockdown Masa Pandemi Covid-19 di Lembaga Pendidikan". Saat pertama baca pesan itu, entah mengapa, saya langsung pusing. Ini maksudnya apa??? Akhirnya saya tinggal tidur saja. Wkwk.

Setelah pusing hilang, barulah saya mulai searching di google dan buka-buka skripsi zaman kuliah dulu. MasyaAllah, sudah berapa tahun ya? 17 tahun lebih! Tapi, nggak papa, kan saya ingin menjadi penulis yang expert. Ini adalah tantangan perdana. Alhamdulillaah, akhirnya selesai juga pesanan tulisan tersebut. Semoga tidak salah dan sesuai dengan apa yang diinginkan. Aamiin.





Saturday, April 25, 2020

Berdoalah



Bismillaah
Sebagai manusia, tentunya kita pernah mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan atau sesuatu yang sulit dilakukan, atau masalah yang di luar kemampuan kita untuk menyelesaikannya.
Seringnya, ketika mendapat suatu masalah, kita sibuk mencari solusinya. Karena pikiran tidak tenang dan diburu-buru harus segera mendapatkan solusi, justru hal itu mempersulit dan memperlama datangnya solusi. Akibatnya, kita jadi tambah pusing, sedih, dan uring-uringan. Itulah yang sering saya alami.
Bila sudah pusing, tidak tahu harus bagaimana lagi, sudah mentok tak ada jalan keluar, barulah saya ambil senjata pamungkas, BERDOA. Ya, berdoa. Malu sekali, setelah merasa diri mampu, merasa diri bisa menyelesaikan masalah, sok pintar dan sok tahu, sekarang tersadar betapa lemah dan bodohnya diri ini. Ini adalah kesalahan besar. Seharusnya, sejak pertama kali masalah muncul, kita langsung memohon pertolongan kepada Allah, mengadukan permasalahan kita kepada-Nya. Namun, manusia seringkali lupa, seringkali merasa dirinya kuat dan pintar. Padahal ....

Contoh kasus yang pernah dan baru saja saya alami, dua hari yang lalu, saya sampai menangis saat sujud. Saya merasa sangat lemah tak berdaya, merasa sangat bodoh, sebagai seorang ibu. Tidak bisa mengarahkan anak-anak. Mereka berbuat semaunya tanpa saya bisa mengindikasikan mereka.
Semua hanya tersimpan di kepala, tanpa mampu untuk mengungkapkan, menyuarakannya, agar mereka tahu yang saya rasakan. Saya memang termasuk orang yang sulit dalam komunikasi verbal. Kesedihan karena tidak bisa menyampaikan buah pikiran ini sangat menyiksa. Akhirnya, menangislah jalan keluarnya, karena dada ini sudah tidak sanggup menahannya. Mengadu kepada Allah, adalah cara terampuh untuk segala masalah.
MasyaAllah, setelah itu, Allah langsung mengabulkan doa saya, sedikit demi sedikit. Saya ingin anak-anak mendapatkan tausiyah, alhamdulillaah, saat salat tarawih berjamaah, ayahnya memberikan kultum (kuliah tujuh menit). Disebutnya kultum, tapi realitanya lebih dari sepuluh menit. Tapi tak apa, alhamdulillaah.
Saya ingin, selama bulan Ramadan ini bisa tadarus bersama dengan suami dan anak-anak. Alhamdulillaah, saat malam sebelum tidur, saya sampaikan keinginan itu kepada mereka, dan mereka pun setuju. Paginya, bada salat Subuh, kami bisa tadarus bersama, dipimpin anak pertama yang memang sudah menjadi guru tahfidz dan sudah mengantongi syahadat Qiroati. Alhamdulillah. Terima kasih ya Allah, semoga amal ibadah ini bisa kami lakukan dengan istiqamah, aamiin ya rabbal'aalamiin.

Friday, April 24, 2020

Gagal



Bismillaah
Saat tahu bahwa saya bisa ikut grup KMO (Kelas Menulis Online), rasanya senang sekaligus deg-degan. Senang karena bisa mendapatkan kesempatan belajar kepada orang-orang hebat seperti Tendi Murti. (Selama ini cuma dengar namanya.) Deg-degan karena merasa sudah tua, sedangkan yang lain masih imut-imut. Selain itu, saya deg-degan karena pernah dengar bahwa KMO ini disiplin sekali dan tugasnya juga tidak main-main. Tetapi, bismillaah, saya niatkan untuk mencari ilmu dan kebaikan, berusaha bertahan meskipun tidak bisa terlalu fokus.
Benar saja, waktu sesi pertama materi, saya terlambat menyimak. Tidak tanggung-tanggung, saya terlambat sehari! Astaghfirullah. Alamat apa ini? Dan, ternyata kalau mau ada materi harus isi daftar hadir dulu, satu jam sebelumnya. Sudah dua kesalahan saya lakukan, terlambat absen dan terlambat menyimak materi. Saat penyampaian materi saya tidak hadir.
Lebih mengenaskan lagi, ternyata setiap peserta mendapatkan modal 2 nyawa. Bila tidak presensi, maka satu nyawa melayang. Berarti satu nyawa saya sudah hilang . Nah, tinggal satu lagi, kan? Itu juga akan hilang kalau tidak mengerjakan tugas. Meskipun tinggal satu nyawa yang saya miliki, saya berusaha bertahan dan optimis. Saya coba mengerjakan tugas membuat ikrar untuk menjadi penulis. Sudah saya tulis, saya foto, tinggal posting di Instagram. Nah, di sini lah ujian itu datang.
Saat saya akan posting, ternyata Instagram saya tidak bisa dibuka. Maklum, hp saya dipakai ramai-ramai dengan anak-anak. Beginilah jadinya. Tapi tak boleh menyerah, masih bisa dengan cara lain, yaitu buka di laptop.
Tapi, olala .... Ternyata kalau menggunakan laptop tidak bisa posting. Saya coba searching cara posting Instagram di laptop. Alhamdulillaah, ada caranya, meski harus berkali-kali mencoba. Upload foto, alhamdulillaah bisa, tulis caption juga bisa. Naah, saat mau nge-tag mentor, PJ, Kepsek, dan teman-teman -itu syarat yang tidak bisa ditawar-tawar- ternyata tidak bisa! Oh, no!

Ya sudahlah, mungkin memang belum rezeki saya, belum jodoh saya untuk menjadi bagian dari KMO. Dengan berat hati saya mengundurkan diri dengan harapan di kesempatan yang akan datang bisa bergabung lagi. Lagi pula, Ramadan sudah datang. Mungkin kalau saya masih di KMO, nanti malah tidak bisa fokus. Ibadah Ramadan tidak maksimal, KMO juga tidak maksimal. InsyaaAllah ini yang terbaik, harus pilih salah satu supaya bisa fokus dan hasilnya maksimal. Aamiin ya rabbal'aalamiin.

Saturday, April 18, 2020

Semoga

Bismillaah


Semoga kudapatkan Ramadan
Hingga kudapat isi dengan ibadah penuh
Semoga kudapatkan Ramadan
Hingga kudapat ampunan-Mu
Juga keberkahan dan rahmat dari-Mu
Serta terselamatkan dari panasnya api neraka



Semoga saat Ramadan datang
Wabah Corona ini menghilang
Dari bumi yang kusayang
Keberkahan tak hanya di bayang



Semoga Idul Fitri hadir
Dalam nuansa bahagia
Bisa silaturahim
Bisa bermuwajahah
Tak hanya berkirim pesan dan gambar


Betapa kuingin ya Allah
Bumi ini kembali sehat
Kami kembali beraktivitas
Beribadah dengan sewajarnya


Namun bila Engkau belum berkenan
Ku harus rida
dengan segala kehendak-Mu
Kuyakin ini yang terbaik untukku
Kuatkan kami, ya Allah
Melalui semua ini
Tetap dengan iman dan Islam
Tetap dalam ketaqwaan dan rida-Mu
Aamiin ya rabbal'aalamiin

Monday, April 13, 2020

Warna Cinta

Bismillaah

Entah mengapa, setiap melihat warna biru, hati ini berseri. Indah nian warna itu di mataku. Sederhana, sejuk, dan lembut.

Begitu pun bila kutatap hijaunya alam. Damai rasanya dunia ini. Segar mata memandangnya.

Namun, bila merah yang muncul, resah rasa hatiku. Entahlah. Sejak kecil hingga setua ini, tak nyaman rasanya melihat warna itu. Bagai melihat raut marah di rona seseorang. Seram.

Pun ketika warna kuning melintas. Kesannya panas gersang, dan tandus. Kering, tak ada kehidupan. Membosankan dan mengerikan.

Sebaliknya, bila kupandang cokelatnya warna tanah, hati pun jadi adem, kalem, nggak neko-neko. Tenang, aman sentosa hidupku. Namun, apa pun warna kehidupan yang kupakai dan kualami, semua atas kehendak Allah. Aku berusaha ikhlas menjalani dan menerimanya. Semua pasti ada hikmahnya.


Begitu pun dengan kelima mutiaraku, berwarna-warni menghiasi langit hidupku. Pendar-pendar warnanya menggelorakan semangat untuk terus belajar dan berkarya. Karena setiap bertambah usia mereka, bertambah pula kisah cinta yang akan mereka ukir. Semakin tak mudah pula mengerti keinginan mereka. Harus lebih pandai mengelola emosi dan kata-kata.

Kelima warna jiwa itu, sungguh karunia agung dari Sang Maha Pencipta. Dia telah menumbuhkan mereka dengan sifat dan asa yang berbeda. Sungguh menakjubkan. Tak henti untuk senantiasa bersyukur atas anugerah terindah ini. Meski sering, terasa berat dan tak mudah, hidup harus terus berjalan. Segala kesulitan, menjadi pemicu untuk terus berikhtiar dan belajar menjadi ibu yang baik. Berhasil? 


Belum. Ya, diri ini masih jauh dari pantas untuk disebut ibu yang baik. Masih terlalu banyak ketidaktahuan dan ketidakmampuan dalam menangani mutiara-mutiara yang semakin mendewasa itu. Yang semakin matang dengan tempaan hidup yang semakin hari semakin menantang. 


Namun, perjuangan tak akan pernah berakhir. Ibarat sebatang pohon pisang, ia akan terus bertahan hidup hingga tunas barunya tumbuh. Dan siap menggantikan posisinya. Menjaga ketersediaan pangan dan menghijaukan bumi. Meskipun, tak juga ingin seperti itu, karena melihat mereka dewasa dan menua, adalah sebuah cita. Di samping, melantun sebait doa, semoga bisa menjalankan amanah ini dengan sempurna. Aamiin.


#kelasJCA
#day3
#idanurlaila
#warnacinta

Thursday, April 9, 2020

Semakin Membiru

Bismillaah

Biru rinduku
Semakin menyesakkan dada
Semakin melebamkan rasa
Semakin mengalirkan pilu


Sendu rinduku
Mengharap perjumpaan itu
Yang semakin menipiskan asa
Mendamba pertemuan itu
Yang semakin jauh dari harap
Entah kapan kan mewujud


Pedih rinduku
Karna tak ada lagi saat bersua
Tiada lagi canda-tawa
Tiada lagi celoteh riang
Berebut kata tuk disimak



Monday, April 6, 2020

Belajar Daring

Bismillaah

Sudah hampir sebulan, saya work from home, anak-anak study at home. Pusing rasanya karena harus melihat hp dan laptop hampir sepanjang hari, bahkan di sebagian malam. Dari pukul 07.30 hingga 12.00 adalah jam kerja saya, jadi harus online. Setelah itu, waktunya anak-anak belajar dan mengerjakan tugas dari gurunya.


Mendampingi anak-anak belajar, merupakan kesibukan yang membutuhkan kesabaran ekstra. Tidak hanya menjelaskan, tetapi kita juga harus ikut menghafal, bila tugasnya berupa hafalan. Ikut mempraktikkan, bila tugasnya merupakan unjuk kerja, seperti senam dan menari. Benar-benar luar biasa. Di sekolah, saya hanya mengajar mata pelajaran yang memang sesuai dengan bidang saya atau passion saya. Namun saat ini, saya harus bisa mengajar semua bidang. Subhanallah.


Ketika yang diajari adalah anak SD, ilmu saya masih memadai. Tapi, begitu mengajari anak SMA, terasa betapa dangkal ilmu saya. Sulit nian pelajaran anak SMA zaman sekarang. Tidak seperti saat SMA saya. Mau tidak mau, saya jadi ikut belajar lagi. Alhamdulillaah, sekarang zaman canggih. Tak ada buku, bisa pinjam perpustakaan online seperti ipusnas, atau langsung bertanya ke Mbah Google. Alhamdulillaah.


Banyak hikmah yang Allah berikan melalui ujian wabah ini. Semoga kita termasuk orang-orang yang bisa mengambil hikmah dan pelajarannya sehingga kita bisa naik derajat di mata Allah. Semoga Allah segera menghilangkan wabah ini, sehingga kita bisa beraktivitas dengan normal kembali. Karena, bagaimana pun juga, belajar di rumah tidak sekondusif belajar di sekolah. Apalagi buat saya yang belum punya ilmu tentang homeschooling.
Ya Allah, kuatkan kami dalam menghadapi ujian ini, selamatkanlah kami, ya Allah yang Mahaperkasa dan Mahakuasa, aamiin ya rabbal'aalamiin.

Sunday, April 5, 2020

Persiapan Ramadan 4



Bismillaah


Ramadan sudah terlihat di kejauhan, bayangnya semakin dekat. Tak sabar rasanya menunggunya. Semoga kita bisa bertemu dengannya, memeluknya erat dengan amal ibadah yang optimal, sehingga kita bisa mendapatkan gelar orang-orang yang bertaqwa seperti firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 183.


يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْکُمُ الصِّيَا مُ کَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِکُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ ۙ 


"Wahai orang-orang yang beriman! Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."


Agar Ramadan menjadi lebih bermakna dan tak terlewat begitu saja, kita harus mengetahui amalan apa saja yang bisa dilakukan.


Amalan atau ibadah utama di bulan Ramadan adalah
1. berpuasa dengan baik dan benar selama Ramadan
2. berinteraksi dengan Al Qur'an
3. memperbanyak doa dan istighfar
4. berusaha untuk i'tikaf di masjid walau hanya sehari
5. memperbanyak infaq dan sedekah
6. melakukan salat Tarawih dan Qiyamullail.

Selain ibadah utama, kita perlu juga memiliki target khusus agar Ramadan lebih optimal. Target tersebut adalah
1. khatam Al Qur'an minimal 3 kali
2. Qiyamullail setiap malam
3. infaq Rp10.000,00 per hari
4. mengajak saudara/tetangga/teman untuk belajar Islam (tarbiyah).


Dan target-target lainnya, yang setiap orang berbeda dengan yang lainnya. Bisa juga kita tambahkan dengan minimal membaca satu buah buku tentang keislaman, atau yang lainnya.

Semoga Ramadan kali ini lebih baik daripada tahun lalu, dan semoga wabah covid-19 ini segera berakhir, sehingga umat Islam bisa beribadah di bulan Ramadan dengan menggunakan maksimal, aamiin ya rabbal'aalamiin.

Friday, April 3, 2020

Turun Level




Bismillaah


Bulan ini ternyata lebih buruk daripada bulan kemarin. Astaghfirullah. Iya, dalam challenge KLIP bulan ini, aku hanya mendapatkan badge "You're Good" karena tulisanku hanya sekitar 18 kalau tidak salah. Berarti ini turun dibandingkan bulan kemarin yang hampir 27 tulisan. Seharusnya aku bisa mendapatkan hasil minimal seperti bulan kemarin bila aku tidak terlupa untuk setoran. Ya sudahlah, berarti belum rezeki.


Hambatan yang kurasakan di bulan Maret, selain -lagi-lagi karena lupa- adalah adanya program belajar dan mengajar daring alias online. Selain mengurusi murid-murid sekolah, aku juga harus mendampingi anak-anak sendiri yang juga harus belajar online. Jadinya ya, tugas menulis di blog jadi keteter. Bahkan, pernah suatu kali, aku sudah menjadi menulis tapi lupa setor ke link setoran. Akhirnya begini, deh. Turun level ^_^