Saturday, April 25, 2020

Berdoalah



Bismillaah
Sebagai manusia, tentunya kita pernah mengalami hal-hal yang tidak menyenangkan atau sesuatu yang sulit dilakukan, atau masalah yang di luar kemampuan kita untuk menyelesaikannya.
Seringnya, ketika mendapat suatu masalah, kita sibuk mencari solusinya. Karena pikiran tidak tenang dan diburu-buru harus segera mendapatkan solusi, justru hal itu mempersulit dan memperlama datangnya solusi. Akibatnya, kita jadi tambah pusing, sedih, dan uring-uringan. Itulah yang sering saya alami.
Bila sudah pusing, tidak tahu harus bagaimana lagi, sudah mentok tak ada jalan keluar, barulah saya ambil senjata pamungkas, BERDOA. Ya, berdoa. Malu sekali, setelah merasa diri mampu, merasa diri bisa menyelesaikan masalah, sok pintar dan sok tahu, sekarang tersadar betapa lemah dan bodohnya diri ini. Ini adalah kesalahan besar. Seharusnya, sejak pertama kali masalah muncul, kita langsung memohon pertolongan kepada Allah, mengadukan permasalahan kita kepada-Nya. Namun, manusia seringkali lupa, seringkali merasa dirinya kuat dan pintar. Padahal ....

Contoh kasus yang pernah dan baru saja saya alami, dua hari yang lalu, saya sampai menangis saat sujud. Saya merasa sangat lemah tak berdaya, merasa sangat bodoh, sebagai seorang ibu. Tidak bisa mengarahkan anak-anak. Mereka berbuat semaunya tanpa saya bisa mengindikasikan mereka.
Semua hanya tersimpan di kepala, tanpa mampu untuk mengungkapkan, menyuarakannya, agar mereka tahu yang saya rasakan. Saya memang termasuk orang yang sulit dalam komunikasi verbal. Kesedihan karena tidak bisa menyampaikan buah pikiran ini sangat menyiksa. Akhirnya, menangislah jalan keluarnya, karena dada ini sudah tidak sanggup menahannya. Mengadu kepada Allah, adalah cara terampuh untuk segala masalah.
MasyaAllah, setelah itu, Allah langsung mengabulkan doa saya, sedikit demi sedikit. Saya ingin anak-anak mendapatkan tausiyah, alhamdulillaah, saat salat tarawih berjamaah, ayahnya memberikan kultum (kuliah tujuh menit). Disebutnya kultum, tapi realitanya lebih dari sepuluh menit. Tapi tak apa, alhamdulillaah.
Saya ingin, selama bulan Ramadan ini bisa tadarus bersama dengan suami dan anak-anak. Alhamdulillaah, saat malam sebelum tidur, saya sampaikan keinginan itu kepada mereka, dan mereka pun setuju. Paginya, bada salat Subuh, kami bisa tadarus bersama, dipimpin anak pertama yang memang sudah menjadi guru tahfidz dan sudah mengantongi syahadat Qiroati. Alhamdulillah. Terima kasih ya Allah, semoga amal ibadah ini bisa kami lakukan dengan istiqamah, aamiin ya rabbal'aalamiin.

No comments: