Saturday, January 1, 2022

Teman

Bismillah


"Alhamdulillah, aku dapat temen yang shalih-shalih, Mi," cerita bujangku membuat nyes hatiku. Betapa tidak, waktu pertama kali datang ke pondok pesantrennya, kami sempat ragu. Masalahnya, pondok tersebut masih kecil, jalanannya sempit -hanya muat satu mobil-, tempat parkirnya apalagi. Benar-benar seadanya. Kata teman yang merekomendasikan pondok itu, lokasinya benar-benar di kampung. Tapi, kok ya begitu amat, ya?


Namun, begitu ngobrol dengan Ustadz pemilik pondok, ada sedikit harapan tumbuh. Beliau sudah memiliki "qiraah sab'ah". MasyaaAllah. Saat itu, dalam hati sempat terlontar, biarlah gedungnya sederhana, yang penting ustadznya luar biasa. Ya, bagi kami yang membaca Al-Qur'an saja masih harus banyak belajar, mendengar beliau sudah menguasai "qiraah sab'ah", itu sesuatu yang sangat luar biasa. Amazing!!!


Dan, ketika pertama kali menjenguk ke pondok, kami semakin kagum dengan sang Ustadz. Waktu Mufid, bujangku sakit skabies, beliau langsung tahu.

"Lenganmu kenapa, Fid?" tanya beliau saat melihat benjolan merah di siku Mufid. Padahal santrinya tidak hanya satu lho, tapi puluhan. Jeli sekali pandangan mata beliau. Itu di antara perhatian istimewa beliau. Ya, menurutku, istimewa. Karena di antara kakak-kakaknya yang juga mondok, belum ada yang mendapatkan perhatian seperti itu. Biasanya, santri bermasalah, baru diperhatikan. Walaupun tidak semua begitu. Mungkin karena saking banyaknya santri, jadi tidak bisa diperhatikan satu per satu.


Nah, saat liburan ini, semakin banyak nilai positif yang saya dengar dari Mufid. Salah satunya tadi, dia mempunyai teman-teman yang shalih, yang membuat dia semakin semangat menghafal dan beribadah kepada Allah. Bahkan, dia sering puasa Daud. MasyaaAllah, saya yang sudah setua ini saja, belum pernah melakukannya. 


Benar sekali ajaran Islam ini dalam mengarahkan umatnya untuk mencari teman yang baik. Berteman dengan penjual minyak wangi, kita akan ketularan wanginya. Sebaliknya, berteman dengan tukang pandai besi, akan terkena cipratan apinya. 

“Perumpamaan kawan yang baik dan kawan yang buruk seperti seorang penjual minyak wangi dan seorang peniup alat untuk menyalakan api (pandai besi). Adapun penjual minyak wangi, mungkin dia akan memberikan hadiah kepadamu, atau engkau membeli darinya, atau engkau mendapatkan bau harum darinya. Sedangkan pandai besi, mungkin dia akan membakar pakaianmu, atau engkau mendapatkan bau yang buruk”.[HR. Bukhari dan Muslim]

(Sumber: https://muslim.or.id/45173-hadits-tentang-sahabat.html)

"Seseorang itu tergantung pada agama temannya. Oleh karena itu, salah satu di antara kalian hendaknya memperhatikan siapa yang dia jadikan teman" [HR. Abu Dawud)

(Referensi: https://almanhaj.or.id/3480-teman-bergaul-cerminan-diri-anda.html)


Bi'ah atau lingkungan yang baik, terbukti sangat menentukan bagaimana diri kita. Lingkungan yang baik mendukung dan menguatkan kita untuk selalu berbuat baik. Apalagi bagi anak-anak yang baru beranjak dewasa. Teman menjadi salah satu panutan mereka setelah orang tua. Bahkan, perkataan teman lebih mereka dengarkan daripada orang tua.


Itulah salah satu tujuan kami memasukkan anak-anak ke pesantren, agar mereka mendapatkan lingkungan yang baik dan kondusif. Namun, mencari pesantren yang ideal, tidak semudah memilih pisang goreng. Kadang informasi yang kita dapatkan tidak sesuai dengan kondisi di lapangan. Yang kedengarannya baik, ternyata belum tentu juga. Di sisi lain, lembaganya bagus, tetapi ternyata santrinya kurang baik. Ini terjadi mungkin karena memang para santri itu berasal dari latar belakang yang berbeda-beda. Dan, motivasi mereka untuk masuk pesantren pun beragam. 


Alhamdulillah, Mufid beruntung mendapatkan pesantren yang baik, dari sosok para ustadznya, dan juga teman-temannya. Alhamdulillah, jadinya, kami sebagai orang tua tidak terlalu khawatir lagi. Selama ini, kami khawatir kalau dia tidak betah karena fasilitas pondoknya benar-benar seadanya. 


Oya, nilai positif pesantren ini, Amal Jama'i, namanya, adalah sering mengajak para santri untuk kegiatan outing, seperti main bola, jalan-jalan di alam terbuka, berenang, lomba 17 Agustus, dan yang terakhir rihlah ke pantai. Kegiatan ini sangat cocok bagi para santri yang jiwa mudanya sedang butuh eksplorasi untuk memuaskan rasa ingin tahu sekaligus menyalurkan energi mereka. Dan, satu lagi. Ternyata mereka juga mengadakan acara silaturahmi ke keluarga santri yang tinggalnya dekat dengan pondok.

Tentunya, kegiatan-kegiatan tersebut sangat menyenangkan karena bisa digunakan sebagai refreshing, biar mereka tidak suntuk di pondok. Alhamdulillah, baarakallahu fiikum.