Saturday, April 1, 2017

Persalinan

Bismillaah

Berkah silaturrahim hari ini banyak sekali. Pertama, dagangan laku, kedua dapat minuman sehat, dan ketiga dapat wawasan dan ilmu baru.

Sejak tiga bulan terakhir, saya punya aktifitas baru di setiap awal bulan, mengantar majalah ke para pelanggan yang mayoritas merupakan teman lama. Kegiatan ini sangat menyenangkan karena bisa reunian sekaligus berdagang, sesuai dengan sunnah Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam. Dan, benar pulalah sabda beliau, bahwa silaturahim itu bisa menambah rezeki, seperti yang saya dapatkan hari ini.

Jadwal kali ini ke rumah seorang bidan. Alhamdulillah sedang tidak ada pasien yang harus ditangani, jadi kami bisa ngobrol dengan leluasa. Karena beliau seorang bidan, jadi yang kami bicarakan pun, sekitar profesi itu. Bagaimana perjuangannya dalam membantu ibu-ibu yang akan melahirkan, dengan kondisi dan situasi yang bermacam-macam. Ada yang tenang, penuh keyakinan dan kepasrahan kepada Sang Pemilik Hidup, ada pula yang panik dan tergesa-gesa.

Salah satu hikmah yang bisa saya ambil dari perbincangan tadi, ternyata orang yang tinggal di kampung dengan fasilitas seadanya dan kemampuan ekonomi yang seadanya pula, mempunyai tingkat keyakinan dan ketawakalan lebih tinggi dengan yang tinggal di perumahan dengan fasilitas yang lebih lengkap dan kemampuan di atas rata-rata. Kita sebut orang kampung untuk lebih memudahkan, bukan bermaksud mengecilkan atau merendahkan, mereka lebih tangguh dalam menghadapi situasi yang genting. Kalau menurut Bu Bidan, dan mungkin juga para dokter kandungan, ibu hamil yang memiliki tekanan darah tinggi, atau yang pernah melahirkan secara cesar, atau yang plasentanya hampir menutupi jalan lahir, seharusnya lebih aman bila melahirkan di rumah sakit dengan didampingi seorang dokter beserta peralatan medis yang lengkap. Tapi mereka justru keukeuh untuk melahirkan di rumah saja, dengan didampingi paraji dan teman saya itu, atau di klinik.

Pada situasi yang normal, biasanya pasien dan keluarganya yang panik dan tidak tenang menghadapi proses persalinan. Tapi di sini, justru sang juru medis yang gelisah, cemas, khawatir, dan takut bila tidak sesuai dengan harapan. Akhirnya, terpaksa, dibuatlah surat perjanjian hitam di atas putih, agar bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dan di luar kemampuan manusia, pasien dan keluarganya tidak menuntut sang bidan.

Di sisi lain, orang perumahan yang mungkin lebih melek teknologi, belum apa-apa sudah ketakutan. Contoh kasus, ketika tahu bahwa ketubannya tinggal sedikit, mereka langsung searching di Mbah Google. Dan hasilnya membuat mereka cemas sehingga minta dirujuk ke rumah sakit. Padahal menurut prediksi bidan, masih bisa diusahakan untuk melahirkan dengan normal, hanya mungkin perlu di-induksi agar tidak kehabisan ketuban.

Itulah sekelumit ibrah yang bisa saya ambil dari perbincangan yang ngalor-ngidul tadi. Menambah wawasan saya untuk tidak menilai seseorang dari penampilan dan yang lainnya. Justru orang yang mungkin, dianggap ketinggalan zaman atau kurang update, tawakal 'alallaah-nya sungguh luar biasa. Dan yang kita lihat mungkin lebih berilmu dan berwawasan, belum tentu dia yang lebih baik.

Terjemahan bebas:
*paraji: dukun beranak yang membantu proses persalinan
*induksi: salah satu metode yang digunakan untuk mempercepat proses persalinan

#onedayonepost

1 comment:

Sitampan Tampan said...

semangat kk,, udah mulai nulis lagi.. hehehe