Bismillaah
Pagi itu kau masuk kelas tanpa salam dan malah menangis, sambil menyalamiku. Kutanya ada apa, namun hanya tangisan sendu yang terdengar. Isakmu pun semakin keras, hingga teman-temanmu keheranan campur khawatir. Kucoba menawarimu kursi, dan kau pun duduk. Masih menangis.
Tak biasanya begini. Kamu adalah salah seorang siswa yang hampir tidak pernah ada masalah. Nilai raportmu selalu bagus, bahkan berada di peringkat pertama. Hapalanmu juga sangat cemerlang. Budi bahasamu sangat halus dan menawan, semenarik paras wajahmu yang tirus. Budi pekertimu pun tak beda jauh dengan nilai akademikmu. Hampir semua.
Namun tangismu kini, sungguh mengejutkan semua yang ada di kelas. Dari tuturmu, kutahu risau hatimu karena pertengkaran yang telah terjadi di rumah, pagi itu. Pertengkaran yang tidak biasa, ujarmu. Dan itu membuatmu shock dan sangat terpukul.
***
"Ada apa dengan mama dan papa? Mengapa mereka bertengkar sehebat itu di depanku? Ada apa?" Pertanyaan itu terus berputar-putar di kepalaku, hingga aku masuk kelas. Kusapa Bu Guru dengan isak, bukan ucapan salam seperti biasa. Ada sedih, kecewa, bingung, sekaligus malu. Ini pertama kalinya aku menangis di sekolah. Bu Guru dan teman-teman pasti saling bertanya-tanya.
Sambil terisak, kuceritakan kejadian pagi tadi. Kejadian yang sangat luar biasa, yang baru kali ini kulihat dan kualami. Kulihat merah mata papa dan gelegar suaranya. Mama pun tak kalah dengan jeritannya. Ada apa ini? Apa yang sedang terjadi? Apa yang membuat mereka seperti itu?
Aku tak sanggup mengalihkan pikiranku dari peristiwa itu. Aku tak sanggup untuk memusatkan perhatianku pada pelajaran hari ini. Aku ingin bertemu mama dan papa. Aku ingin memeluk dan membujuk mereka agar baikan. Jangan saling marah.
***
Saat itu kami sedang berdzikir. Tiba-tiba pintu kelas terbuka, dan masuklah Sarah. Heran! Mengapa dia tidak menggunakan salam, tapi malah ... Tunggu! Ada air mata di pipinya. Rahma menangis? Betulkah itu? Iya, betul. Jelas sekali terlihat air matanya, sebelum ia dipeluk Bu Guru. Duh ... Ada apa ya?
Tidak biasanya dia begitu. Dia itu siswa teladan, meskipun belum pernah ikut lomba pelajar teladan. Selalu di peringkat tiga besar, bahkan semester kemarin peringkat pertama. Hapalannya sudah hampir tiga juz. Anaknya baik hati, tidak pernah membuat masalah. Selalu ceria dan suka menghibur teman-teman. Sempurna, deh. Makanya, mengapa sekarang dia menangis, ya?
#onedayonepost
No comments:
Post a Comment