Monday, March 30, 2020

Social Distancing

Bismillaah

Hari ini terpaksa keluar rumah lagi. Ternyata sangat sulit untuk tidak keluar rumah. Setiap hari, ada saja sesuatu yang harus dilakukan dengan keluar rumah. Hari ini keluar rumah karena ada yang harus diurus di bank. Tak tanggung-tanggung, hari ini saya harus ke tiga bank sekaligus bersama suami.


Tiba di bank pertama, kami harus menunggu 1,5 jam sampai dilayani, karena jam bukanya pukul 09.00. Ketika mau masuk, nasabah antre di depan loket untuk mendapatkan nomor antrean sekaligus dicek suhu badannya. Setelah mendapat nomor antrean, harus menunggu lagi di luar karena ada aturan social distancing. Nasabah yang antre di dalam hanya dua orang. Di sini, saya lihat petugas bank memakai sarung tangan dan masker sebagai APD. Di dalam ruangan memang diterapkan social distancing, tapi di luar, nasabah berkerumun menunggu giliran dipanggil. Jadi, kesannya bagaimana, ya. Sepertinya pengamanan hanya untuk petugas bank, sedangkan nasabah tidak terlalu diutamakan. Sedihnya.


Lanjut ke bank kedua, prosedurnya hampir sama dengan bank pertama. Bedanya, kalau di bank pertama, bangku tunggunya tidak berubah, masih panjang. Hanya saja, nasabah yang duduk di sana memang dibatasi. Di bank kedua, kursi tunggunya diatur sedemikian rupa sehingga jarak antar kursi sepanjang satu meter. Pelayanan di Customer Service pun hanya satu orang, meski suami-isteri, tetap tidak bisa berdua, harus sendiri-sendiri.




Akhirnya, sampailah kami di bank ketiga. Di sini prosedurnya lebih ketat. Di samping gedung bank disediakan tempat cuci tangan. Setelah cuci tangan, kita akan disemprot desinfektan, lalu mengisi daftar hadir. Setelah itu, harus menunggu dulu di teras, karena ruangan di dalam sudah banyak orang. Saya tidak tahu kondisi di dalam karena hari ini saya menunda keperluan di bank ketiga ini. Menurut penuturan pak satpam, yang antre sudah banyak, sedangkan bank hanya buka sampai pukul 14.00. Jadi, daripada saya menunggu sia-sia, mendingan pulang.


Semoga wabah ini segera berakhir, sehingga kehidupan kami akan kembali normal, aamiin ya rabbal'aalamiin.

Sunday, March 29, 2020

Family Time

Bismillaah


Adanya kebijakan pemerintah untuk belajar di rumah bagi para siswa dan santri, otomatis berdampak kepada para guru. Akhirnya, guru pun harus bekerja dari rumah. Alhasil, kami sekeluarga pun berkumpul di rumah menikmati family time. Rumah menjadi hingar-bingar, berantakan (mainan, peralatan makan, peralatan dapur), cucian baju dan piring menumpuk, sempurna.


Alhamdulillaah, akhirnya kami sekeluarga bisa berkumpul dengan formasi lengkap. Semoga nanti di surga pun akan seperti ini, aamiin ya rabbal'aalamiin.



Aktivitas anak-anak di rumah, selain mengerjakan tugas pembelajaran daring, banyak kegiatan yang bisa mereka lakukan. Bermain bersama, tentu saja menjadi agenda utama mereka. Lalu menonton tivi, dan sesekali main game di hp maupun laptop. Selain itu, membaca buku juga menjadi aktivitas favorit selain membaca dan menghafal Al-Qur'an. Di luar kebiasaan mereka saat liburan, liburan kali ini terlalu lama dan tidak bisa ke mana-mana. Akhirnya mereka pun bereksplorasi di rumah. Salah satunya memasak.


Ya, tetiba anak-anak jadi suka memasak. Mungkin kalau mengandalkan ibunya kelamaan menunggu hasilnya. Maklum, ibunya juga harus bekerja, meskipun di rumah. Jadi, waktunya tidak bisa full time untuk keluarga. Alhamdulillaah, beban di pundak ibu agak ringan. Beberapa masakan sudah mereka praktikkan, seperti spaghetti, puding, gulali, omelette, dan brownies kukus. Semoga aktivitas yang tadinya cuma diniatkan oleh mereka sekadar iseng, mudah-mudahan bisa menjadi bekal mereka saat dewasa. Anak-anak jagoanku semoga ketika punya isteri nanti bisa piawai membantu pekerjaan isterinya. Anak-anak gadisku, bila dewasa nanti, saat menjadi isteri, bisa menjadi isteri yang piawai melayani suami dan mendidik anak-anaknya dengan baik. Aamiin ya rabbal'aalamiin.

Saturday, March 28, 2020

Rindu Kita



Bismillaah
Dua pekan sudah kita tak bersua
Rindu ini begitu membiru
Melesak-lesak dada ingin segera berjumpa
Menyapamu di pagi nan cerah
Mendengarkan celotehmu nan semangat menggebu
Menyimak lantunan suaramu mengalunkan firman-Nya



Ah,
Dua pekan sudah kita tak bersua
Ada mimpi tentang kita
Kuberdiri di depan kelas
Berdiskusi dan berdebat denganmu
Tentang sesuatu yang telah kita sepakati
Sebenarnya
Tapi keseruan itu yang kurindu


Ada mimpi tentang kita
Kau menghambur ke pelukanku
Mengagetkanku
Aku yang rindu, ataukah kalian
Entahlah
Mungkin kita sama-sama merindu
Sekolah yang kita cintai
Keseruan yang kita rindui
Ah,

Friday, March 27, 2020

Kesal



Bismillaah


Sejak kemarin, hatiku terasa tidak nyaman. Ada perasaan tidak enak, seperti akan terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan. Selain hati gelisah, badanku pun terasa lemas, tak bertenaga. Pertanda apa ini?


Dan, sore ini, benarlah terjadi sesuatu yang menyesakkan dada. Mau marah, tapi juga malu, kesal, entah apalagi gejolak rasa ini. Inginnya teriak dan menangis. Tapi malu dilihat anak-anak dan suami. Akhirnya kutelan saja segala kemelut ini. Hanya kepada Allah, kuadukan dan kukesahkan semuanya. Dan, di sini lah kucurahkan uneg-uneg ini.


Kemarin, atas permintaan seorang teman, bukan inisiatifku sendiri, aku menyarankan sesuatu ke grup guru. Tetapi ditolak mentah-mentah oleh sebagian besar guru. Yah, tak apalah, lagi pula bukan ideku ini. Tapi, ada malu juga di hati ini. Sudah, abaikan saja.
Sore ini, teman yang sama mengoreksi kebijakan sekolah yang sudah berlaku mengenai suatu ejaan. Ternyata ejaan yang dipakai sekolah tidak sesuai dengan PUEBI (Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia). Dan, selama ini, aku sebagai editor telah menggunakan dan menerapkan kebijakan sekolah yang ternyata salah itu. Tentu saja, semua soal yang kuedit, jadi salah semua. Salah lagi, dah. Sebenarnya kesalahan ini bukan murni kesalahanku karena aku hanya melaksanakan apa yang telah ditetapkan sekolah. Dan itu telah diputuskan di rapat. Yang membuatku kesal, mengapa guru-guru yang lain tidak mengakui bahwa itu keputusan rapat. Apakah mereka tidak mendengar? Dan, saat aku meminta maaf di grup mengakui ini sebagai kesalahan dan kecerobohanku, kepala sekolah yang bertanggung jawab atas keputusan ini tidak merespon permintaan maafku.


Kalau menurutku, seharusnya beliau dengan gentleman mengakui dong, bahwa ini keputusannya. Paling tidak, merespon permintaan maafku, dimaafkan atau tidak.
Kesel nggak, sih?
Astaghfirullah. 



Ya sudahlah. Itu kan menurutku. Mungkin menurut beliau itu tidak penting dan tidak perlu diperpanjang. Kucoba husnudzon walau tetap saja sulit untuk mengerti. Rasanya malu, kesal, marah, nano-nano deh.
Banyak istighfar saja lah. Astaghfirullah.

لَّاۤ اِلٰهَ اِلَّاۤ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَ ۚ 

Wednesday, March 25, 2020

Persiapan Ramadhan 3



Bismillaah


Setelah mengetahui bagaimana para sahabat dan tabi'in menjalani ibadah Ramadhan mereka (https://eryndy.blogspot.com/2020/03/persiapan-ramadhan-2.html) tentunya ada keinginan dari hati kita, supaya kita bisa seperti mereka. Karena kalau kita ingin mencontoh Rasulullah, rasanya agak berat. Ada alibi bahwa Rasulullah kan nabi, sedangkan saya hanya manusia biasa. Nggak mungkin bisa seperti beliau.
Oleh karena itu, cukuplah kita mencontoh para sahabat dan tabi'in, karena mereka sama dengan kita, manusia biasa. Jadi tidak ada alasan untuk tidak bisa mengikuti mereka. Ya Allah, mudahkanlah kami, aamiin.



Berikut ini adalah beberapa hal yang bisa kita lakukan agar dapat mencontoh para sahabat dan tabi'in:
1. Membangun persepsi yang benar terkait bulan Ramadhan. Ada dua persepsi bagaimana seseorang memandang bulan Ramadhan.
a. Persepsi orang awam: Ramadhan itu identik dengan tidak makan dan minum di siang hari, lalu diakhiri dengan lebaran yang notabene harus ada acara mudik, baju baru, THR, dan lain-lain yang bersifat duniawi.
b. Persepsi muslim sejati: Ramadhan adalah bulan
- ketaatan
- perjuangan
- pelipatan pahala
- pengampunan
- Lailatul Qadar
Seperti firman Allah dalam surat Asy Syura:  20.
مَنْ كَا نَ يُرِيْدُ حَرْثَ الْاٰخِرَةِ نَزِدْ لَهٗ فِيْ حَرْثِهٖ ۚ وَمَنْ كَا نَ يُرِيْدُ حَرْثَ الدُّنْيَا نُؤْتِهٖ مِنْهَا وَمَا لَهٗ فِى الْاٰخِرَةِ مِنْ نَّصِيْبٍ
"Barang siapa menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambahkan keuntungan itu baginya, dan barang siapa menghendaki keuntungan di dunia Kami berikan kepadanya sebagian darinya (keuntungan dunia), tetapi dia tidak akan mendapat bagian di akhirat."
2. Ramadhan adalah hadiah dari Allah, bukan beban apalagi penyiksaan. Karena umat Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam adalah
- pemimpin dunia
- yang pertama masuk surga.
3. Meningkatkan ketaatan dan kemaksiatan atau perbuatan sia-sia dikurangi.



Dengan memiliki persepsi yang benar, semoga ibadah Ramadhan kita bisa sebaik para sahabat dan tabi'in. Aamiin ya rabbal'aalamiin.

Tuesday, March 24, 2020

Persiapan Ramadhan 2



Bismillaah


Poin kedua adalah tentang proses saat menjalani Ramadhan. Poin pertama bisa dibaca di sini. Bagaimana para sahabat dan tabi'in menjalani ibadah Ramadhan mereka?


1. Utsman bin Affan
     Dalam satu rakaat tarawih, beliau bisa
      mengkhatamkan Al-Qur'an. MasyaAllah.
      Berarti dalam semalam, beliau bisa
      khatam berkali-kali. Sedangkan kita?
      Belum tentu dalam sebulan bisa kha-
      tam. Astaghfirullah.
2. Said Al Musayyib (menantu Abu Hurai-
     rah)
     - tidak pernah meninggalkan salat jama-
        ah selama 40 tahun dan sudah berada
        di masjid sebelum adzan berkuman-
        dang
     - menggunakan wudu salat Isya sekali-
        gus untuk salat Subuh selama 50 tahun
3. Imam Syafi'i
     Khatam Al Qur'an sebanyak 60 kali sela-
     ma bulan Ramadhan
4. Abu Hurairah
     Khatam Al Qur'an setiap 3 hari sekali
5. Abu Darda
     Bisa mengkhatamkan Al-Qur'an dalam
     - 10 hari pertama Ramadhan setiap 3
         hari sekali
     - 10 hari kedua Ramadhan setiap 2 hari
         sekali
     - 10 hari terakhir Ramadhan setiap seha-
         ri sekali.

MasyaAllah, sungguh luar biasa semangat mereka dalam beribadah di bulan Ramadhan. Sepertinya, tak ada satu menit, bahkan satu detik pun yang terlewat, kecuali diisi dengan beribadah kepada Allah. Mereka benar-benar mengkhususkan Ramadhan hanya untuk Allah, dunia serasa tak penting lagi, tak diperlukan lagi. Ya Allah, semoga kami bisa seperti mereka, menghabiskan bulan Ramadhan hanya untuk bermunajat kepada-Mu, aamiin ya rabbal'aalamiin.

Sunday, March 22, 2020

Google Form



Bismillaah


Belajar jarak jauh atau yang sering disebut juga kelas online,   atau yang sekarang dikenal dengan BDR (Belajar dari Rumah) yang bahasa Inggris-nya LFH (Learning from Home), ternyata lebih menyita waktu, tenaga, pikiran, dan juga biaya. 

Namun, di balik itu semua, banyak hikmah yang bisa saya petik. Di antaranya, saya jadi lebih banyak belajar. Kalau kemarin saat pertama launching kelas online, saya belajar bagaimana menggunakan google classroom. Baru saja saya belajar bagaimana membuat soal menggunakan google form.


Ternyata membuat soal dengan google form lumayan melelahkan dan sulit karena ketidaktahuan saya. Waktu di sekolah memang diberi tahu cara-caranya, tapi ternyata kurang lengkap. 

Setelah selesai membuat soal, sengaja saya kerjakan sendiri soal tersebut untuk mengetahui apakah hasilnya sudah benar. Dan, benar saja, skor saya 0 (nol). Padahal, kunci jawaban juga saya yang buat. Saya pikir, saya salah memasukkan kunci jawaban. 

Saat pertama input, saya memasukkan kunci jawaban berupa kalimat, persis seperti yang ada dalam soal. Ternyata salah. Lalu saya coba ganti dengan huruf pilihan, ABCD. Salah juga. Lalu, bertanyalah saya kepada rekan guru yang pertama kali mengajari cara membuat soal dengan google form ini. Ternyata jawabannya tidak memuaskan, malah membingungkan karena mungkin saya juga bertanyanya tidak jelas.


Setelah lelah dan pusing, akhirnya saya searching cara membuat soal dengan google form. Alhamdulillaah, setelah menonton tutorialnya, akhirnya terungkaplah kesalahan saya. Ketika memasukkan kunci jawaban, seharusnya tinggal diklik jawaban yang benarnya. Lha, saya malah memasukkan jawaban di kolom  "feedback". Jelas saja, salah. Alhamdulillaah akhirnya selesai juga membuat 45 soal. 

Dan, alhamdulillaah saya jadi tahu bagaimana membuat soal dengan google form. Selama ini sudah sering mengisi tapi tidak tahu dan tidak mau tahu caranya. Sekarang, karena terpaksa, jadi bisa. Alhamdulillaah, wa syukurillah. Tapi saya lupa belum berterima kasih kepada orang yang telah memberikan tutorial di YouTube. Semoga Allah membalas kebaikannya dengan berlipat ganda, aamiin ya rabbal'aalamiin.

Tuesday, March 17, 2020

Kelas Online

Bismillaah

Hari ini adalah hari pertama kelas online mulai aktif. Kehebohannya tak hanya di sekolah, namun juga di rumah-rumah. Di sekolah, bapak dan ibu guru, termasuk saya, riweuh mempersiapkan materi, meng-upload, dan juga menyimak hafalan siswa yang direkam, serta mengoreksi jawaban mereka. Menyimak rekaman, tentu sensasinya berbeda dengan menyimak secara langsung atau talaqqi. Apalagi bila menyimaknya di ruangan yang banyak orang dan tidak hanya satu orang yang memperdengarkan rekaman. Rasanya seperti naik rollercoaster, deg-degan, semrawut, de-el-el. Belum lagi ditambah mengoreksi tulisan tangan yang difoto, kecil, di laptop atau hp. Butuh kaca mata dobel, rasanya. Pedih, matanya.


Di rumah, ibu-ibu beradu argumentasi dengan anak-anaknya agar segera mengerjakan tugas dari gurunya. Belum lagi harus memberikan penjelasan layaknya seorang guru. Ibu yang selama ini cuma tahu beres bahwa anaknya sudah diajari guru di sekolah, sekarang harus turun tangan. Terbayanglah riweuh-nya. Dan, percaya atau tidak, anak lebih mudah mengikuti apa kata guru daripada kata ibunya. Itulah yang saya alami. Di sekolah, anak-anak orang sangat mematuhi kata-kata saya. Tetapi di rumah, kata-kata saya tidak terlalu didengarkan oleh anak-anak saya sendiri. Mereka baru percaya dengan apa yang saya katakan bila hal itu sudah disetujui oleh gurunya.

Seperti ketika anak saya mendapatkan tugas melukis tentang keragaman bangsa Indonesia. Ketika dia bingung mau melukis apa, saya menyarankan agar melukis rumah adat saja. Dia bertanya, melukisnya satu rumah atau berapa. Saya jelaskan bahwa yang namanya keragaman, pasti ada lebih dari satu. Eh, dia tak percaya, dan meminta saya untuk bertanya kepada gurunya melalui wa. Setelah gurunya menjelaskan sama seperti yang saya katakan, barulah dia percaya. Guru lebih dipercaya daripada orang tua. Hadeuh.

Monday, March 16, 2020

Google Classroom



Bismillaah


Hari ini, kami mulai memberikan tugas kepada siswa melalui Google Classroom. Proses pembelajaran menggunakan aplikasi ini memang agak ribet. Ada beberapa guru yang mengalami kendala dalam akses internet, ada juga yang pusing dengan sistem baru ini karena memang membutuhkan konsentrasi tinggi. Termasuk saya sendiri. 


Mempelajari cara pengoperasian aplikasi ini saja butuh fokus yang sangat tinggi, ditambah lagi dengan pertanyaan para siswa dan orang tua siswa yang masih belum terbiasa dengan sistem ini, membuat kepala semakin nyut-nyutan. Namun, alhamdulillaah, semua bisa dilalui dengan pelan-pelan. Lama-kelamaan nanti akan terbiasa. Alah bisa karena biasa.


Tugas pertama hari ini adalah murojaah beberapa surat juz 30. Alhamdulillaah respon siswa dan orang tua sangat menggembirakan. Ternyata mereka pun bersemangat dalam mengikuti kelas jarak jauh ini. Tak berapa lama setelah tugas di-posting, setoran hafalan melalui audio mulai menghiasi ruang perpustakaan yang menjadi basecamp kami. 

MasyaAllah, rasanya bahagia sekaligus sedih. Bahagia mendengarkan lantunan ayat-ayat suci dari mulut para siswa. Sedih, karena rindu bercengkerama dan bercanda dengan mereka. Baru hari Sabtu kemarin kami bertemu, hari ini rindu telah menyerang. Tak terbayangkan bila dua pekan tak bertemu mereka. Meski saya sadar, ini adalah latihan, karena nantinya pun mereka akan meninggalkan saya dan sekolah tercinta ini untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi.


Kembali ke Google Classroom. Di aplikasi ini, kita mengajar per kelas, seperti kelas yang sesungguhnya saat offline. Ada 4 kelas yang saya ajari di kelas 6 ini. Di dalam tiap kelas ada judul topik yang merupakan nama pelajaran. Di sini juga dibedakan antara guru dan siswa. Perannya seperti di kelas, guru memberikan bahan ajar dan tugas, siswa mengerjakan dan mengumpulkan tugasnya. 


Ternyata mengajar online itu asyik juga. Banyak ilmu baru yang saya dapatkan. Dan, tentu saja semangat baru untuk menjadi lebih baik, menjadi guru milenial. Semoga Allah memberikan kemudahan kepada kita semua, para guru, untuk mendidik dan mencerdaskan generasi milenial demi Indonesia yang lebih baik. Aamiin ya rabbal'aalamiin.

Sunday, March 15, 2020

Rapat Dadakan

Bismillaah


Hari ini, hari Ahad, kami guru-guru masuk kerja karena ada rapat mendadak. Rapat ini berkaitan dengan instruksi dari pemerintah Kabupaten Bekasi yang meliburkan siswa TK-SMA mulai tanggal 16 hingga 31 Maret 2020. Hal ini dilakukan berkenaan dengan menyebarnya wabah virus Corona.


Guru-guru dikumpulkan di hari Ahad, yang seharusnya libur bersama keluarga, untuk mempersiapkan kelas online yang akan dilaksanakan selama siswa belajar di rumah. Sungguh Mahabesar Allah, karena dibalik semua peristiwa pasti ada hikmahnya. Seperti Corona yang telah meresahkan seluruh manusia di dunia ini, ternyata memiliki sisi positif juga. Itulah yang saya rasakan.


Dengan diliburkannya siswa dan diadakannya kelas online, saya jadi belajar bagaimana mengajar secara online. Sesuatu yang belum pernah saya lakukan sebagai guru. Kalau menjadi siswa yang belajar secara online, sudah sering saya lakukan. Tetapi kalau mengajar, baru kali ini akan saya lakukan. Dan, ternyata memang sesuatu yang baru, awalnya selalu terlihat tidak mudah. Tapi dengan bismillaah, semoga Allah memberikan kemudahan, demi tetap menjaga para siswa agar bisa belajar meski tidak sekolah. Demi tetap melakukan ikhtiar untuk mencerdaskan anak bangsa. Aamiin ya rabbal'aalamiin.

Friday, March 13, 2020

Persiapan Ramadhan 1



Bismillaah


Tausiyah ini saya dapatkan saat acara Tarhib Ramadhan di Masjid Al Mujahidin, Jababeka 1, yang disampaikan oleh Ustadz Hizbullah Undu, Lc., Al Hafidz.
Biasanya, ketika menjelang Ramadhan, materi yang disampaikan adalah tentang persiapan yang perlu dilakukan dalam menghadapi bulan mulia ini. Namun, apa yang disampaikan oleh Ustadz Hizbullah Undu berbeda dari yang biasanya. Kali ini beliau menyampaikan tausiyah dengan kisah-kisah para sahabat berkaitan dengan kesuksesan mereka karena telah mengisi bulan Ramadhan dengan amal ibadah yang luar biasa.


Ada 4 poin yang beliau sampaikan.
A. Hasil Ramadhan dari Kalangan Salafush Shalih:
1. Abu Bakar Ash Shiddiq
     - setiap membaca Al Qur'an selalu me-
        nangis
     - tidak pernah menahan tangannya
        ketika diperintahkan untuk berinfaq;
        bahkan saat Perang Tabuk
        menginfakkan seluruh hartanya
2. Umar bin Khattab
     - ketika mendengarkan ayat yang
        berkenaan dengan surga dan neraka,
        beliau menangis
     - ketika mendengar ayat
لِيَوْمٍ عَظِيْمٍ ۙ 
     
       "pada suatu hari yang besar,"
       (QS. Al-Muthaffifiin: 5)
       
        beliau tersungkur dan jatuh sakit
        selama berhari-hari (40 hari)
3. Utsman bin Affan
     - membeli sumur dan menginfakkannya
        kepada kaum muslimin
     - menginfakkan kafilah dagangnya
     - tidak bisa miskin ( MasyaAllah)
     - malaikat malu kepadanya karena beliau
        tidak pernah melihat auratnya sendiri
4. Abdullah bin Mubarak (tabi'in)
     Ayahnya seorang penjaga kebun apel
     yang tidak pernah mencicipi buahnya.


MasyaAllah, itulah hasil kawah candradimuka yang bernama Ramadhan. Muslim yang mengisi Ramadhan dengan ibadah yang benar dan sungguh-sungguh, akan memiliki kepribadian yang sangat luar biasa. Hatinya dipenuhi dengan cinta hanya kepada Allah, seperti tidak memerlukan dunia, akhlaknya pun sangat luar biasa.

Thursday, March 12, 2020

Kurma Pahit


                            Sumber: Shopee

Bismillaah


Suatu hari, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam duduk bersama para sahabat beliau. Di sana ada Abu Bakar Ash Shidiq, Umar bin Khattab, dan lain-lain. Saat itulah datang seorang Arab Badui membawa setangkai kurma dan memberikannya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sebagai hadiah. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menerimanya dan berterima kasih atas hadiah tersebut.


Setelah memberikan kurma tersebut, orang tersebut tidak langsung pergi namun diam seperti menunggu sesuatu. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pun bertanya kepadanya, mengapa ia diam saja. Ia pun menjawab bahwa ia ingin melihat Rasulullah shalallahu alaihi wasallam memakan kurma tersebut. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pun memakannya satu demi satu hingga habislah satu tangkai itu, tanpa membaginya kepada para sahabat. Sang Badui pun tersenyum puas dan berpamitan.


Para sahabat bertanya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mengapa hari ini beliau bersikap tidak seperti biasanya. Biasanya, bila Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mendapatkan hadiah makanan, beliau pasti berbagi dengan para sahabatnya, bahkan bila ada yang tidak hadir pun akan dititipkan kepada yang hadir. Namun hari itu beliau makan sendiri satu tangkai kurma tanpa menawari para sahabat. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pun menjawab bahwa seandainya beliau membagi kurma itu kepada para sahabat, beliau khawatir mereka tidak bisa menahan lidahnya untuk berkomentar karena kurma yang baru saja beliau makan rasanya pahit. MasyaAllah. Begitu mulia hatimu ya Rasulullah ....


Kisah ini memang belum saya ketahui perawinya. Mudah-mudahan suatu saat nanti saya akan mengetahuinya, dan mudah-mudahan kisah ini shahih. Meski demikian, ada beberapa ibrah yang bisa kita ambil dari kisah tersebut, di antaranya:
1. Terima pemberian orang dengan senang hati;
2. "Kepahitan"  yang kita alami, tidak perlu dibagi kepada orang lain. Biarlah kita saja yang merasakannya, selama bukan aqidah atau umat yang tersakiti;
3. Orang yang melakukan keburukan terhadap pribadi kita, bisa jadi dia tidak paham dengan apa yang ia lakukan, jadi sabar saja.


Menurut Ustadz Adi Hidayat, surga itu dekat dengan ujian. Sedangkan ujian, berkaitan dengan

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ 

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya ...."
(QS. Al-Baqarah: Ayat 286)

yang berujung pada kesabaran.
Berarti, surga itu hanya bisa diraih dengan sabar.

Wednesday, March 11, 2020

Berpisah

Bismillaah


Membayangkannya  saja tlah
Menggerimiskan hati
Menyesakkan dada
Tak terasa mengalir tetesan
Dari mata lemah ini

Kucoba kuatkan
Ini yang terbaik
Ini yang sempurna
Tuk melepasmu
Menggapai asa dan mimpimu

Tetap saja
Perih menggayut angan
Sanggupkah diri


Pedih pasti kan hadir
Sendu niscaya kan menggantung
Di langit hatiku


Izinkan kumenangis
Untuk sesuatu yang telah kudamba
Namun juga menyakitkan ini
Kucoba kan tegar
Berdiri di sini
Berdoa di sini
Untukmu


Perpisahan ini
Membasahi luka yang tak kunjung mengering
Perpisahan ini
Memang memerihkan kalbu

Namun
Demi masa yang gemilang
Demi kebaikan lebih banyak
Kucoba tegak
Meski payah kumencoba



Tuesday, March 10, 2020

Hiburan

Bismillaah


Salah satu kebutuhan manusia adalah mendapatkan hiburan. Bagi sebagian orang, hiburan mungkin sudah menjadi bagian dari kebutuhan pokok. Bila suatu saat tidak mendapatkannya, ia akan merasa ada yang kurang, bahkan merasa menderita.


Saat ini, banyak sekali jenis hiburan yang bisa kita dapatkan dengan mudah karena kecanggihan teknologi. Dulu, bila ingin mendapatkan hiburan, orang harus berjalan mendekati tempat hiburan tersebut. Entah itu tempat pagelaran wayang kulit, layar tancap, bioskop, panggung konser musik, atau yang lainnya. Namun sekarang, semua itu ada di genggaman. Ya, gawai atau telepon pintar telah menyediakan begitu banyak hiburan yang mudah dan murah, tanpa harus capai dan mengeluarkan uang banyak.



Tetapi kemudahan teknologi selalu diiringi dengan efek samping yang mengikutinya. Begitu pun dengan gawai atau gadget ini. Kecanggihannya telah melenakan para penggunanya, bahkan merusaknya. Tidak mengenal tua atau muda, besar atau kecil, semua telah teracuni dengan teknologi modern yang satu ini.


Salah satu dampak negatifnya yang sedang marak saat ini adalah begitu banyaknya anak-anak, remaja, dan orang dewasa yang kecanduan game online. Sudah banyak pula korban yang berjatuhan akibat game online ini. Dari yang sekadar mengalami kelainan pertumbuhan, sampai yang meninggal dunia. Astaghfirullah.



Tak hanya itu. Kecanggihan gadget membuat penggunanya untuk mengakses tontonan apa pun yang ia mau. Akibatnya, setiap orang bisa menonton apa saja tanpa adanya sensor seperti di tivi atau bioskop. Hal ini sangat berbahaya. Apalagi untuk anak-anak dan remaja yang proses berpikirnya belum matang dan sempurna. Sehingga apa yang ia tonton sangat melekat dalam pikiran mereka dan mereka sangat menunggu kesempatan untuk bisa mempraktikkan apa yang mereka tonton.


Itulah yang telah terjadi hari ini dan hari-hari yang telah lalu. Anak-anak dan remaja korban tayangan film yang tidak bertanggung jawab. Akhirnya mereka melakukan apa yang ia lihat di film. Menyiksa dan membunuh tanpa ada rasa takut apalagi penyesalan. Mereka justru merasa puas. Na'udzubillahi min dzalik.
Ya Allah, selamatkanlah generasi Islam dari segala marabahaya dan juga godaan setan yang terkutuk. Aamiin ya rabbal'aalamiin.

Friday, March 6, 2020

Merindumu

                          Dok. Ustadz Salim A. Fillah       
Bismillaah
Jarakmu yang tak kuasa kuraih
Makin menggunungkan gelegak rinduku
Kokohmu dalam selimut hitam
Makin sesakkan kidung cinta di dadaku
Akankah kita bersua

Kini
Antara harap dan cemas
Kunanti tibanya
Bila kusampai di hadapmu
Bila kutatap kharismamu
Bila kucium Hajar Aswad-mu
Karena ittiba pada manusia suci
Telah sampai kabar itu
Kini kau sedang ingin sendiri
Bukan tak ingin kau menyambut kami
Bukan tak ingin kau menjamu mereka
Namun
Ada kalanya
Kau pun butuh kesendirian
Agar paripurna sambutanmu
Agar sempurna jamuanmu
Bagi mereka
Para tamu Allah
Ka'bah Al Mukarromah
Sungguh rindu ini
Telah sampai puncaknya
Namun sabar dan doa
Yang bisa kurajut
Moga Allah izinkan aku
Mengunjungimu
Beribadah kepada Allah
Napak tilas langkah Nabi Ibrahim
Juga Rasulullah shalallahu alaihi wasallam
Aamiin ya rabbal'aalamiin

Thursday, March 5, 2020

Tantangan

Bismillaah



Selain ikut program KLIP 2020, saya saat ini juga tergabung di komunitas ODOP (One Day One Post). Di sini juga terdapat beberapa program yang ditawarkan kepada anggotanya. Setiap orang bebas memilih program apa yang akan diikuti. Saya memilih bergabung di OTM (ODOP Tembus Media). Di sini kami diajari bagaimana cara mengirim naskah ke media. Di sini pula kami diberi tantangan untuk mengirim naskah ke media yang menyediakan honor bagi tulisan yang dimuat.

Tantangan bulan ini adalah mengirim puisi. Bagi saya, menulis puisi itu sama susahnya dengan menulis cerpen. Kalau puisi untuk dinikmati sendiri, saya sudah sering membuat, dan mudah sekali. Puisi yang dibuat untuk diri sendiri itu mudah sekali karena tinggal mengikuti perasaan kita. Tapi tidak, untuk puisi yang dikirim ke media. Lebih nyastra, lebih rumit diksinya, lebih berkerut kening saya saat membacanya, apalagi saat membuatnya.



Bisa nggak ya, saya membuat puisi yang nyastra? Tapi, namanya belajar ya, harus berusaha, kan ya? Kalau nggak dicoba, kita tak akan pernah tahu, apakah kita mampu atau tidak. Kalau pun setelah berusaha ternyata hasilnya masih jauh dari bagus ya, nikmati saja sebagai proses menuju keberhasilan. Tak ada kesuksesan tanpa perjuangan, kan?
Semangat mencoba!!!

Wednesday, March 4, 2020

Corona



Bismillaah
Cantik namanya, namun tak secantik dampaknya bagi manusia dan kehidupan. Ya, karena ia telah meresahkan dan menggelisahkan milyaran makhluk bumi. Karena ia virus yang telah menyebabkan jutaan nyawa melayang, atas kehendak Allah, tentunya.

Tak dinyana, virus itu begitu dahsyat dan sukses membuat kita semua ketakutan dan panik. Memborong masker harga puluhan ribu menjadi ratusan ribu, memborong dan menimbun bahan makanan khawatir akan adanya isolasi wilayah. Sungguh manusia sering berada dalam ketergesa-gesaan.

Segala sesuatu di bumi ini terjadi atas perintah dan kehendak Allah. Bahkan daun kering yang gugur dari tangkainya pun atas kehendak Allah. Maka, bila ada sesuatu yang meresahkan dan menakutkan, sesungguhnya hanya kepada Allah kita berhak menyandarkan dan memasrahkan diri. Namun bukan pasrah tanpa ikhtiar. Melainkan tawakal yang diawali dengan usaha dan doa. Usaha kita lakukan dengan menjaga kebersihan dan kesehatan diri. Mengonsumsi makanan yang higienis dan bergizi, kalau perlu ditambah dengan multivitamin atau herbal yang disunnahkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam, yaitu habbatussauda, kurma, dan madu. Atau seperti yang disarankan oleh beberapa pakar herbal, yaitu mengonsumsi rimpang seperti kunyit dan jahe. Selain itu, ikhtiar kita lakukan juga dengan menghindari tempat-tempat umum.

Semua itu masih belum cukup. Sebagai muslim, senjata kita adalah doa. Sehebat apa pun ikhtiar, harus dibarengi dengan doa. Manusia hanya bisa berusaha, Allah jua yang memiliki kekuasaan. Maka, mari kita berdoa. Sudah banyak doa yang diajarkan oleh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam dalam menghindari dan mencegah berbagai marabahaya, termasuk wabah penyakit. Doa-doa ini biasa kita baca pagi dan sore karena terdapat Al Ma'tsurat.








Monday, March 2, 2020

Maut



Bismillaah
Hari ini, kembali kabar duka datang. Suami seorang teman telah meninggal dunia. Innalillahi wa innailaihi rooji'uun. Sesungguhnya kita adalah milik Allah dan sesungguhnya kita akan kembali kepada-Nya.

Ketika melihat seorang teman yang kehilangan suaminya, terbersit dalam hati, andai itu terjadi padaku, kuatkah aku? Sementara melihat beliau yang begitu tegar melepas kepergian belahan jiwanya, sendu hatiku.

Kematian adalah sebuah keniscayaan. Semua orang akan mengalaminya. Sudah siapkah aku? Sudah cukupkah bekalku?
Astaghfirullah. Sedangkan diri begitu banyak berlumur dosa. Begitu banyak waktu tersiakan. Begitu minim ibadah kujalani. Astaghfirullah. Astaghfirullah. Astaghfirullah.

Sunday, March 1, 2020

KLIP 2020



Bismillaah
KLIP (Kelas Literasi Ibu Profesional) adalah ajang latihan menulis secara mandiri. Di sini kita dituntut untuk menulis setiap hari, namun tidak ada batasan berapa panjang tulisan. Yang penting nulis.
Saya mulai bergabung pada bulan Januari pekan terakhir. Agak terlambat, sehingga saya tidak bisa memenuhi tantangan yang diberikan. Dalam KLIP ini ada 3 macam reward. Reward diberikan kepada mereka yang telah menulis 10, 20, atau 30 tulisan setiap bulannya. Nah, karena terlambat, jadi saya hanya menulis 7 tulisan.
Alhamdulillaah di bulan Februari ini saya bisa menjawab tantangan itu, meskipun hanya di level 2 (20 tulisan). Bulan ini saya berhasil membuat 26 tulisan. Padahal untuk mencapai level 1, hanya perlu 1 tulisan lagi. Tapi ya, belum rezeki, jadinya gagal mencapai level 1. Di bulan Februari kemarin, tiga hari tidak menulis karena lupa (2x), dan sudah terserang kantuk berat. Sungguh sangat disayangkan ya ^_^.
Oya, reward diberikan dalam bentuk badge. Untuk 10 tulisan mendapatkan badge "You're Good", 20 tulisan "You're Excellent", dan 30 tulisan "You're Outstanding". Semoga bulan Maret ini saya bisa mendapatkan "You're Outstanding". Aamiin ya rabbal'aalamiin.
Semangat!!!