Thursday, March 12, 2020

Kurma Pahit


                            Sumber: Shopee

Bismillaah


Suatu hari, Rasulullah shalallahu alaihi wasallam duduk bersama para sahabat beliau. Di sana ada Abu Bakar Ash Shidiq, Umar bin Khattab, dan lain-lain. Saat itulah datang seorang Arab Badui membawa setangkai kurma dan memberikannya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam sebagai hadiah. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam menerimanya dan berterima kasih atas hadiah tersebut.


Setelah memberikan kurma tersebut, orang tersebut tidak langsung pergi namun diam seperti menunggu sesuatu. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pun bertanya kepadanya, mengapa ia diam saja. Ia pun menjawab bahwa ia ingin melihat Rasulullah shalallahu alaihi wasallam memakan kurma tersebut. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pun memakannya satu demi satu hingga habislah satu tangkai itu, tanpa membaginya kepada para sahabat. Sang Badui pun tersenyum puas dan berpamitan.


Para sahabat bertanya kepada Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mengapa hari ini beliau bersikap tidak seperti biasanya. Biasanya, bila Rasulullah shalallahu alaihi wasallam mendapatkan hadiah makanan, beliau pasti berbagi dengan para sahabatnya, bahkan bila ada yang tidak hadir pun akan dititipkan kepada yang hadir. Namun hari itu beliau makan sendiri satu tangkai kurma tanpa menawari para sahabat. Rasulullah shalallahu alaihi wasallam pun menjawab bahwa seandainya beliau membagi kurma itu kepada para sahabat, beliau khawatir mereka tidak bisa menahan lidahnya untuk berkomentar karena kurma yang baru saja beliau makan rasanya pahit. MasyaAllah. Begitu mulia hatimu ya Rasulullah ....


Kisah ini memang belum saya ketahui perawinya. Mudah-mudahan suatu saat nanti saya akan mengetahuinya, dan mudah-mudahan kisah ini shahih. Meski demikian, ada beberapa ibrah yang bisa kita ambil dari kisah tersebut, di antaranya:
1. Terima pemberian orang dengan senang hati;
2. "Kepahitan"  yang kita alami, tidak perlu dibagi kepada orang lain. Biarlah kita saja yang merasakannya, selama bukan aqidah atau umat yang tersakiti;
3. Orang yang melakukan keburukan terhadap pribadi kita, bisa jadi dia tidak paham dengan apa yang ia lakukan, jadi sabar saja.


Menurut Ustadz Adi Hidayat, surga itu dekat dengan ujian. Sedangkan ujian, berkaitan dengan

لَا يُكَلِّفُ اللّٰهُ نَفْسًا اِلَّا وُسْعَهَا ۗ 

"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya ...."
(QS. Al-Baqarah: Ayat 286)

yang berujung pada kesabaran.
Berarti, surga itu hanya bisa diraih dengan sabar.

No comments: