Wednesday, March 9, 2016

Dapur Ceria

Bismillaah
Hari libur adalah hari yang selalu dinanti keluargaku. Sehari sebelumnya, si bungsu pasti sudah berceloteh, "Mi, besok libur, ya?"
"Iya, Dek," jawabku.
"Libur semua, Mi?" tanyanya lagi.
"Iya," jawabku pendek.
"Asyik ... Berarti besok jalan-jalan ya, Mi?"
"Insyaallah."
Begitulah setiap hari libur menjelang. Dan itu pula yang terjadi hari ini. Bedanya, kami mulai pagi ini dengan sholat kusuf berjamaah di masjid. Sedangkan pada hari libur biasanya, begitu mentari mulai menampakkan diri, kami langsung jalan pagi. Rute yang biasa kami lewati adalah persawahan di sebelah selatan perkampungan. Setelah itu masuk ke daerah perumahan di belakang rumah, mampir di warung sayuran dan penjual kue, baru kembali ke rumah.
Jalan sehat sekaligus belanja sayur dan kue kesukaan anak-anak.
Pagi ini kami tidak melewati persawahan karena harus sholat di masjid. Jadi, potong kompas saja. Dari masjid langsung beli sayur dan pulang.
Sampai di rumah, aku dan anak-anak istirahat sebentar sambil menikmati jajanan tradisional yang kami beli. Setelah itu menuju dapur mungil kami. Di dapur yang mempunyai pintu di ketiga sisinya ini, kami memulai aktivitas memasak.
"Aku yang ngupasin wortel ya, Mi?" kata jagoanku sambil duduk di lantai depan kulkas yang berdiri angkuh di dekat pintu sebelah kiri.
"Aku yang motongin jagung," sahut si bungsu tak mau kalah sambil duduk membelakangi dispenser dan magic jar yang berjajar di sisi kanan dapur, antara pintu masuk ruang tengah dan pintu sebelah kanan dapur.
Begitulah suasana memasak di hari libur. Penuh dengan celotehan dan gurauan, sahut-menyahut. Sambil mengupas, memotong, kami bercanda dan kadang-kadang adu mulut berebutan sayuran. Meriah! Memasak menjadi aktivitas yang menyenangkan. Anak-anak bisa belajar sambil bermain. Setelah selesai, kini saatnya mencuci dan memotong kecil-kecil. Tanpa dikomando, mereka akan mengajukan diri sebagai sukarelawan.
"Aku yang nyuci," kembali suara si bungsu mendahului yang lain. Lihat saja, dia sudah berdiri di atas kursi kayu di depan wastafel yang mojok di sudut kanan dapur. Tangannya sibuk mencuci sayur-mayur. Air kran yang mengalir deras membasahi bajunya. Di sampingnya, Azmi sudah siap memotong sayuran yang telah dicuci. Di depan Azmi, rak piring kecil siap menampung cucian piring dan gelas untuk ditiriskan. Aku berdiri di samping Azmi, menghadap rak kecil lainnya tempat gula, teh, garam, dan kawan-kawan, sambil meracik bumbu sop. Di sebelah kiri rak gula, lebih rendah 20 cm, kompor gas mungil kami sudah siap melaksanakan tugas. Kompor itu berada di pojok sebelah kiri berdekatan dengan jendela yang tak pernah dibuka lagi.
Kumasukkan sayur-mayur hasil kerja anak-anak bersama bumbunya. Setelah matang, kini saatnya menyantap hasil masakan rame-rame. Rasanya mungkin tak seenak masakan restoran, tapi karena anak-anak yang mengerjakan sendiri, mereka merasa puas dan lahap menikmatinya. Alhamdulillah ... Sebuah nikmat yang tiada taranya.
#OneDayOnePost
#MenulisSetiapHari

6 comments:

Sabrina Lasama said...

Wahhh..jadi ga sabar menunggu anakku besar biar ada yg bikin rusuh dapur juga...hihi. Asik sekali pasti..

Rifa said...

Hahaa..setuju mba, di rumah, dapur itu emang salah satu tempat yg paling seru

Helen Widaya said...

Masak rame2..serunya..:)

Rofikoh As-singkily said...

Wahh punya malaikat kecil.
*Eh

Unknown said...

Mbak Sabrina, ngapain nunggu gede, Mbak. Sekarang juga malah bisa lebih heboh loh.. Ahmad kan lagi aktif-aktifnya kan? Alif juga kalau setiap saya ajak ke Dapur selalu 'bantuin' kok. Capenya double bangeeet. Hehehe. Semua perabotan dapur menyatuuuuu.

Mbak Nindyah... Seru yaa setiap weekend jadi rame di rumah..

Nindyah Widyastuti said...

Betul mba Ella, saat yang dinanti-nanti.