Sabtu, 20 Maret 2016 pukul 07.30, seluruh siswa peserta outbond siap bersenang-senang di area outbond D'Warrior Jababeka. Dengan seragam kaos abu-abu dan wajah ceria, mereka sangat antusias dan semangat mengikuti instruksi dari kakak-kakak pembimbing.
Pukul 08.30 kegiatan dimulai dengan briefing dan doa memohon kepada Allah agar acara berjalan dengan lancar dan tidak turun hujan. Setelah itu peserta dibagi menjadi beberapa pleton dengan kegiatan yang berbeda-beda untuk menghindari penumpukan dalam setiap pos. Pleton saya mulai bergerak ke pos 4 dibimbing oleh Kak Apgan. Tidak pakai f, tapi p. Kak Apgan ini sangat komunikatif dengan anak-anak dan humoris. Pandai menyemangati anak-anak yang kelihatan mulai loyo dan kesal dengan temannya yang dianggap tidak bisa diajak kerja sama.
Di pos 4 ini, kegiatannya berjudul 'Transfer Karet'. Seperti apa, ya? (maaf saya tidak bisa upload foto-fotonya, karena pakai hape jadi susah, deh)
Di permainan ini, masing-masing anak mendapat 1 sedotan. Oh ya, sebelumnya mereka berbaris sesuai kelompoknya. Ada 4 kelompok, jadi ada 4 baris yang siap berkompetisi. Kita sebut saja kelompok A, B, C, dan D. Setelah itu, siswa yang paling depan mendapat 5 buah karet gelang. (Itu, lho, karet yang untuk mengikat plastik atau sayuran, atau rambut, kadang-kadang)
Karet itu harus ditransfer satu per satu ke teman di belakangnya, terus-menerus sampai ke teman yang paling belakang. Kelompok yang paling cepat selesai, itulah pemenangnya. Di pos ini yang menjadi pemenang kelompok C. Horee! Itu kelompok saya. Good job guys.
Pos berikutnya, pos 5, masih transfer-transfer juga, tapi bukan transfer uang. Coba kalau transfer uang, hmmm...
Sekarang transfer tali berbentuk lingkaran yang bisa masuk ke tubuh orang dewasa. Pertama, para peserta diminta untuk bergandeng tangan, kemudian orang yang paling atas mentransfer tali ke teman berikutnya tanpa melepaskan pegangan tangannya. Terus-menerus sampai ke peserta yang berada paling bawah. Mengapa ada yang di atas dan di bawah? Karena medan permainannya memang miring, jadi barisannya dari atas ke bawah. Setelah sampai kepada teman yang paling bawah, maka peserta ini harus mengembalikan tali kepada teman yang berada paling atas tadi. Ini diulang sampai 6 kali, seperti Rukun Iman, kata Kak Apgan yang selalu memotivasi dengan seruan takbir ini. Allahu Akbar! Kali ini pemenangnya kelompok B! Selamat! Selamat!
Kemudian perjalanan berlanjut ke bukit kecil di bagian belakang area outbond ini. Di sana, pleton dibagi menjadi 2 kegiatan. Kelompok A dan B yang merupakan siswa-siswi kelas 2, bermain transfer air menggunakan papan yang diikat tali di keenam ujungnya. Setiap ujung tali dipegang oleh 1 siswa. Satu orang siswa yang lain meletakkan gelas berisi air di atas papan yang diikat tali tadi. Kemudian dengan mengangkat papan melalui tali-talinya tadi, mereka membawa gelas air itu ke ember kosong yang sudah disediakan. Lalu air di gelas tadi dimasukkan ke dalam ember. Setelah kira-kira 30 menit, permainan diakhiri dengan mengukur ember yang paling banyak isinya. Pemenangnya? Mohon maaf saya tidak melihat hasil pengumuman karena harus mengikuti kegiatan kelompok C dan D yang pesertanya merupakan siswi-siswi kelas 5 dan 6.
Tugas kelompok C dan D adalah menguraikan tangan ruwet. ( Setahu saya, benang ruwet. Ini kok, tangan ruwet?) Mari kita cari tahu cara bermainnya!
Pertama, masing-masing kelompok membuat lingkaran. Kedua, setiap siswi mengulurkan kedua tangannya ke depan, dan meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri. Ketiga, mereka saling bergandengan dengan posisi tangan masih seperti tadi. Tugas mereka adalah membuat posisi tangan mereka tetap bergandengan, tapi posisi tangan dalam keadaan lurus, tidak silang-menyilang. Waah cukup lama juga mereka menemukan caranya. Akhirnya kelompok D yang lebih dulu menemukan rumus penguraian tangan itu.
Menjelang siang, kelompok kelas 5 dan 6 dikumpulkan menjadi satu. Sekarang saat yang paling ditunggu-tunggu. Flying fox. Inilah permainan paling favorit. Mereka rela mengantri dan rela menunda makan siangnya demi flying fox ini. "Seru, Bu! Tapi capai naik ke towernya," kata Najwa.
"Bu, boleh nggak, sekali lagi?" tanya Dila yang tadi sempat macet di atas. Anak ini nggak ada takutnya sama sekali.
"Kamu nggak kapok? Nanti kalau macet lagi, bagaimana?" tanya saya.
"Nggak pa-pa, Bu, malah seru! Boleh, ya, Bu?" rengeknya.
"Maaf, masing-masing hanya 1 kesempatan. Dan, sekarang sudah waktunya sholat dan makan."
"Ya...."
Setelah ishoma (istirahat, sholat, dan makan), tibalah pada permainan terakhir. Tangkap ikan! Ada yang antusias, ada juga yang enggan.
"Bu, saya nggak mau nangkep ikan," kata Rifda.
"Lho, mengapa? Asyik, lho. Main lumpur dapat ikan," kataku berusaha membujuknya.
"Males, Bu. Nanti saya harus cuci baju sendiri. Kan, susah bu nyucinya kalau belepotan lumpur," jawab Rifda keukeuh.
Selain Rifda, ada beberapa siswi yang tidak ikut menangkap ikan. Meski tidak semua turun ke kolam berlumpur, persaingan untuk mendapat ikan tetap seru. Ada yang bisa bawa pulang 2 ekor ikan (lumayan untuk digoreng), ada yang 1, bahkan ada yang hanya bawa lumpur. Yah, namanya juga rejeki, nak. Ada yang beruntung, ada yang tidak. Tapi, yang penting asyik dan seru, ya.
Demikianlah liputan pribadi ini. Bukan liputan siang, apalagi sore. Sekedar menulis apa yang dialami. Yang jelas, banyak pelajaran yang kami peroleh. Tentang kerja sama, kekompakan, kesabaran, juga pantang menyerah. Lelah tapi bermanfaat.
#OneDayOnePost
#MenulisSetiapHari
1 comment:
Ah, tidak ngajak-ngajak nih ....
Post a Comment