Tuesday, January 5, 2021

Online atau Offline?

Bismillahirrahmanirrahim


Hari ini hari pertama kami mulai masuk sekolah. Meski siswa-siswi masih libur, guru-guru sudah masuk untuk persiapan PTM (pembelajaran tatap muka) dan raker (rapat kerja) semester 2. Tidak hanya sekolah kami, hampir semua sekolah di sini, guru-gurunya sudah masuk. Bahkan saat libur semester kemarin pun, banyak sekolah yang mengharuskan gurunya untuk masuk.


Pembelajaran semester 2 insyaaAllah akan dimulai pekan depan, tepatnya pada tanggal 11 Januari 2021. Namun demikian, kejelasan metode pembelajaran yang akan digunakan masih simpang-siur. Pasalnya, keputusan menteri pendidikan yang dirilis pada bulan Desember lalu tentang pelaksanaan PTM mulai Januari ini, ternyata berubah lagi. Baru-baru ini, Mas Menteri mengoreksi keputusan tersebut, terutama untuk siswa SD dan TK/Paud masih menggunakan sistem daring atau PJJ (pembelajaran jarak jauh).


Mengapa demikian? Menurut hemat saya, keputusan itu berubah karena kondisi dan situasi saat ini yang semakin mencemaskan. Penyebaran Covid-19 akhir-akhir ini bukannya menurun malah meningkat tajam. Bahkan sudah mulai menyebar ke desa-desa yang tadinya aman tenteram. Berdasarkan realita itulah, mungkin, keputusan untuk tatap muka jadi dikaji ulang.


Padahal, keputusan yang mengizinkan sekolah untuk melaksanakan PTM kami sambut dengan suka cita. Sebagai guru, kami pun kelelahan dengan model pembelajaran daring ini. Di samping, ada rasa kurang puas saat kami tidak bisa membimbing siswa secara optimal. Maka, PTM menjadi sesuatu yang dinanti-nanti. Namun, apakah penantian ini berujung seperti pungguk merindukan bulan?


Hari ini pula, tim gabungan dari Diknas (Dinas Pendidikan Nasional), Dinkes (Dinas Kesehatan), TNI, Polri, dan Satgas Covid-19 berkunjung ke sekolah. Mereka melakukan pengecekan terhadap kesiapan sekolah untuk mengadakan PTM. Beberapa di antara yang dicek adalah wastafel, ruang kelas, ruang isolasi, dan UKS (Unit Kesehatan Sekolah). Menurut mereka, secara fasilitas, sekolah kami sudah siap untuk melaksanakan PTM. Tetapi, tetap saja keputusan iya-tidaknya menunggu surat izin dari Bupati. Selain itu, pertimbangan kesiapan lingkungan juga menjadi salah satu hal penting yang harus dipertimbangkan.


Mendengar penjelasan itu, kami sempat ragu apakah pembelajaran offline bisa dilaksanakan. Mengingat bahwa lingkungan sekitar sekolah adalah perumahan yang penduduknya sebagian besar adalah karyawan pabrik sehingga banyak di antara mereka yang terpapar Covid-19. Dan, daerah kami pun bukan termasuk zona hijau yang menjadi syarat utama diizinkannya PTM. 


Namun demikian, sebagai guru, kami harus siap dengan segala kemungkinan. Online atau Offline, kami harus tetap menyiapkan materi pembelajaran semenarik mungkin dan seefektif mungkin. Bila nanti PTM dilaksanakan, kami pun sudah menyiapkan skenario terbaiknya. Ternyata, PTM lebih berat daripada PJJ. Karena PTM banyak syarat yang harus diperhatikan dan ada beberapa siswa yang tidak diizinkan oleh orang tuanya. Sehingga, apabila PTM berjalan, guru harus mengajar baik online maupun offline. Tak terbayang roaming-nya. 


Ya, sebagai muslim, Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam telah mencontohkan, apapun keadaannya tetap kita syukuri. Sesuatu yang baik dan menyenangkan kita syukuri, dan bila itu tidak membuat kita nyaman, cukup kita bersabar menghadapinya. Selesai. Jalani saja skenario yang telah Allah pilihkan untuk kita. Meski secara mata kita yang lemah, PTM itu baik, belum tentu begitu menurut Allah. Begitu pun sebaliknya.


Antara online dan offline, semua mengandung dampak baik dan buruk. Online membuat anak kecanduan gadget dan malah tidak bisa mengisi waktu dengan baik. Offline membuat kesehatan kita terancam oleh sesuatu yang kasat mata. 


Laa haula wa laa quwwata illaa billaah.
Hasbunallah wa ni'mal wakil.
Hanya kepada-Mu kami memohon petunjuk dan pertolongan-Mu, ya Rabb.



No comments: