Hari itu, Sabtu, 23 Januari 2021, jadwal kami memberikan materi pengayaan kepada siswa kelas 6. Program yang dinamai BIB (Bimbingan Intensif Belajar) ini dilaksanakan setiap hari Sabtu.
Saat giliran pelajaran bahasa Indonesia, kami menyampaikan materi tentang Ungkapan dan Peribahasa. Karena kegiatan ini dilakukan secara online dan hanya 60 menit, maka saya pun hanya menyiapkan sedikit materi, dengan pertimbangan agar materi tersampaikan semua, anak-anak paham, dan tidak merasa berat mempelajarinya.
Ada sedikit masalah saat itu karena ada guru yang mendadak izin tidak bisa mengajar. Akhirnya, saya pun mengusulkan seorang guru yang menurut saya sudah berpengalaman mengajar kelas 6 karena beliau sering memberikan les tambahan untuk anak-anak kelas 6.
Alhamdulillaah, satu masalah terselesaikan. Guru pengganti pun siap mengajar menggunakan materi yang sudah saya siapkan. Sesi pertama adalah mengajar siswa laki-laki. Alhamdulillaah, semua berjalan dengan lancar.
Ketika sedang berlangsung sesi kedua, yaitu mengajar siswa perempuan, masuklah satu pesan dari orang tua murid. Sambil mengajar, saya bukalah pesan itu. Serta-merta, hati saya menjadi resah dan takut membaca pesan itu. Di sisi lain, saya harus tetap fokus mengajar.
Akhirnya, saya berusaha tenang dan mencoba mencari tahu tentang permasalahan yang beliau sampaikan. Walaupun dalam benak saya, tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana menyikapi hal ini.
Selesai mengajar, saya cerita ke rekan guru yang satu ruangan. Atas saran beliau, saya laporkan masalah ini kepada kepala sekolah. Meminta saran beliau, tindakan apa yang harus saya lakukan.
Kemudian saya dan guru yang bersangkutan dipanggil kepala sekolah untuk menyelesaikan masalah ini. Kami pun membuat broadcast yang meralat contoh yang telah disampaikan saat virtual meeting. Alhamdulillaah, pihak orang tua memaklumi dan mau memaafkan kesalahan yang tidak disengaja ini.
Ya, memang ini tidak sengaja. Rekan guru tersebut hanya spontanitas saja menyampaikan contoh menggunakan dua nama tokoh tersebut. Dan, ternyata ada orang tua yang keberatan karena khawatir anak-anak memiliki persepsi yang tidak baik.
Inilah salah satu risiko yang harus ditanggung guru saat mengajar online. Tidak salah bila kepala sekolah selalu mewanti-wanti guru-guru agar benar-benar menyiapkan pembelajaran karena orang tua ikut memantau. Guru harus benar-benar siap, mampu, dan kreatif dalam mengajar online.
No comments:
Post a Comment