Friday, April 29, 2016

Tiga Kelas, Tiga Karakter

Bismillaah
Lega akhirnya. Ujian praktik selama sepekan berakhir sudah. Meskipun ada beberapa siswa yang belum tuntas ujian tahfidznya. In sya Allah akan diselesaikan sebelum US/M datang.
Tak terasa, US/M sudah di ambang pintu, tinggal dua pekan lagi. Persiapan sudah maksimal, belajar dan berlatih soal. Dari segi ruhiyah, berdoa dan membiasakan sholat Dhuha, diusahakan setiap hari. Untuk puasa Senin-Kamis? Baru satu-dua yang mengamalkan. Ternyata masih berat untuk dilaksanakan, ya?
Untuk sedikit refreshing, meninggalkan sejenak kumpulan soal, pekan ini materi pelajaran bahasa Indonesia tentang membuat drama pendek. Seperti biasa, anak-anak sangat antusias. Apalagi anak putri, suka sekali berakting di depan kelas.
Kali ini anak-anak membuat drama berdasarkan gambar. Di dalam gambar itu ada seorang anak yang berdiri sambil menutup hidung. Tak jauh dari tempatnya berdiri, seonggok sampah yang dihinggapi lalat tampak berserakan.




Dengan gambar yang sama, ternyata dialog yang diciptakan berbeda-beda, tergantung latar belakang kelasnya. Maksudnya?
Di sekolah saya, ada tiga rombongan belajar kelas 6. Pertama, kelas  6 Mush'ab bin Umair yang terdiri dari 26 anak laki-laki. Mereka aktif bergerak dan berbicara, tak pernah kekurangan energi dan kata-kata, selalu memancing guru yang mengajar di kelasnya untuk 'berceramah'.
Kelas kedua, 6 Hafshah binti Umar yang berisikan 18 anak cantik dan aktif juga. Mirip dengan kelas sebelumnya, mereka juga aktif berbicara dan bergerak, di saat tertentu. Lebih bisa mengendalikan diri dibanding kelas anak ganteng.
Terakhir, kelas 6 Asma binti Abu Bakar yang komposisinya sama dengan kelas Hafshah. Bedanya, kelas ini lebih adem, tenang, cenderung sepi. Saking diamnya, ketika ada masalah tidak diungkapkan dengan kata-kata, tetapi dengan uraian air mata.
Ketika membuat drama tentang sampah yang berserakan dan bau tadi, masing-masing kelas menunjukkan ciri khasnya. Kelas 6 Mush'ab, misalnya. Karena mereka anak laki-laki yang identik dengan gerak fisik (saat istirahat pun mereka suka bermain bola atau petak umpet), sikap mereka ketika melihat sampah itu; ingin membersihkannya. Luar biasa, ternyata mereka sangat peduli dengan kebersihan lingkungan.
Namun, bagaimana ekspresi anak putri? Kelas 6 Hafshah, sesuai ciri khas mereka yang suka berbicara dan bergerak, tindakan yang mereka lakukan adalah memberitahu warga atau Pak RT tentang tumpukan sampah itu dan agar tidak buang sampah sembarangan. Hmm... Mereka juga peduli, tapi sebatas kata-kata. Tidak seperti siswa putra yang terjun langsung ke lapangan.
Sedangkan kelas 'pendiam', mengungkapkan ekspresi mereka dengan berbagai keluhan dan bahaya yang ditimbulkan akibat buang sampah sembarangan. Benar-benar pemikir berat, mereka ini.
Itulah tiga kelas dengan tiga karakter yang berbeda. Mana yang paling baik? Tentunya, semua baik. Mereka punya kelebihan dan kekurangan masing-masing yang tidak bisa dibanding-bandingkan. Tugas guru dan juga orang tua untuk menemukan dan mengembangkan kelebihan yang menjadi potensi mereka, bekal mereka di masa depan.
#OneDayOnePost
#MenulisSetiapHari