Bismillaah
Mempunyai anak yang sedang dalam masa pubertas sering membuat kita sebagai orang tua merasa kehabisan akal. Begitu pun yang saya rasakan. Susah, menghadapi anak remaja yang kadang tak tahu apa maunya. Tapi itu dulu, sebelum saya mengikuti seminar yang disampaikan oleh Ibu Santi Meliyanti, S.Psi, M.Psi. Seminar yang mengusung tema "Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak pada Masa Pubertas" ini telah mengubah paradigma saya selama ini. Bagaimana caranya?
Ternyata caranya sangat sederhana, kata Bu Santi yang energik dan murah senyum ini, yaitu dengan mengganggap dan menanamkan dalam pikiran kita bahwa mendidik anak remaja itu mudah dan gampang. Cuma begitu? Iya, cuma itu yang harus kita lakukan. Cara berpikir positif akan mengeluarkan energi yang positif pula, kan? Jadi, mari kita bangun positive thinking. Dan, jangan lupa membekali diri dengan ilmunya juga. Kalau sekadar positive thinking tanpa ada ilmu yang mengiringinya, bisa-bisa salah arah nanti. Lalu bekal seperti apa yang harus disiapkan?
Ada beberapa hal yang perlu diketahui tentang masa pubertas. Pertama, kapan seseorang mengalami masa ini? Secara umum, usia 12 hingga 21 tahun adalah masa pubertas seseorang. Ini adalah masa-masa perlu adanya bimbingan, arahan, dan pendampingan orang tua kepada putra/putrinya yang sedang remaja. Mengapa harus didampingi? Sebab, mereka belum bisa mengambil keputusan sendiri secara dewasa. Meski demikian, remaja tetap harus dilatih untuk mandiri dalam segala hal.
Kedua, kenali ciri-ciri pubertas. Apa saja, ya, ciri-cirinya?
Ada dua ciri utama, yaitu perubahan fisik dan psikis. Perubahan fisik ditandai dengan adanya perubahan seks sekunder seperti: suara lebih berat, tumbuh jakun dan kumis bagi anak laki-laki. Bagi anak perempuan, pinggulnya lebih melebar, payudaranya mulai tumbuh, dan suaranya lebih lembut.
Selain itu juga ada perubahan seks primer yang ditandai dengan munculnya menstruasi atau haid untuk remaja perempuan, dan mimpi basah untuk yang laki-laki.
Sedangkan perubahan psikis yang terjadi antara lain mulai menyukai lawan jenis. Ingat, ya, lawan jenis. Juga mulai suka berkelompok atau nge-gang. Selain itu, dari segi emosi, lebih sering muncul emosi negatif seperti marah dan sedih. Sisi positifnya, mereka jadi memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi.
Itulah beberapa perubahan yang terjadi pada masa remaja. Sebagai orang tua, apa yang musti kita lakukan agar remaja kita tidak salah jalan?
Berikut ini adalah peran yang harus dimainkan oleh orang tua ketika anaknya memasuki masa pubertas.
Pertama, orang tua berperan sebagai role model atau uswatun hasanah, contoh atau teladan yang baik. Kalau ingin anaknya rajin sholat, sudah pasti orang tua harus nomor satu dalam melaksanakannya. Kalau ingin putrinya rapi dalam menutup aurat, tentunya sang ibu sudah terlebih dulu melakukannya. Kalau ingin putranya jauh dari kebiasaan membakar uang alias merokok, harusnya sang ayah memang tak pernah pula melakukannya.
Peran yang kedua adalah menjadi sahabat untuk buah hatinya. Supaya remaja kita tidak 'bermasalah', maka orang tua harus bisa melimpahkan cinta kasihnya kepada buah hati tercinta. Dengan menjadi sahabatnya, cinta bisa diwujudkan dengan cara mau memahami anak beserta permasalahannya. Ketika anak sedang emosi, kita tanggapi dengan kepala dingin, dan bersikap layaknya seorang sahabat. Kita pun harus selalu menyediakan waktu untuk bercengkrama dan berbicara dari hati ke hati.
Ketiga, orang tua harus mampu memupuk dan menggali potensi yang dimiliki anak. Jangan sampai, sebagai orang tua yang setiap hari bersama mereka, malah tidak tahu potensi mereka. Setelah tahu potensinya, tugas berikutnya adalah mengembangkannya supaya menjadi sesuatu yang positif dan bermanfaat bagi diri anak.
Peran yang keempat atau terakhir menurut Bu Santi adalah menguatkan aturan main. Aturan main apa? Segala sesuatu tentang peraturan agama, peraturan di rumah, peraturan di lingkungan masyarakat, di sekolah, termasuk aturan main dalam penggunaan gadget. Jangan sampai anak terjerumus ke hal-hal yang tidak kita inginkan, dan itu bersebab dari gadget yang kita belikan untuknya. Na'udzubillaah min dzalik.
Mari lindungi remaja kita dari segala yang membahayakannya. Dimulai dari kita, orang tuanya.
Kalau ingin memiliki anak yang sholih/sholihah, kita orang tua harus sholih/sholihah terlebih dulu. Siap???
2 comments:
Insyaallah, Siaap!
Nice Post, Mbak Nindy. Enak bacanya..:)
Bagus mba..
Post a Comment