Bismillaah
Sebelum
membaca tulisan ini, ada baiknya Anda tengok dulu tulisan sebelumnya di sini
dan di sini, supaya tidak ada cerita yang terlewat. Andaikan kisah yang saya
tulis ini masih jauh dari lengkap, dan mungkin masih ada banyak kesalahan, saya
mohon maaf. Astaghfirullaah. Apabila ada di antara pembaca yang budiman ingin
mengoreksi dan memberikan kritik dan saran, saya sangat berterima kasih.
Baiklah,
kita lanjutkan kisah tentang Perang Badar ini. Apa ide yang dicetuskan oleh
sahabat Harb bin Al Mundzir, yang menjadi salah satu faktor kemenangan kaum muslim
dalam Perang Badar? Sedangkan kita tahu, komposisi pasukan Islam dan pasukan
kaum kafir Quraisy sangatlah tidak imbang. Kaum muslim hanya terdiri dari
sekitar 313 orang, sedangkan kaum kafir kurang lebih berjumlah 1000 orang. Ini
diketahui oleh Rasulullah dari perkiraan jumlah unta yang mereka potong setiap
hari. Mereka memotong kurang lebih 9 unta setiap hari, menurut salah seorang
sahabat yang telah mengintai keberadaan mereka. Menurut Rasulullah, satu unta
cukup untuk kira-kira 100 orang. Kalau mereka menyembelih 9 unta per hari,
kira-kira jumlah mereka antara 900 hingga 1000 pasukan. Dengan perbandingan
jumlah yang sangat jauh itu, sulit rasanya untuk dikalahkan. Apalagi dari segi
perlengkapan pun mereka jauh lebih lengkap. Namun atas pertolongan dan izin
Allah dan juga strategi perang yang disumbangkan oleh Harb bin Al Mundzir,
pasukan Rasulullah menang dalam pertempuran di Bukit Badar itu.
Di
depan Bukit Badar, terletak 4 sumur yang posisinya zig-zag. Sesuai saran Harb
bin Al Mundzir, sumur pertama dan kedua dari depan ditimbun tanah agar tidak
bisa dimanfaatkan. Sumur yang ketiga dikuras dan disisakan sedikit saja airnya.
Air kurasannya disimpan di belakang sumur keempat. Sedangkan sumur keempat,
yang berada paling dekat dengan bukit, dibarikade dan dijaga ketat agar musuh
tidak mampu menembusnya.
Sebelum
peperangan terjadi, Rasulullah berdoa kepada Rabb Penguasa Alam Semesta. Dalam
doanya tersebut, Rasulullah mengadu dan memohon agar Allah memberikan
pertolongan dan kemenangan kepada pasukannya. Karena, jika Allah tidak memberikan kemenangan kepada
pasukan Islam, maka tidak ada lagi yang akan menyembah-Nya. Dari peristiwa ini
ada ibroh yang bisa kita ambil.
Rasulullah, seorang nabi akhir zaman, seorang nabi yang pasti dibela dan
dibantu Allah subhanahu wa ta’ala, tidak merasa jumawa. Tidak terbersit sedikit pun rasa sombong, “Aku kan nabi,
aku pasti ditolong oleh Allah.” Tidak. Beliau sangat tawadhu. Dalam dirinya ada
roja’ dan khouf; ada rasa harap dan juga takut. Maka beliau berdoa agar Allah
menurunkan pertolongannya. Seharusnya begitu pula seorang muslim. Jangan pernah
merasa karena kita berada di atas jalan kebenaran, maka Allah pasti menolong
kita. Selain roja’ dan khouf, Rasulullah pun berikhtiar semaksimal mungkin agar
dapat melawan musuh yang kekuatannya lebih besar. Berikhtiar. Tidak hanya
mengandalkan doa dan kenabiannya.
Doa
itu dikabulkan Allah subhanahu wa ta’ala, seperti yang tertuang dalam QS. Al
Anfaal ayat 9, yang artinya
(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu
diperkenankan-Nya bagimu, “Sungguh, aku akan mendatangkan bala bantuan kepadamu
dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.”
Selain
mengabulkan permohonan Rasul-Nya, Allah subhanahu wa ta’ala juga memberikan dua
kenikmatan kepada pasukan Islam sebelum mereka terjun ke medan jihad di Badar.
Dua kenikmatan itu tercantum dalam QS. Al Anfaal ayat 11, yang artinya
(Ingatlah), ketika Allah membuat kamu mengantuk untuk memberi
ketentraman dari-Nya, dan Allah menurunkan air (hujan) dari langit kepadamu untuk
menyucikan kamu dengan (hujan) itu dan menghilangkan gangguan-gangguan setan
dari dirimu dan untuk menguatkan hatimu serta memperteguh telapak kakimu (teguh
pendirian).
Mengantuk dan
tidur merupakan salah satu cara untuk memulihkan tenaga. Begitu pun air hujan
yang membasahi badan dan bumi. Jelas tercantum dalam ayat di atas, air hujan
itu berguna untuk menyucikan diri, menghilangkan gangguan-gangguan setan,
menguatkan hati, dan memperteguh pendirian. Masyaallah. Dengan demikian pasukan
Rasulullah siap menghadapi musuh dengan stamina yang fit dan segar.
Ketika pasukan
Abu Jahal bin Hisyam datang, mereka langsung menghampiri sumur pertama dengan
harapan menemukan sumber air; sumber kehidupan. Setelah perjalanan panjang dari
Makkah, tak heran bila mereka sangat merindukan air. Betapa kecewanya mereka
mendapati sumur tersebut sudah ditimbun dengan tanah. Keletihan yang telah
menguasai pasukan tersebut semakin bertumpuk-tumpuk ketika rasa kecewa
menghampiri mereka. Melangkahlah mereka ke sumur kedua. Ternyata di sini pun
sudah tidak air. Letih dan kecewa semakin menggerogoti semangat juang mereka.
Dengan kepayahan, kehausan, dan kekecewaan juga kekhawatiran bahwa sumur ketiga
pun sudah tidak berair, mereka mencoba mendatangi sumur berikutnya. “Ternyata
masih ada air!” begitu kira-kira luapan kegembiraan mereka. Euphoria melanda pasukan yang berada di
garis depan tersebut, mengundang teman-temannya yang berada di belakang untuk
ikut menikmati air yang cuma disisakan sedikit oleh pasukan Rasulullah. Seribu
orang yang ingin menikmati air yang tinggal sedikit itu, justru menimbulkan
kekacauan di antara mereka. Di sini, pasukan Rasulullah sudah mulai membuka
pintu kemenangan tanpa bersusah-payah.
Dalam keadaan
yang sudah kacau itulah jagoan-jagoan Rasulullah seperti Ali bin Abu Thalib dan
Hamzah bin Abdul Muthalib maju menyongsong jagoan-jagoan Abu Jahal bin Hisyam.
Dalam waktu singkat mujahid-mujahid Islam mampu menaklukkan musuh-musuh Allah.
Endingnya, kita semua tahu, pertempuran yang tidak seimbang dari segi jumlah
dan persenjataan itu dimenangkan oleh pasukan Rasulullah. Sebuah kemurahan dari
Allah untuk menjawab doa Rasulullah dan juga atas jerih payah beliau dan para
sahabatnya.
#OneDayOnePost
#MenulisSetiapHari
No comments:
Post a Comment