Friday, September 25, 2020

Kompetensi = Harga Diri

Bismillaah


"Responsimpel Teacher" adalah salah satu karya Kak Rio, seorang motivator sekaligus pemerhati pendidikan. Memang kebanyakan peserta training dan motivasinya berasal dari kalangan pendidikan. Baik guru maupun orang tua siswa. 


Salah satu pembahasan yang menarik dari buku ini adalah bahwa untuk menaikkan harga diri, guru harus meningkatkan kompetensi.
Kompetensi = harga diri

Harga diri di sini bisa bermakna konotatif maupun denotatif. Makna konotatifnya, guru yang memiliki harga diri, tentunya lebih dihormati dan disegani. Siswanya pun tentu lebih segan sekaligus senang dengannya karena sistem pengajaran dan ilmunya yang mumpuni. 


Sedangkan makna denotatifnya adalah bahwa guru yang memiliki kompetensi tinggi, tentu akan mendapatkan gaji yang tinggi pula. Setara dengan kompetensi yang dimilikinya. Guru yang ilmu dan profesionalitasnya biasa-biasa saja, tentu secara sunnatullah akan mendapatkan penghargaan dalam bentuk gaji sesuai kemampuan yang dimiliki. Sebaliknya, guru yang luar biasa, kompetensi mengajarnya bagus, memiliki karakter yang baik pula, tentu akan menaikkan harga dirinya di mata atasan.


Nah, menurut Kak Rio, kenyataan di atas tidak selalu terjadi sesuai dengan rumus tersebut. Kadang, guru yang telah memiliki kompetensi sangat bagus, ternyata gajinya tak seberapa. Di sisi lain, guru yang biasa-biasa saja, gajinya justru luar biasa. Itu kalau penghargaan dinilai dari segi materi semata. 


Sedangkan, yang namanya rezeki dari Allah, tidak hanya berupa materi atau uang. Melainkan bisa berupa kesehatan, keselamatan, kebahagiaan, keharmonisan keluarga, dan hal-hal lain yang apabila dikonversikan ke dalam rupiah, tentu tak ternilai harganya.


Guru yang seharusnya mendapatkan gaji tinggi tetapi malah hanya membawa pulang sedikit uang, bukan berarti dia tidak memiliki harga diri yang tinggi. Gajinya memang sedikit. Tetapi yang sedikit itu ternyata berkah dan mencukupi untuk kebutuhan sehari-harinya. Mengapa? Karena keluarganya selalu sehat sehingga tidak perlu mengeluarkan biaya berobat. Karena Allah selalu melindunginya sehingga ia selamat dalam perjalanan menuju sekolah dan pulang darinya. Karena ia bisa beribadah dengan tenang dan baik. 


Sebaliknya. Guru yang harga dirinya sedang-sedang saja bahkan cenderung di bawah rata-rata, tetapi mendapatkan gaji yang tinggi, betulkah dia sudah mendapatkan harga dirinya yang tinggi? Belum tentu juga kalau ternyata gaji yang tinggi itu ternyata membuatnya banyak mengeluarkan pengeluaran. Misalnya, anaknya sakit-sakitan, kendaraan yang digunakan untuk mengajar sering bermasalah sehingga harus mengeluarkan uang banyak untuk servisnya, atau keadaan rumah tangga yang membuatnya tidak bisa tenang saat mengajar. Itu adalah hal yang setimpal untuknya, sehingga gaji yang besar terasa sedikit dan cepat habis.


Beberapa hari setelah membaca bagian buku ini, saya kehilangan uang yang tersimpan di bank. Uang itu adalah gaji yang baru ditransfer sehari sebelumnya. Saat itu saya akan menarik uang di ATM. Ternyata mesin ATM-nya error. Setelah memasukkan angka pin, mesin ATM tersebut berhenti lama seperti hang. Karena khawatir kartunya tertelan, saya pencet tombol cancel berkali-kali. Setelah beberapa menit, keluarlah kartunya. Alhamdulillaah.


Karena di mesin ATM ini tidak bisa mengambil uang, maka saya yang waktu itu ditemani suami, mencoba pergi ke ATM lain di perumahan yang lain. Di tengah perjalanan saya membuka aplikasi mobile banking untuk mengecek saldo. Waktu itu saya berniat mentransfer uang dari rekening lainnya. Tetapi saya ingin tahu dulu jumlah uang yang ada di rekening penerima supaya uang yang ditarik sesuai dengan rencana. Saat itulah saya kaget sampai hati berdebar-debar antara takut dan sedih. Di sana tertera saldo saya berkurang sekian juta yang ditarik beberapa menit yang lalu. Padahal tadi saya gagal mengambil uang dan belum memasukkan nominal yang akan diambil.


Astaghfirullah. Langsung saja saya hubungi hotline service yang bekerja 24 jam. Saya ceritakan kejadian yang baru saja saya alami. Akhirnya kami langsung pulang, tidak jadi mengambil uang.


Sesampainya di rumah, suami langsung menulis email ke pihak bank, mengadukan kejadian yang baru saja saya alami. Detail kejadian dan waktunya diceritakan secara terperinci. Saat ingin men-screenshoot data di mobile banking, ternyata saya tidak bisa mengakses. Sepertinya langsung diblokir oleh pihak bank. Berkali-kali saya coba, hasilnya nihil. Ya sudah. Saya hanya bisa pasrah kepada Allah. Banyak beristighfar.


Jadi ingat yang di buku Kak Rio. Jangan-jangan memang saya tidak pantas mendapatkan gaji tersebut. Kinerja saya belum layak untuk mendapatkan penghargaan. Astaghfirullah. Doa istirja dan istighfar saya coba lafadzkan setiap saat. Sambil memohon kepada Allah agar diganti dengan yang lebih baik. Aamiin.


Keesokan harinya saya dan suami kembali ke ATM karena harus mengambil uang. Saat mengecek saldo, alhamdulillaah uang yang kemarin hilang sudah kembali. Alhamdulillaah, maasyaAllah. Betapa senang dan bahagianya hati ini. Ketika melihat ke data di mobile banking, tulisan withdrawal yang kemarin tertera di sana dengan waktu yang sangat jelas, sudah tidak ada lagi. Sudah dihapus. Dan, jawaban email yang dikirim oleh suami, baru dibalas dua hari kemudian dengan jawaban bahwa apa yang saya ceritakan tidak benar karena tidak ada record-nya. Betapa canggihnya teknologi. Padahal dua hari yang lalu, jelas-jelas tertulis data pengambilan tanggal 23-9-2020  pukul 17.13. Sekarang sudah tidak ada.



Ya sudahlah. Yang penting yang saya sudah kembali. Alhamdulillaah.



No comments: