Membersamai tumbuh kembang anak adalah waktu istimewa yang tak akan pernah terulang lagi. Melihatnya tumbuh dari bayi yang hanya bisa merengek, lalu mulai berlari dan bercerita, adalah masa-masa indah seorang ibu. Meski tampak kerepotan dengan mengasuh dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga, momen itu sungguh menjadi fase kehidupan yang istimewa.
Tahun demi tahun telah berlalu. Saat anak sudah mulai memasuki jenjang TK, kerepotan itu secara perlahan mulai berkurang. Tak ada lagi yang menguntit di belakang baju, ke mana pun ibu pergi. Tak ada lagi yang minta digendong saat jalan-jalan untuk sekadar refreshing. Kini, ia mulai mengenal teman dan bermain keluar rumah. Bahkan bersepeda jauh ke rumah teman-temannya. Ikatan itu mulai mengendor.
Begitu menginjak bangku SD, kesibukannya belajar semakin mengurangi intensitas komunikasi dengan ibu, meski masih harus didampingi. Bermain di luar rumah, bermain bola, layang-layang, atau bersepeda dengan teman-temannya, kini lebih penting daripada ikut ibu pergi kajian atau silaturahmi ke kerabat. Tali ikatan itu semakin terurai. Dia bukan lagi di kecil yang harus digendong ke mana pun kaki melangkah. Dia bukan lagi si mungil yang selalu ingin dipangku saat tamu berkunjung.
Kini, dia telah menjadi pemuda. Masa baligh telah menantinya. Meski keinginannya masih selalu ingin dipenuhi, dia tak lagi memaksakan diri untuk memilikinya.
"Aku mau pesan es, ya Mi," katamu tiba-tiba.
"Boleh. Tapi uang ummi cukup, nggak, ya?"
"Pakai uangku aja," ujarmu yang membuat hati meleleh terharu.
Tak pernah disangka, kau akan bersikap seperti itu. Mengerti keadaan ibumu yang sedang pas-pasan.
Kau yang selama ini terlihat egois, mau menang sendiri, maunya selalu dinomorsatukan, sekarang telah berubah. Kau sudah semakin dewasa. Mungkin kehidupan pesantren lah yang menempamu menjadi semakin bijaksana. Meski kecil tubuhmu, namun cara berpikirmu besar dan luas. Semoga kedewasaan dan kebijaksanaan ini akan terus melekat hingga kau benar-benar dewasa nanti. Menjadi pemimpin atau ulama yang bisa mengayomi umat, yang bisa menjadi teladan. Aamiin yaa rabbal'aalamiin.
No comments:
Post a Comment