Friday, January 12, 2024

Review "Si Anak Savana"

Judul buku: Si Anak Savana
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Sabakgrip
ISBN: 978-623-97262-2-5
Cetakan: Agustus 2022
Tebal buku: 382 hlm

Bismillah


Satu kata untuk buku ini. Seru! 
Alhamdulillah, tidak menyesal sudah bela-belain membeli buku ini untuk menemani liburan anak-anak. Selain buku ini, saya juga membeli "Bibi Gill". Tapi, tetap, buku ini yang paling seru.


Dari awal cerita saja, kita sudah dibuat penasaran dengan hilangnya sapi Loka Nara yang tanpa jejak. Misterius. Dan, kejadian itu diikuti dengan kehilangan sapi-sapi yang lain, yang semuanya juga misterius. Hilang begitu saja. Tidak ada tanda-tanda yang mencurigakan. Tidak ada jejak pula yang bisa memberikan petunjuk ke mana sapi-sapi itu dibawa pergi oleh si pencuri.


Itu masalah pokok yang sepertinya jadi masalah sampingan bila kita mengikuti tiap bab. Dalam setiap bab ada masalah tersendiri yang juga seru sehingga kadang lupa dengan pokok permasalahan; sapi hilang. 


Yang membuat buku ini seru, tentu kehidupan anak-anak Savana yang diangkat ke dalam cerita ini. Bagaimana persahabatan Ahmad Wanga, sang tokoh utama, bersama teman-teman sekelasnya sekaligus sepermainan. 


Tak kalah seru pula, bagaimana mereka bertahan hidup di Padang Savana. Mencari air ke telaga yang jauh dari perkampungan mereka, menonton balap kuda yang tak sekadar balapan pada umumnya. 


Selain seru, buku ini juga bermutu dan bergizi karena tak melupakan adab dan akhlak seorang muslim. Juga bagaimana seharusnya kita memegang prinsip keislaman kita. Tidak hanya dalam beribadah kepada Allah, tetapi juga dalam segala aktivitas kehidupan kita, tidak dipisah-pisahkan. 


Semua cerita dalam buku ini, terwakili dalam puisi yang, dalam cerita itu, ditulis oleh Sedo. Salah seorang teman Wanga yang telah yatim piatu dan hidup hanya berdua dengan adiknya. 

Anak Savana

Apa yang kau lihat di savana?
Rerumputan?
Satu-dua pohon yang meranggas?
Atau sapi dan kuda yang tengah merumput?

Apa yang kaurasakan ketika di savana?
Panas?
Udara kering yang membuat dahaga?
Atau semilir angin yang membuai?

Kalau kau tanya aku
Maka aku jawab begini:
Aku melihat ketangguhan di savana
Pada rumput yang kering, berwarna cokelat, terinjak
Tapi besok-besok tetap ada, menghijau kembali saat diguyur hujan

Aku merasakan hidup yang bermanfaat
Menghidupi sapi dan kuda
Membuat kau bisa duduk memandang
Keindahannya

Kalau kau tanya aku,
Aku melihat dan merasakan itu
Adalah masa depanku
Karena aku anak savana


No comments: