Saat ini, keberadaan guru mungkin tidak sepenting sebelum ada pandemi. Mengapa?
Karena saat ini, yang memegang kendali penuh dalam pendidikan anak, terutama anak SD, adalah orang tua. Adanya kebijakan pemerintah yang mengharuskan siswa SD untuk belajar dari rumah, membuat orang tua harus berperan aktif dalam pendampingi anak-anaknya. Sedangkan peranan guru, untuk sementara, mungkin agak tersisihkan, meskipun tidak 100 persen.
Hal ini berarti bahwa orang tua kembali menjadi guru pertama untuk anak-anaknya. Guru sebenar-benarnya guru. Guru yang tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga keimanan dan akhlak Islam.
Dalam mengajarkan ilmu, orang tua dituntut untuk menguasai ilmu tersebut, meskipun tidak sedalam apa yang dipahami para guru di sekolah. Sedangkan dalam mengajarkan keimanan dan akhlak, orang tua tidak hanya menyiapkan pengetahuan tentangnya, tetapi juga harus memberikan contoh langsung. Menjadi suri teladan langsung bagi anak-anak.
Tentu bukan hal yang mudah. Apalagi bagi orang tua yang selama ini menyerahkan semua keperluan pendidikan anaknya kepada sekolah. Orang tua merasa sudah cukup dengan mengeluarkan biaya mahal agar sekolah dapat mendidik anak-anak mereka. Tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga menjadikan mereka anak-anak yang saleh dan berakhlak mulia. Sungguh berat nian tugas sekolah, dalam hal ini, guru-guru.
Kini, orang tua merasa sulit ketika harus mengajari anak-anaknya ilmu pengetahuan yang tidak dikuasai sebelumnya. Di sisi lain, mereka pun harus mendidik anak-anak dengan sikap mereka yang selalu dilihat oleh anak didik mereka.
Kini, tugas berat itu kembali kepada sang pemilik fitrahnya. Secara fitrah, tugas mendidik anak adalah kewajiban orang tua. Seperti firman Allah dalam surat At Tahrim ayat 6.
يٰۤاَ يُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْۤا اَنْفُسَكُمْ وَاَ هْلِيْكُمْ نَا رًا وَّقُوْدُهَا النَّا سُ وَا لْحِجَا رَةُ عَلَيْهَا مَلٰٓئِكَةٌ غِلَا ظٌ شِدَا دٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَاۤ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan."
Jelas sekali bahwa mendidik anak agar terhindar dari api neraka adalah kewajiban orang tua, bukan guru di sekolah. Miris sekali bila masih ada orang tua yang menyalahkan guru karena kelakuan anaknya yang tidak bisa diatur. Sikap anak yang tidak tahu sopan santun, perlu dipertanyakan kepada orang tua. Bagaimana mereka mendidik anak di rumah?
Sudahkah mereka menjadi contoh yang baik untuk putra-putrinya?
Guru teladan, kini bukan semata beban yang harus dipikul oleh para pendidik di sekolah. Tetapi justru menjadi tugas utama para ayah dan ibu di rumah. Bagaimana mereka mendidik generasi ini agar tidak hanya cerdas intelektual tetapi juga emosional dan spiritualnya.
Memang bukan tugas yang ringan. Namun, bila hal ini dilakukan secara bersama-sama antara orang tua, sekolah, dan lingkungan masyarakat, tentu tidak akan berat. Generasi emas Indonesia akan terwujud dan menjadi pemimpin dunia yang disegani. InsyaaAllah.
No comments:
Post a Comment