Saturday, May 20, 2017

Pendidikan Adalah Hak Anak

Bismillaah

Anak adalah amanah Allah yang harus kita jaga dan rawat sesuai dengan aturan-Nya. Tidak boleh menyimpang apalagi menjauh. Agar amanah itu menjadi ladang pahala bagi kita. Bukan untuk dijadikan sandaran saat hari tua, bukan pula untuk dijadikan sumber penghidupan. Hanya sebagai tempat menanam, untuk dipanen nanti di akhirat. In sya Allah.

Namun demikian, tak bisa dipungkiri bahwa urusan menjaga dan merawat ini tidak bisa dijalankan sendiri oleh orang tua sebagai pengemban amanah. Ia pun memerlukan bantuan dan dukungan dari pihak lain, di luar keluarga. Bisa sekolah, bisa lingkungan masyarakat. Melalui pendidikan formal, informal, maupun non formal. Semuanya saling bersinergi untuk terbentuknya generasi yang mengikuti aturan Allah. Generasi Rabbani.

Ada 3 unsur penting yang harus diperhatikan dalam mendidik buah hati, agar tujuannya tercapai dan berhasil. Yang pertama adalah, bahwa mendidik adalah salah satu perintah dalam agama Islam.
Seperti tertuang dalam hadits berikut ini:

Seorang datang kepada Nabi shalallahu alaihi wasallam dan bertanya, "Ya Rasulullah, apa hak anakku ini?"
Nabi shalallahu alaihi wasallam menjawab, "Memberinya nama yang baik, mendidiknya adab yang baik, dan memberinya kedudukan yang baik (dalam hatimu)." (HR. Attusi)

Dalam hadits yang lain Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda, "Tidak ada pemberian ibu-bapak yang paling berharga bagi anaknya daripada pendidikan akhlak mulia." (HR. Al Bukhari)

Karena pendidikan adalah hak anak, maka kewajiban orang tua lah untuk melaksanakannya dengan sebaik-baiknya, dengan pendidikan akhlak mulia. Jelaslah sudah, bahwa tujuan pendidikan menurut Islam, adalah terbentuknya akhlak mulia, bukan kemampuan intelektual. Tapi, bukan berarti kemampuan intelektual menjadi tidak penting. Orang yang berakhlak mulia, pasti ingin hidupnya berguna, ibadahnya diterima Allah. Untuk mewujudkan itu, seseorang harus memiliki ilmunya. Orang yang berakhlak mulia sangat paham dan yakin akan pentingnya menuntut ilmu sebagai bekal untuk dirinya sendiri dan juga untuk orang lain.

Sedangkan orang yang tidak memiliki akhlak, sepandai apa pun, tentu akan kurang disukai oleh masyarakat. Bahkan, dengan keburukan akhlaknya itu, ia bisa menyalahgunakan kepandaiannya untuk mengelabui atau menghancurkan orang lain.

Unsur kedua yang tak kalah penting adalah, dalam mendidik, ada 3 aspek yang saling berkaitan dan harus bersinergi. Ketiga aspek itu adalah keluarga, sekolah, dan masyarakat. Pendidikan yang ditanamkan pada ketiga aspek itu harus seiring sejalan, tidak boleh berseberangan. Kalau di keluarga anak sudah ditanamkan nilai-nilai aqidah sejak dini, di sekolah pun harus begitu. Juga di masyarakat, tempat anak-anak bersosialisasi. Begitu pentingnya aspek masyarakat ini, sampai-sampai ada anekdot "untuk mendidik satu anak, diperlukan orang sekampung".


Unsur ketiga dalam pendidikan adalah ruhul ustadz. Sehebat apa pun kurikulum, sarana dan prasarana yang dimiliki sebuah sekolah, sebagai mitra orang tua dalam mendidik anaknya, tidak akan berhasil tanpa ketulusan dan keikhlasan seorang guru. Guru yang mengajar sekadar untuk mentransfer ilmu, hanya akan melahirkan anak-anak yang hapal materi pelajaran tapi kosong dari tujuan mulia. Belajar hanya untuk ujian guna memperoleh nilai bagus.


Sedangkan guru yang tulus dan ikhlas, tidak hanya ilmu yang tersampaikan dengan baik, tetapi ia juga sudah menanamkan nilai-nilai kehidupan yang mulia. Yang menginspirasi anak didiknya. Sehingga apa yang dipelajari adalah sesuatu yang bermanfaat tidak hanya untuk hari ini, tapi juga untuk masa yang akan datang.

Wallahu a'lam bishowab

No comments: