Bismillaah
Buku setebal kurang lebih 350 halaman ini ditulis oleh Lenggogeni Faruk, sang ibu dari sebelas putra-putri Halilintar. Ditulis berdasarkan pengalaman pribadi sang penulis dalam membesarkan kesebelas anak hanya berdua dengan sang suami, buku ini benar-benar bisa menjadi salah satu sumber inspirasi bagi para orang tua.
GenHalilintar adalah perpaduan nama ayah-ibu, Gen dari nama Lenggogeni dan Halilintar nama asli sang ayah. Kesebelasan adalah julukan bagi sebelas anak mereka, 6 putra dan 5 putri.
Sesuai dengan judulnya, My Family My Team, di buku ini Bu Gen bercerita tentang keluarganya yang sudah menjadi satu tim, baik ketika di rumah saat mengerjakan pekerjaan rumah maupun saat di luar rumah ketika menjalankan bisnis keluarga mereka.
Keluarga yang memiliki kelebihan membesarkan 11 kids without baby sitter, without nanny, without maid, memberdayakan kesebelas putra-putrinya dalam mengelola rumah yang berkonsep hotel. Ada yang bertanggung jawab terhadap kebersihan rumah, room service, house keeping, kitchen, laundry, bahkan memandikan dan mengurusi adik bayinya. Semua dikerjakan tanpa bantuan pembantu. It's really a great team!
Selain terbiasa mandiri dalam pekerjaan rumah, kesebelasan GenHalilintar pun mandiri dalam mencari uang. Mungkin karena sering mengikuti kegiatan orang tuanya sebagai pengusaha, mereka pun sudah pandai berniaga sejak usia muda. Contohnya Atta, si sulung yang sudah menjalankan bisnis jual-beli mobil pada usia 13 tahun. Sedangkan adiknya, Sohwa, sudah menjadi owner sekaligus sales person untuk booth pameran fashion muslim dan handphone bersama abangnya. Begitu pula adik-adiknya.
So, it's a great team bukanlah isapan jempol belaka. Sungguh keluarga yang luar biasa! Pertanyaannya sekarang, bagaimana mereka bisa seperti itu?
Menurut pasangan Gen Halilintar, modal utama mereka dalam membangun keluarga adalah always being connected to Allah. Jadi, ketika ada masalah apa pun, mereka selalu mengadu dan minta petunjuk kepada Allah. Juga dalam mendidik anak-anak. Karena Allah yang menciptakan mereka, maka Allah juga yang berkuasa atas mereka. Maka, hanya kepada Allah memasrahkan segala urusan, di samping ikhtiar yang tetap berjalan.
Bukti lain betapa mereka selalu connected dengan Allah adalah saat menghadapi kelahiran anak kesebelas, Qahtan. Saat itu usia Bu Gen sudah 39 tahun lebih, sehingga dokter menyarankan untuk operasi caesar. Hal ini sangat tidak diinginkan, mengingat kesepuluh anak sebelumya bisa lahir normal. Menghadapi masalah ini, suami istri itu mengadu dan memohon ampun kepada Allah. Selain itu, Bu Gen juga minta maaf kepada suami dan orang tuanya. Beliau berpikir, ini mungkin karena dosa-dosa yang telah ia lakukan.
Setelah istighfar, berdoa, dan menguatkan keyakinan penuh bahwa Allah akan menolongnya, akhirnya Qahtan lahir dengan proses normal, tidak dengan operasi. Itulah kekuatan doa dan besarnya keyakinan hanya kepada Allah subhanahu wa ta'ala.
Selain menjaga connection dengan Allah, rahasia keberhasilan keluarga GenHalilintar, ternyata terletak pada figur sang ayah. Di sini ayah benar-benar menjadi panutan dan tauladan tidak hanya untuk isterinya, tapi juga anak-anak. Terucap dari lisan Bu Gen sendiri, betapa beliau banyak belajar dari suaminya, Pak Halilintar.
Jadi, benarlah apa yang selalu dikatakan oleh para pakar parenting, bahwa seorang ibu memang madrasah bagi anak-anaknya, tapi ayah lah yang menjadi kepala madrasah/sekolah. Berhasil tidaknya sebuah sekolah, tergantung kepada kepala sekolahnya. Andai semua laki-laki seperti Pak Halilintar, impian seorang teman, mungkin tak akan ada kenakalan remaja dan berbagai penyimpangan lainnya.
Wallahu a'lam bishawwab.
No comments:
Post a Comment