Sunday, June 21, 2020

Bunga Desa


Bismillaah

"Ibu tahu nggak, bunga desa perumahan kami?" Tanya Feri sambil senyum-senyum.
"Nggak," jawabku singkat. "Siapa, memang?"
"Anita!" Seru hampir seluruh kelas, kompak.

Pekan lalu kami belajar tentang ungkapan dan peribahasa. Dari sekian banyak ungkapan dan peribahasa yang saya sampaikan kepada mereka, ternyata ungkapan "bunga desa" yang paling mudah diingat. Dan, menjadi favorit mereka. 

Ungkapan itu semakin mudah diingat karena berkaitan dengan kehidupan mereka. Saat ini memang mereka sedang menjelang masa puber. Mereka mulai menyukai teman lawan jenis. Dan, itu terjadi tidak hanya pada satu siswa. Banyak. 

Anita, salah seorang siswi, adalah yang menjadi bintang. Ada beberapa yang menyukainya. Makanya, mereka pun kompak menyebutnya sebagai bunga desa. Gadis tercantik di tempat tinggal mereka. Perumahan tempat sekolah kami berada. Dan, sebagian besar siswa memang tinggal di perumahan ini. Tak heran bila mereka serentak menobatkan Anita sebagai bunga desa.


Mengajar kelas 6 memang seru. Karena sebagian besar anaknya sudah baligh, jadi pembicaraannya pun tidak jauh-jauh dari kata-kata cinta dan akhwat. Mereka akan semangat sekali.



Setelah mereka puas menceritakan perasaan mereka, biasanya saya akan "berceramah". Tentu saja dengan bahasa mereka dan dengan suasana yang santai sambil bercanda. 


Mengingatkan mereka bahwa mereka masih kecil dan belum waktunya untuk memikirkan hal-hal seperti itu. Meski, tak dapat dipungkiri, fitrah manusia itu menyukai lawan jenis. Itu sesuatu yang wajar. Silakan saja menyukai gadis pujaan. Namun, rasa suka itu jangan sampai mengganggu konsentrasi belajar.


Lalu bagaimana menyalurkan rasa itu? Harus diapakan?
Ya, terima dengan lapang rasa yang bersemayam di dalam hati itu. Jangan dipaksa pergi. Namun, jangan juga terlalu dipikirkan dalam-dalam. Kuatkan keyakinan dalam hati, bahwa jodoh kita sudah ditentukan oleh Allah.


"Lho, kita masih kecil, mengapa sudah membicarakan jodoh? Kita kan suka, ya sekadar suka. Bukan untuk menikah," begitu argumen kalian saat itu.
Memang wajar di zaman ini, laki dan perempuan saling menyukai tetapi bukan untuk menikah, melainkan sekadar bersenang-senang.


Tapi ingat, anak muda. Agama kita mengajarkan,

وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنٰۤى اِنَّهٗ كَا نَ فَاحِشَةً ۗ وَسَآءَ سَبِيْلًا

"Dan janganlah kamu mendekati zina; (zina) itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk."
(QS. Al-Isra': Ayat 32)


Mendekati saja tidak boleh, apalagi melakukan. Di masa sekarang ini, anak-anak muda yang saling suka, kemudian saling cinta, akhirnya berpacaran. Pacaran itu biasanya diam-diam, sembunyi-sembunyi, berdua-duaan. Sedangkan dua orang laki-laki dan perempuan tidak boleh berkhalwat, karena yang ketiganya adalah setan. 


Namun tak semudah itu memberikan pemahaman kepada kalian. Pengulangan, reminder, tak cukup sekali dua kali. Itu pun tak selalu berhasil. Sebagai guru, sudah tugas kami untuk selalu mengingatkan dan mengingatkan. Selanjutnya, hanya kepada Allah kita berserah diri. Semoga Allah selalu melindungi kalian, aamiin.

No comments: