Bismillaah
Kemarin saat silaturahim ke seorang kawan lama, seperti biasa, kami saling cerita tentang pengalaman mengajar. Maklum, jarang bertemu, jadi seru sekali. Tibalah pada hal yang sedang meresahkannya saat ini.
Ceritanya, di sekolah tempatnya mengajar, sebelum KBM (kegiatan belajar mengajar) berlangsung, para siswa dibiasakan untuk salat Dhuha berjamaah di masjid yang terletak di lingkungan sekolah. Untuk mengatur salat Dhuha ini, ditunjuklah seorang guru sebagai penanggung jawabnya.
Sebelum ada penanggung jawab yang sekarang ini, guru-guru biasanya saling bergantian mengatur kegiatan tersebut. Dan itu dilakukan dengan sukarela karena sudah merupakan tanggung jawab para guru.
Namun setelah ada penanggung jawab khusus, ditambah lagi bahwa di penanggung jawab itu mendapatkan tunjangan dari yayasan, mulailah muncul masalah. Guru-guru banyak yang tidak mau tahu dengan kegiatan tersebut sehingga datang ke sekolah sengaja terlambat, setelah anak-anak selesai salat Dhuha. Alasannya ya, karena adanya tunjangan tadi. Jadi, mereka merasa bebas tugas. Padahal tunjangan yang diberikan hanya 50 ribu sebulan. Yah, uang sekecil itu ternyata berdampak besar.
Guru-guru merasa iri sehingga mengabaikan tugas dan tanggung jawab sebagai guru. Padahal uang sebesar itu tak sebanding dengan tugas yang diemban selama sebulan.
Andaikan mereka sadar, bahwa meninggalkan atau mengabaikan amanah yang telah diberikan itu merupakan salah satu ciri orang munafik, tentunya hal itu tidak akan terjadi. Andaikan mereka tahu, bahwa dengan membantu meringankan beban saudara sesama muslim akan dibalas Allah dengan meringankan bebannya di akhirat kelak. Andaikan mereka yakin, bahwa bila mereka ikhlas ikut mengatur dan membimbing kegiatan salat Dhuha bisa menjadi salah satu ladang pahala.
Ah, memang sulit, kalau segala sesuatu diukur dengan uang. Padahal uang yang didapat tak seberapa dibanding dengan pahala yang akan diberikan Allah kepada mereka yang ikhlas. Memang ikhlas itu berat, tapi bisa kita usahakan. InsyaaAllah
No comments:
Post a Comment