Sumber: Pixabay
Bismillaah
Mengajar anak laki-laki sangat berbeda dengan anak perempuan.
Kalau zaman saya sekolah dulu, anak perempuan terkenal dengan banyak bicara dan
ngrumpi sehingga sering mengabaikan guru yang sedang mengajar. Tetapi sekarang,
zaman sudah berubah. Anak laki-laki zaman sekarang justru lebih banyak bicara
dan banyak gerak. Saat guru sedang menjelaskan pelajaran, mereka sering
mengabaikan bahkan kadang-kadang sampai mengganggu konsentrasi teman yang lain.
Berbeda sekali dengan zaman dulu. Mengajar anak laki-laki lebih membutuhkan
kesabaran ekstra dan juga suara dan tenaga yang lebih kuat.
Di sekolah tempat
saya mengajar, kelas anak perempuan dipisah dengan anak laki-laki. Kami
menyebutnya kelas akhwat dan kelas ikhwan. Ketika kita menjadi guru, maka harus
siap untuk mengajar dua jenis kelas tersebut. Mengajar kelas akhwat merupakan
sesuatu yang membahagiakan karena anak-anak perempuan cenderung kondusif dan
tenang saat proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) berlangsung. Oleh karena
itu, guru pun tidak terlalu ngoyo dalam berbicara dan memanejemen kelas.
Berbeda dengan kelas ikhwan.
Dulu, baru mau
berjalan ke kelas ikhwan saja, rasa hati sudah tidak karuan. Ada rasa takut,
khawatir kalau nanti suasana kelas tidak terkendali sehingga proses KBM tidak
bisa berjalan dengan baik. Menjelang tahun ajaran baru yang lalu pun ada
perasaan khawatir, bisa tidak ya, saya mengajar kelas ikhwan dengan baik.
Anak-anaknya bisa diajak kerja sama tidak, ya. Begitu banyak tanda tanya dan
kekhawatiran sudah menghantui pikiran, padahal masa belajar belum dimulai.
Alhamdulillaah,
setelah beberapa kali pertemuan dengan mereka, saya merasa menemukan chemistry-nya.
Mengajar kelas ikhwan tidak menjadi sesuatu yang menyeramkan lagi, tetapi
justru selalu ditunggu-tunggu. Kapankah bisa bertemu mereka?
Tak ada lagi rasa
kesal saat mereka berisik. Tak ada lagi rasa marah saat mereka lama dalam
memahami pelajaran. Semua saya nikmati saja. Karena, ketika saya meminta mereka
mendengarkan apa yang sedang saya jelaskan, mereka akan diam dan fokus. Memang sih,
kadang-kadang ada satu-dua anak yang tidak fokus. Tetapi itu masih wajar. Mereka
akan berisik saat mengerjakan tugas. Itu pun saya anggap wajar. Hanya perlu
diingatkan, dan mereka akan kembali
fokus. Memang mengajar ikhwan terasa lebih variatif, karena mereka suka
bercanda, suka ngobrol, dan suka bergerak ke sana ke mari. Namun, selama masih
dalam koridor kewajaran dan bisa menuntaskan tugas, it’s ok.
No comments:
Post a Comment