Tuesday, March 29, 2022

Demam Panggung

Bismillah


Demam dengan suhu badan tinggi, alias panas, pernah saya rasakan. Suhu tertinggi yang pernah terjadi adalah 40° C. Khawatir, pasti. Saya pun sempat berpikir, apakah ini akhir hidup saya? Ternyata Allah masih memberikan kesempatan kepada saya untuk tinggal di dunia hingga detik ini. 


Demam yang tak kalah mengkhawatirkan adalah demam panggung. Ini sudah saya alami sejak kecil, hingga kini, di saat usia sudah tidak muda lagi. Kok bisa ya, penyakit yang satu ini betah menempel pada diri saya? 


Demam ini tidak hanya saya rasakan bila mau tampil di depan umum saja, tetapi juga ketika saya ingin mengajukan pertanyaan pada acara resmi. Seperti rapat, kajian, seminar, pelatihan, dan semacamnya. Tanda-tandanya, perut saya mules, deg-degan, keringat dingin mengucur. 


Nah, pertanyaannya, mengapa hingga saat ini, hal itu masih terjadi? Apakah saya tidak ada upaya untuk mengatasinya?



Sebenarnya, beberapa ikhtiar sudah saya jalani. Di antaranya, supaya tidak demam panggung, sejak di sekolah dasar, saya berlatih untuk berani tampil di depan publik. Secara kelompok maupun sendiri. Di kelas pun, guru-guru melatih saya dan siswa lainnya dengan cara menyuruh kami untuk presentasi atau hafalan di depan kelas dengan diperhatikan oleh seluruh siswa dan guru yang bersangkutan. 



Selain itu, saya pun berusaha untuk selalu berdoa memohon pertolongan Allah agar dimudahkan dalam menjalankan tugas seperti menyampaikan materi kajian, menjadi MC (master of ceremony), atau sekadar mengajukan pertanyaan. 



Bila ingin mengisi kajian, misalnya. Biasanya sepanjang jalan kenangan saya melantunkan doa tersebut. Alhamdulillah, hati menjadi lebih tenang, meskipun masih ada sedikit nervous. Tetapi, walaupun grogi, biasanya saya bisa menyampaikan materi dengan lancar. Memang, kondisi gugup itu biasanya hanya menyerang di awal saja. Kalau sudah mulai berbicara, biasanya hilang dengan sendirinya.



Apa sih, doanya? Ini doa andalan saya, doa yang telah dicontohkan oleh Nabi Musa 'alaihissalam.

   رَبِّ اشْرَحْ لِيْ صَدْرِيْ وَيَسِّرْ لِيْۤ اَمْرِيْ

وَا حْلُلْ عُقْدَةً مِّنْ لِّسَا نِیْ يَفْقَهُوْا قَوْلِيْ 

"... Ya Tuhanku, lapangkanlah dadaku,
dan mudahkanlah untukku urusanku,
dan lepaskanlah kekakuan dari lidahku,
agar mereka mengerti perkataanku,"
(QS. Ta Ha: 25-28)



Upaya lainnya, biasanya saya menyiapkan catatan kecil sebagai panduan, bila ingin mengisi acara. Sebelumnya, tentu saja saya akan membaca dan memahami terlebih dahulu materi yang akan saya sampaikan. Tapi memang, saya hampir tidak pernah mencoba untuk berpidato sendiri di depan cermin, seperti para orator ulung. Mungkin inilah titik kelemahan saya, sehingga masih sering grogi. Habis, saya malu kalau harus pidato di depan cermin. Paling jadi bahan tertawaan suami dan anak-anak. 


Tetapi, alhamdulillaah, saya merasa sudah lebih percaya diri seiring dengan banyaknya latihan dan terjun langsung. Maksudnya latihan di sini ya, langsung berbicara di depan hadirin, bukan di depan cermin. Alah bisa karena biasa. 







No comments: