Saturday, February 3, 2024

Reviu "Teruslah Bodoh, Jangan Pintar"


Judul buku: Tetaplah Bodoh, Jangan Pintar
Penulis: Tere Liye
Penerbit: Sabakgrip 
Cetakan: 2024
ISBN: 
Tebal buku:


Bismillah


Novel ini sarat dengan kritik sosial berkaitan dengan apa yang sedang terjadi di Indonesia saat ini. Tentang pilpres, hilirisasi nikel, meledaknya smelter. Benar-benar merupakan potret Indonesia hari ini. 



Dengan latar belakang sebuah ruangan yang dijadikan tempat persidangan tertutup dan rahasia, novel ini memang bukan sekadar cerita hiburan. Membacanya, membuat kening kita berkerut dan emosi kita pun ikut meningkat. Ketidakadilan dan kesewenang-wenangan begitu nyata digambarkan dalam setiap paragrafnya. Tak heran bila novel ini ditandai dengan 18+. Bukan dalam arti mengandung adegan yang tidak senonoh, seperti kebanyakan produk lain yang menggunakan label itu, tetapi karena alur dan cerita novel ini memerlukan pemikiran orang dewasa. Untuk anak kecil, tidak cocok dan belum waktunya. Mending baca serial petualangan Bumi atau anak-anak Mamak.


Diawali dengan kisah anak-anak sebuah desa yang baru pulang dari lomba sepak bola antarkampung, cerita ini dari pertama sudah membuat kita penasaran. Apa hubungannya dengan judul? Tapi, ya memang begitu, Bang Tere Liye ini. Pandai membuat pembaca penasaran, sehingga ingin cepat-cepat menyelesaikan bacaannya. 



Kisah tentang proyek penambangan yang, ternyata banyak kisah pilu di baliknya. Proyek yang sekilas seperti mendatangkan berbagai macam keuntungan seperti modernisasi, lapangan kerja, dan perbaikan ekonomi. Tetapi kenyataannya tidak seindah dan semanis itu. Banyak cerita pilu di balik gemerlapnya hasil tambang dari bumi Indonesia yang kaya raya.


Salah satunya adalah tenggelamnya sang anak berbakat di kolam bekas galian tambang yang sudah dipenuhi oleh air hujan. Hal ini terjadi juga di kampung saya. Di sini, banyak danau bekas galian pasir yang tidak diberi pagar pengaman. Sudah beberapa orang yang tenggelam dan berakhir meninggal. Dan, pihak pemerintah tidak melakukan tindakan apa pun untuk mencegah agar kecelakaan seperti itu tidak terjadi lagi. 


Kalau di novel tersebut, ada upaya penyelidikan yang dilakukan polisi. Namun, harus terhenti karena ulah beberapa oknum. Dan, agar warga tidak mengusut terus, maka berbagai bansos dan sembako digulirkan. Agar warga diam. Hanya segitu harga nyawa seorang generasi penerus bangsa. 



Dan, beberapa kisah lainnya. Juga tentang tenaga asing yang mendapatkan gaji beberapa kali lipat dibandingkan tenaga lokal. Pun, tentang diskriminasi dalam perlakuan dan perlindungan tenaga kerja. Kok bisa ya? Orang asing lebih diutamakan daripada bangsa sendiri, yang notabene juga saudara sendiri. 


Yang paling menarik, tentang smelter yang meledak. Tentang harga nikel di pasaran dunia. Kok ya sama dengan berita yang sedang trending topic saat ini. Ketika membaca berita itu, otomatis otak ini langsung mengaitkannya dengan cerita di novel ini. Semoga dengan membacanya, banyak orang yang tercerahkan dan banyak pejabat yang sadar serta segera bertindak memperbaiki keadaan negeri ini. Aamiin yaa mujibassaailin 🤲🏻







No comments: