Wednesday, February 28, 2024

Selalu Ada Bahagia di Balik Duka

Bismillah


"Abi, umi badannya panas!" Seru si bungsu sambil berlari ke abinya yang sedang duduk di ruang tamu. 


Tak berapa lama, ia kembali bersama abinya yang langsung memegang dahi saya. 

"Iya, panas, Dek. Bikinin teh manis, Dek, buat Umi," pinta si Abi. 
"Siap!" Seru si bungsu penuh semangat.

"Dikerokin, ya Mi?" tanya si Abi.


Begitulah sekelumit kisah saat diri ini terbaring di tempat tidur, tak berdaya. Perhatian yang suami dan anak-anak berikan, seperti obat mujarab yang membuat penyakit tak bertahan lama di badan ini. Terharu! Rasa syukur semakin memenuhi rongga dada ini. Alhamdulillaah, Allah karuniakan keluarga yang begitu menyayangi saya.


Perhatian yang kecil dan sepele, namun bagi saya berdampak luar biasa. Saya merasa menjadi manusia berharga, karena dikhawatirkan dan diperhatikan. 


Demikian pula saat kami baru pulih dari serangan Covid-19. Saat itu, kami sekeluarga terkena virus Corona dan sudah melewati masa inkubasi. Rencananya, hari itu kami akan melakukan sweb antigen untuk memastikan bahwa kami sudah benar-benar sembuh. Tapi, saya malah merasa seluruh badan kaku dan sakit jika digerakkan. Alhasil, saya hanya mampu tiduran. 


Dengan sigap, suami dan anak-anak menyiapkan segala keperluan dan kebutuhan saya. Saya dilayani dengan fasilitas full serviced😍. MaasyaaAllah tabarakallah wal hamdulillahi robbil'aalamiin.


Namun, meskipun serba dilayani, tetap saja ada rasa tidak nyaman. Juga tidak betah, berada di kasur terus. Apalagi melihat pekerjaan rumah yang pastinya banyak yang terbengkalai. Mereka fokus merawat saya sehingga mengabaikan yang lain. Tak masalah. Nanti bisa diurus saat saya sudah sehat. Memang itu tugas saya.


Saat sakit, kita merasa tidak nyaman dan sedih. Merasa tidak berdaya karena tidak bisa berbuat dan bekerja seperti biasa. Tetapi, di sisi lain, saat sakit, kita bahagia karena ada yang merawat dan memperhatikan kita. Kepedulian dan perhatian mereka membuktikan bahwa kita ini istimewa dan berharga untuk mereka.


Bahagia yang lain, saat sakit, dosa-dosa kita gugur karena kesabaran kita dalam menahan sakit dan ikhlas menerima takdir Allah. 

Dari Abu Sa’id dan Abu Hurairah, mereka mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

مَا يُصِيبُ الْمُؤْمِنَ مِنْ وَصَبٍ وَلاَ نَصَبٍ وَلاَ سَقَمٍ وَلاَ حَزَنٍ حَتَّى الْهَمِّ يُهَمُّهُ إِلاَّ كُفِّرَ بِهِ مِنْ سَيِّئَاتِهِ

“Tidaklah seorang mukmin tertimpa suatu musibah berupa rasa sakit (yang tidak kunjung sembuh), rasa capek, rasa sakit, rasa sedih, dan kekhawatiran yang menerpa melainkan dosa-dosanya akan diampuni” (HR. Muslim no. 2573).

(Sumber https://rumaysho.com/2286-musibah-datang-boleh-jadi-karena-dosa.html)


MaasyaaAllah, betapa indahnya Islam. Betapa bersyukurnya kita menjadi seorang muslim. Di saat kita menderita pun, ada kebahagiaan di sana. Ada imbalan yang luar biasa. Ya, karunia yang bagaimana lagi yang kita harapkan, selain terbebas dari dosa, terampuninya dosa-dosa, serta dimasukkan ke dalam surga-Nya?


Selalu ada hikmah di setiap peristiwa yang kita alami. Yang harus dilakukan adalah kita harus selalu husnudzon kepada Allah. Dan yakin bahwa Allah akan selalu menolong hamba-Nya.


No comments: