Saturday, February 10, 2024

Deliang dan Dunia Literasi Kita

 

Sumber: https://www.sinergimadura.com/regional/29011734998/biografi-deliang-al-farabi-penulis-cilik-yang-menginspirasi-tanggal-lahirumur-alamat-orang-tua-pendidikan-karir-karya-penghargaan-ig-tiktok

 

 

 Bismillah

Tulisan ini merupakan menulis artikel dari webinar membuat artikel populer sekaligus seleksi untuk ditampilkan di Radar Edukasi. Semoga lolos, aamiin.

 

 

DeLiang, yang memiliki nama lengkap Muhammad Deliang Al Farabi, adalah putra pertama pasangan Ario Muhammad, PhD. dan Ratih Anggraini, Ph.D.. Pada usianya yang baru menginjak 11 tahun, DeLiang telah menerbitkan 40  buku berbahasa Inggris dan beberapa di antaranya berada di Top 15 Amazone. Keren! Tak heran bila ia dijuluki anak ajaib. Di saat kebanyakan anak seusianya masih sibuk dengan game online daripada membaca buku, apalagi menulis buku, DeLiang sudah berpenghasilan dari buku yang ditulisnya. Bagaimana dengan anak-anak seusianya? Apakah mereka juga sudah menerbitkan -minimal satu- buku?

Ternyata, baru sedikit anak yang sudah menerbitkan bukunya sendiri. Jangankan menulis buku, membaca pun sangat jarang yang suka. Sebagian besar anak sekarang lebih suka bermain game online atau menjadi Youtuber daripada membaca buku dan menulis. Padahal membaca buku itu sangat banyak manfaatnya, seperti yang sudah dibuktikan oleh DeLiang.

Kemampuan menulis DeLiang berawal dari kegemarannya membaca banyak buku dan mengembangkan imajinasinya. Sejak kecil, orang tuanya sudah membiasakan budaya literasi di rumah mereka. Baca buku dan diskusi adalah menu sehari-hari mereka. Sehingga, kosakata DeLiang berkembang pesat, begitu pula daya imajinasinya. Itulah yang kelak menjadi modal untuk menulis buku.

Dari sini, jelas sekali bahwa kemampuan menulis seseorang sangat berkaitan erat dengan seberapa banyak buku yang dibacanya. Semakin banyak bacaan, maka akan semakin kaya kosakata yang dimilikinya, sehingga mudah untuk dituangkan ke dalam tulisan. Ditambah lagi dengan kebiasaan diskusi. Itu pun semakin memperkaya kosakata sekaligus mengasah daya pikir.

Menurut Ario Muhammad, ayah DeLiang, ada tiga skill paling fundamental yang harus diajarkan kepada anak, yaitu menulis, public speaking, dan negosiasi. Ketiga skill ini bisa dilatih mulai dari membaca. Mengapa? Dengan membaca banyak buku, secara tidak langsung, anak akan belajar dan mengasah kemampuannya dalam tiga keterampilan tersebut. Walaupun, tentu saja, harus ada yang memotivasi dan memfasilitasi. Siapa? Orang tua terutama, dan guru pada umumnya.

Alhamdulillaah, pada proses pembelajran saat ini, literasi sudah menjadi salah satu kegiatan utama di sekolah. Ada anjuran untuk membaca buku selama 15 menit setiap pagi, sebelum memulai pembelajaran. Hal ini menandakan bahwa pemerintah sudah memahami betapa pentingnya melek literasi. Bila semua sekolah menerapkan ini, tidak mustahil akan lahir DeLiang-DeLiang baru yang akan menyemarakkan jagat literasi Indonesia. Dan, ini akan berdampak pada kualitas pendidikan kita.

Lalu, bagaimana membaca bisa menjadi pemicu lahirnya skill menulis, public speaking, dan negosiasi? Mari kita cermati apa saja manfaat membaca. Menurut Siti Marliah dalam artikelnya yang berjudul “Manafaat Membaca Buku sebagai Jendela Ilmu dalam Kehidupan” yang diunggah di Gramedia Digital, manfaat membaca adalah sebagai berikut.

1.             Membaca dapat mencerahkan imajinasi sehingga menjadikan seseorang menjadi pribadi yang kreatif. Itulah yang terjadi pada DeLiang. Di usia yang masih belia, ia sudah menghasilkan karya yang begitu banyak. Kalau bukan karena seorang yang kreatif, maka akan sulit menuangkan gagasan dan ide-ide yang ada di kepala.

2.             Membaca dapat memberikan perspektif pada dunia sekitar sehingga orang yang suka membaca buku-buku bermutu, cara berpikir dan berbicaranya pun bermutu. Ia memilki ide-ide yang brilian, yang kadang-kadang di luar dugaan banyak orang. Pola pikirnya pun sistematis, tidak acak-acakan.

3.             Membaca dapat membangun kepercayaan diri. Karena banyak membaca buku, maka seseorang akan memiliki wawasan yang luas sehingga ia akan lebih percaya diri. Seperti seorang guru. Bayangkan bila seorang guru malas membaca. Tentu akan kesulitan menyampaikan ilmu kepada peserta didik. Karena sedikit wawasan dan ilmu yang dimilki, maka akan menimbulkan rasa minder dan tidak percaya diri. Berbeda dengan guru yang rajin membaca buku. Tentunya banyak wawasan yang ia miliki sehingga berangkat mengajar pun dengan rasa percaya diri yang tinggi. Rasa percaya diri ini juga menjadi modal utama seseorang untuk berbicara di depan umum atau public speaking.

4.             Membaca dapat membantu mental dan emosional seseorang tumbuh dengan baik. Membaca itu membijakkan pikir dan melembutkan rasa. Banyak membaca, akan membuat seseorang lebih dapat mengontrol emosi saat bicara, menata kata-kata yang akan ia ucapkan, berpikir dengan lebih bijaksana, dan bertutur kata dengan lembut dan penuh kesopanan. Orang yang jarang atau bahkan tidak pernah membaca buku, cara berkomunikasinya pun kurang tertata sehingga sulit dimengerti oleh orang lain. Manfaat ini menjadi modal dasar dalam bernegosiasi.

5.             Membaca dapat membantu meningkatkan kemampuan menulis. Hal ini sudah dibuktikan langsung oleh DeLiang. Dengan banyaknya buku yang ia baca, maka, mudah saja ia menuangkan apa yang ada dalam pikirannya menjadi sebuah buku yang bisa dinikmati oleh banyak orang, bahkan mendunia. Apakah orang yang tidak atau jarang membaca buku tidak bisa menulis? Bisa. Mereka juga bisa menulis. Namun, prosesnya mungkin tidak akan semudah seperti mereka yang memang terbiasa membaca buku. Bagi yang rajin membaca buku, ide menulis akan mudah mengalir, merangkai kata-kata pun akan terasa mudah karena sudah terbiasa membaca rangkaian kata-kata di buku-buku yang ia baca.

Begitu banyak manfaat membaca. Sayang sekali, masih banyak anak Indonesia yang belum menyukainya. Betapa majunya pendidikan di Indonesia bila generasi mudanya suka membaca dan menulis. Literasi akan maju dan Indonesia akan memiliki generasi yang cerdas dan kritis.

Oleh karena itu, perlu dukungan dari semua pihak, terutama orang tua dan guru. Orang tua harus membudayakan baca buku daripada “baca” handphone. Bagaimana caranya? Sediakan buku-buku bacaan di rumah. Bagaimana kalau anaknya tidak mau baca? Orang tua lah yang harus memulai membacakan buku untuk anaknya. Selain dapat meningkatkan minat baca pada anak, kegiatan ini juga dapat menguatkan bonding antara orang tua dan anak.

Guru pun harus membudayakan literasi, minimal dengan membiasakan baca buku selama 15 menit sebelum pembelajaran. Setelah membaca, bisa dilanjutkan dengan menceritakan Kembali apa yang telah dibaca. Bisa juga dengan menuliskannya agar anak-anak juga belajar menuangkan ide dalam bentuk tulisan. Semoga dengan demikian, anak-anak akan lebih suka membaca, yang kemudian diharapkan, mampu menulis dan berkarya juga seperti DeLiang.

 

 

No comments: