Bisnis yang Berkah
"Wah, murah banget!" Seru saya saat melihat iklan di grup menulis yang dibimbing oleh Bu Ida. Jejak Cinta Ananda #1. Iklan itu, ajakan untuk bergabung menjadi SLC SDI. Tanpa pikir panjang, saya pun langsung isi gform yang ditempel di _broadcast_ iklan tersebut. Waktu itu, saya berpikir, seandainya nanti tidak cocok dengan kegiatan tersebut, gampang, tinggal _leave_ grup saja.
Setelah mengisi gform tersebut, saya sebenarnya bertanya-tanya dan menunggu kelanjutannya. Kok, tidak ada yang mem- _follow up_, ya🤔. Tapi, karena saat itu sedang fokus dengan kelas menulis dan kelas-kelas lainnya (saat itu sedang pandemi, jadi banyak kelas _online_ yang saya ikuti), maka saya pun tak memikirkannya lagi.
Eh, tetiba Bu Ida japri saya. Wah, bahagia banget rasanya, dijapri sama guru. 😍. Beliau menawari hal yang sama, bergabung menjadi SLC. Lalu, saya ceritakanlah, bahwa saya sudah mengisi gform. Tapi, kata beliau, data saya belum masuk. Akhirnya, saya diminta mengisi ulang. Alhamdulillaah, setelah itu, perjalanan saya menjadi SLC lancar jaya.
Saat dimasukkan grup BPOL, saya hanya menyimak. Sebenarnya masih belum begitu paham. Tapi, saya seperti air mengalir saja. Simak dan cermati apa pun yang diinformasikan di grup.
Nah, akhirnya, masuklah saya ke grup Madrasah Keluarga yang merupakan bagian dari Proparent. Wah, anggotanya banyak sekali dan grupnya cukup ramai! Di sana ada info buku-buku SDI dengan harganya yang, menurut saya, sulit dijangkau.
Dalam hati, siapa yang mau beli buku itu? Saya harus menawarkan kepada siapa? Tambah lagi, sekarang sedang pandemi, orang pasti lebih memikirkan beli obat atau multivitamin daripada beli buku. Apalagi banyak yang mengalami PHK dan penurunan pendapatan. Susah, susah!
Eh, selain iklan buku, ternyata ada juga informasi tentang wakaf buku. Wah, rasanya ini lebih masuk di akal saya. Walaupun sedang sulit secara ekonomi, tapi kalau untuk bersedekah, pasti banyak yang mau. Alhamdulillaah, saya jadi makin semangat sebagai SLC. Jadilah saya pejuang wakaf buku hingga detik ini.
"Apa sih, enaknya jadi pejuang wakaf?"
Uenak banget😍
Gimana nggak enak? Jadi pejuang wakaf itu, berarti kita menjadi *konektor kebaikan* (pinjam istilah Pak Aris - Abco).
Ketika menjadi konektor kebaikan, ada kepuasan tersendiri saat melihat orang-orang bahagia dan senang. Siapa? Para waqif dan para santri serta asatidzah penerima buku.
Para waqif bahagia karena dengan berwakaf, mereka bisa mendapatkan pahala dan sekaligus hal-hal lain yang menjadi hajat mereka. Pernah seorang teman mengungkapkan bahagianya, dengan wasilah berwakaf, putranya diterima di salah satu PTN impiannya. MaasyaaAllah tabarakallah. Bagi para santri dan asatidzahnya, sangat bahagia dan senang, akhirnya bisa memiliki dan membaca buku-buku bergizi sekaligus belajar siroh.
Selain itu, dengan menjadi pejuang wakaf, kita pun punya kesempatan untuk berwakaf juga, walaupun sedikit. Dulu, dalam bayangan saya, berwakaf itu harus jutaan rupiah, minimal ratusan ribu. Tapi, ternyata dengan sepuluh ribu pun, kita bisa berwakaf. Ya, wakaf buku rombongan.
Alhamdulillaah, saya sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari Proparent. Banyak keuntungan dan kebaikan yang saya dapatkan, selain yang sudah saya ceritakan di atas.
Apa saja, keuntungan bergabung dengan Proparent?
Saya mendapatkan berbagai pelatihan tentang marketing, desain dan fotografi untuk pemula, leadership, juga parenting. Selain itu, tentu saja, cuan yang bisa mempertebal dompet kita tanpa mengutak-atik jatah belanja dari suami. MaasyaaAllah tabarakallah 😍. Benar-benar bisnis yang Berkah🤲🏻
No comments:
Post a Comment