"Saya tidak punya buku," ucap salah seorang siswa ketika saya memberikan tugas untuk membaca buku di rumah. Bukan buku pelajaran. Bisa buku cerita, buku sejarah atau siroh, ensiklopedia, atau lainnya. "Yang ada, cuma buku mama," lanjutnya.
"Kamu tidak pernah membeli buku? Buku cerita, misalnya? Atau komik?" tanya saya, penasaran.
"Tidak pernah, Bu. Kata mama, nggak boleh baca buku selain buku pelajaran," ujarnya polos.
Duh. Sedih rasanya, ada orang tua yang memiliki pemikiran sesempit itu. Memang, membaca buku pelajaran itu penting. Sangat penting, bahkan. Tapi, apakah cukup, anak hanya mendapatkan pengetahuan dan wawasan dari buku pelajaran, thok? Masih mending kalau mereka mau membaca semua isi buku pelajaran tersebut. Kalau tidak?
Jarang, kan, anak yang mau membaca keseluruhan isi buku pelajaran? Mengapa? Karena buku tersebut kurang menarik. Mungkin sampulnya yang kurang menarik, bisa juga isinya yang minim gambar visual. Atau, bahasanya yang terlalu teknis dan kaku. Atau, bisa juga malas membacanya karena di sekolah pun disuruh membaca buku tersebut. Di rumah, bertemu buku itu lagi, itu lagi.
Ternyata, kasus seperti itu, tidak hanya satu dua. Sehingga, tidak heran, bila minat baca anak-anak sangat rendah. Ya, karena tidak difasilitasi. Itu salah satu penyebabnya. Penyebab lainnya, karena orang tua memang tidak membiasakan anak untuk membaca. Saat ditanya, dengan entengnya mereka, terutama ibu-ibu menjawab, "Anaknya nggak suka baca!"
Bagaimana mau suka membaca, kalau buku tidak ada, orang tua juga tidak mencontohkan atau mengajari. Daripada repot, orang tua lebih suka memberikan gadget agar anaknya, anteng, tidak menggangu aktivitas orang tua.
Lalu, bagaimana solusinya?
Pertama, seharusnya orang tua menyediakan buku-buku selain buku pelajaran, tentunya. Buku-buku yang tidak hanya isinya yang sarat gizi, tetapi tampilannya pun menarik dan tidak mudah sobek. Memang ada, buku seperti itu? Pasti ada! Tengok saja buku-buku terbitan SDI (Sygma Daya Insani). Buku-bukunya dibuat dengan kualitas premium, kuat, aman untuk anak-anak, dan tidak mudah rusak.
Mengapa buku-buku SDI dibuat semenarik mungkin? Supaya anak-anak bisa teralihkan dari gadget. Anak-anak suka bermain gadget karena isinya menarik, penuh warna, sehingga tidak membosankan. Kalau buku tidak terlihat menarik, jangankan dibaca. Dilirik pun, tidak.
Selain itu, konten buku-buku SDI juga sangat bermutu; berisi siroh para nabi, Rasulullah, para sahabat, dan tentang keislaman, juga sains Qur'an. Sains yang disampaikan sesuai dengan apa yang telah dijelaskan dalam Al-Qur'an. InsyaaAllah, anak-anak, bahkan orang dewasa pun akan suka dan tidak bosan membacanya.
Kedua, anak akan suka membaca bila dibiasakan. Siapa yang harus membiasakan? Orang tua, tentunya. Orang tua berperan untuk mengajari anaknya membaca. Setelah itu, kebiasaan membaca bisa ditumbuhkan dimulai dari membacakan buku. Biasanya anak akan senang bila dibacakan. Saat membacakan buku, pilihlah buku yang benar-benar berisi pesan-pesan kebaikan. Buku tentang kisah para nabi dan rasul sangat baik untuk anak-anak.
Saat membacakan buku, kita tidak hanya menumbuhkan kebiasaan dan rasa senang membaca anak, tetapi juga banyak manfaat lainnya. Pertama, kegiatan ini bisa menguatkan bonding anak dengan orang tua. Kedua, bisa mengalihkan anak dari gadget. Ketiga, bisa menjadi sarana untuk menanamkan nilai-nilai kebaikan dan keteladanan. Oleh karena itu, orang tua harus memilih buku yang benar-benar cocok dan bermanfaat. Akan lebih baik yang berisi kisah.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَكُلًّا نَّقُصُّ عَلَيْكَ مِنْ اَنْۢبَآءِ الرُّسُلِ مَا نُثَبِّتُ بِهٖ فُؤَادَكَ ۚ وَجَآءَكَ فِيْ هٰذِهِ الْحَـقُّ وَمَوْعِظَةٌ وَّذِكْرٰى لِلْمُؤْمِنِيْنَ
"Dan semua kisah rasul-rasul, Kami ceritakan kepadamu (Muhammad), agar dengan kisah itu Kami teguhkan hatimu; dan di dalamnya telah diberikan kepadamu (segala) kebenaran, nasihat, dan peringatan bagi orang yang beriman."
(QS. Hud: Ayat 120)
Dari ayat tersebut, semakin jelas betapa pentingnya membacakan kisah keteladanan. Melalui kisah-kisah tersebut, kita dapat menanamkan kebenaran, nasihat, dan peringatan sehingga anak-anak kita memiliki karakter seperti tokoh-tokoh yang ada dalam kisah tersebut.
Jadi, ketika anak tidak suka membaca, jangan dibiarkan. Jangan malah diberi gadget. Tetapi, orang tua harus berikhtiar bagaimana caranya agar anak suka membaca.
Nah, dari tadi, kita membahas tentang bagaimana agar anak suka membaca dan menjauhi gadget. Memangnya apa sih, salah gadget, sampai harus dihindari?
Gadget itu ibarat pisau. Tergantung untuk apa digunakannya. Kalau digunakan untuk memotong sayur, buah, atau hewan ternak, maka pisau itu sangat bermanfaat. Tetapi kalau digunakan untuk menyakiti orang lain, maka pisau tersebut menjadi sangat berbahaya.
Begitu pun gadget. Kalau digunakan untuk belajar, memperlancar komunikasi dengan kerabat yang jauh, untuk berniaga, maka gadget menjadi barang yang sangat penting dan bermanfaat. Tetapi kalau hanya untuk mengakses hiburan yang sampai melalaikan kewajiban, hanya untuk bermain game, atau chatting yang tidak jelas, maka gadget bisa sangat berbahaya. Bahkan, gadget bisa menurunkan kecerdasan anak, kata Ibu Ely Risman, seorang pakar parenting.
Sedangkan buku? InsyaaAllah sangat banyak manfaatnya. Di awal sudah dibahas betapa banyaknya keuntungan dari membaca buku. Bisa menambah wawasan pengetahuan, bisa menjadikan pembaca lebih berkarakter seperti tokoh yang dibacanya, dan, insyaaAllah akan meningkatkan kecerdasan sang pembaca.
"Membaca itu, melancipkan pikir, melembutkan rasa, dan membijakkan sikap."
No comments:
Post a Comment