Sunday, July 28, 2024

Nostalgia

        Pemandangan di depan hotel, by Azmi


"Saat shalat, fokuslah dengan akhiratmu. Di luar shalat, fokuslah dengan pekerjaan duniamu."



Bismillah


Itulah salah satu nasihat Ustadz Hasan Ishak, Lc. saat acara ramah-tamah pada acara family gathering AHIS. Acara ini dilaksanakan selama dua hari, 27-28 Juli 2024. Hari Sabtu dan Ahad, di Hotel Putri Gunung, Lembang.



Seperti biasa, perjalanan ke kota berplat nomor D ini selalu macet. Kami berangkat dari Cikarang sekitar pukul 07.30, ternyata sampai tujuan pukul 13.00 lebih. Padahal perkiraan, pukul 11.00 seharusnya sudah sampai. Tapi, tak apa lah. Toh, kami juga tidak terlalu capai. Yang kasihan adalah pak sopir. Pasti pegal kakinya. Jalanan macet dan menanjak. 



Ingat Lembang, jadi ingat Setiabudi. Ya, kami berangkat melewati Jalan Setiabudi. Jalan yang lumayan memberikan kenangan manis bersama suami tercinta. 



24 tahun yang lalu, kami menghabiskan waktu sekitar 3-4 hari menginap di Hotel Setiabudi. Ceritanya, ini bulan madu kami, walaupun hanya beberapa hari. Tadinya, kami ingin ke Malang, tapi tidak jadi. Kenapa ya, waktu itu kok tidak jadi. Saya juga lupa. Alhasil, sampai sekarang masih penasaran, seperti apa Kota Batu, Malang itu. Semoga suatu saat bisa berkunjung ke sana men-tafakkur-i  ciptaan Allah di belahan bumi Jawa Timur.



Sudah 24 tahun yang lalu, tetapi suasana dan keadaan Jalan Setiabudi tidak berubah banyak. Kanan-kiri jalan masih banyak pohon, adem rasanya. Hanya saja, telepon umum yang waktu itu berdiri di pinggir jalan, yang kami gunakan untuk menelepon saudara dan sahabat sudah tidak ada. Mungkin sudah menjadi barang rongsokan. Sekarang sudah tidak zamannya menggunakan telepon umum karena hampir semua orang mempunyai gadget.



Ternyata, setelah 24 tahun, ingatan saya tentang apa saja yang kami lakukan waktu itu, sudah tidak tersimpan dengan baik di memori otak saya. Hanya beberapa saja yang masih teringat. Jalan-jalan ke Jalan Cihampelas beli setelan batik warna biru. Ke pabrik susu, minum yoghurt rasa stroberi. Tapi yoghurtnya segar, tidak seperti yang tadi pagi saya minum di hotel. Yang tadi terlalu kental, jadinya bikin eneg. Lalu ke Maribaya. Di dalam angkot, suami menyanyikan lagu favoritnya yang membuat saya jadi mabuk kepayang. Masa-masa pacaran memang "sesuatu" ya. Pacaran yang halal, ya. Pacaran setelah menikah.



Oiya, waktu itu kami juga jalan-jalan di malam hari, ke pasar apa, gitu. Lupa, saya. Ini mah, benar-benar jalan-jalan karena kami jalan kaki, bukan naik angkot atau taksi.



Ya, itulah kenangan indah di awal pernikahan. Kenangan manis yang tak kan terlupakan. Jazakallahu khairan katsira suamiku tercinta.



Nah, kemarin dan tadi pagi, saya seperti napak tilas kenangan itu, walaupun di tempat dan hotel yang berbeda. Apalagi, tadi kami sarapan bubur ayam yang mengambilnya sesuai selera kita. Jadi, kita meracik sendiri bubur ayam yang kita inginkan. Nah, 24 tahun yang lalu itu, saat mengambil bubur ayam hasil racikan sendiri itu, saya terlalu banyak menuangkan kecap asin. Saya berpikir itu kecap manis, ternyata asin. Alhasil, bubur tersebut jadi asin banget dan akhirnya tidak dimakan. Astaghfirullah, mubazir jadinya.



Tadi pagi, kejadian itu terulang lagi. Padahal sebelumnya, saya sudah berpesan ke Azmi, anak kedua kami, agar hati-hati saat meracik bubur, jangan sampai keasinan. "Tenang, Mi. Aku bisa kok, meracik sendiri," katanya dengan yakin. Eh, ternyata kejadian juga. Buburnya keasinan. Tuh kan, makanya tidak boleh sombong, ya.



Oya, kembali ke tausiyah Ustadz Hasan. Selain yang tertulis di awal tulisan ini, nasihatnya yang lain adalah jangan memikirkan pekerjaan atau urusan sekolah saat family gathering. Saat ini kita harus happy, jangan dibebani dengan pekerjaan. Lupakan dulu masalah sekolah dan juga bila ada masalah rumah tangga. Nikmati kebersamaan kita di family gathering itu. 



Sebaliknya, saat di sekolah, fokuslah dengan pekerjaan sekolah. Masalah rumah tangga jangan dibawa ke sekolah. Kita harus fokus dengan pekerjaan, jangan terbebani dengan masalah rumah. 


"Susah, Mi," kata seorang teman. Memang tidak mudah, tapi harus bisa kita lakukan. Kalau tidak, kita akan kurang konsentrasi dalam bekerja dan bisa salah dalam melakukan pekerjaan kita.


"Buang saja di pos satpam," saran saya. Iya, memang seperti itu yang dulu diajarkan Ibu Elly Risman dan Pak Hilman Madani (Allahu yarham). Alhamdulillah, walaupun tidak begitu persis seperti yang disarankan beliau-beliau itu, saya berusaha melupakan masalah rumah saat sudah berada di sekolah. Walaupun kadang-kadang ter-distract juga. Itu kalau ada sesuatu yang sangat gawat dan darurat, seperti saat mengetahui bahwa anak ketiga saya belum sampai di pondok. Seharusnya sudah sejak dua hari sebelumnya dia sampai. Hati ibu mana yang tidak bisa tidak kepikiran?


To be continued, InsyaaAllah 





No comments: