Buah hati adalah amanah Allah yang dititipkan-Nya kepada kita, orang tua. Amanah yang sangat menyenangkan. Siapa sih, pasangan pengantin yang tidak mendambakan kehadiran buah hati, permata yang menjadi perhiasan kehidupan? Hampir semua orang tua pasti merindukan kehadirannya. Bahkan saat penantian seperti tak ada ujungnya, segala ikhtiar dilakukan demi hadirnya sang buah hati.
Kelahirannya ditunggu dan dinanti dengan harap cemas dan persiapan yang luar biasa lengkap. Seolah menyambut kedatangan seorang raja yang telah lama meninggalkan negeri. Kini ia hadir dan disambut dengan luar biasa meriah.
Tangisnya menjadi suara paling merdu yang pernah ada di bumi. Kerepotan yang diciptakannya, membahagiakan kedua orang tua. Celotehnya dinanti sepanjang hari. Kerapian dan kebersihan rumah tak penting lagi bila sang buah hati sedang bereksplorasi. Semua indah di mata.
Amanah tak lagi terasa berat. Ringan dan menyenangkan. Karena ia adalah qurrota a'yun, penyejuk mata yang selalu dinanti dan dirindu. Tak ingin lepas dan menjauh darinya.
Qurrota a'yun menjadi cita setiap orang tua. Berbagai cara dilakukan dan dijalankan untuk mewujudkannya. Buah hati akan menjadi penyejuk mata bila ia sesuai dengan apa yang diharapkan oleh orang tua. Bagus Budi pekertinya, taat dan patuh kepada Allah dan orang tuanya, akhlak karimah selalu menghiasi hari-harinya.
Maka, pembentukannya berawal dari sang orang tua. Buah jatuh tak jauh dari pohonnya. Karakter seorang anak, tak jauh berbeda dengan orang tua. Oleh karena itu, orang tua harus memberikan teladan yang baik, tuntunan yang shahih, dan pengajaran yang mengacu pada kurikulum Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam.
Penyejuk mata, terlihat indah dari perilaku dan tutur kata, bukan dari nilai rapor yang sempurna. Karena setiap anak unik dan istimewa, jangan pernah membebankan ambisi diri kepadanya. Burung tak mungkin bisa berenang. Begitu pun katak tak mungkin terbang ke angkasa. Setiap anak memiliki potensi yang berbeda dengan yang lainnya.
Setelah segala ikhtiar dimaksimalkan, niat ikhlas karena Allah harus tetap dijaga. Keinginan untuk menjadikan anak sebagai tempat bergantung di usia senja kelak, adalah sesuatu yang terlarang dan tak pantas dilakukan.
Biarlah usaha kita mendidik dan memanusiakan mereka, menjadi ladang pahala di sisi Allah. Masalah nanti saat badan melemah siapa yang akan peduli, biarlah itu menjadi rahasia-Nya. Seorang hamba hanya berkewajiban untuk berusaha. Hasilnya merupakan hak prerogatif Allah yang tak bisa diutak-atik.
وَا لَّذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَـنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَّاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَا مًا
"Dan orang-orang yang berkata, Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa."
(QS. Al-Furqan: Ayat 74)
No comments:
Post a Comment