Sunday, July 19, 2020

Kenangan Indah


Bismillaah



"Umi pulang!" Sambut si bungsu sambil berlari menghampiriku.
" Yee ... Umi udah pulang!" Tak kalah kakaknya ikut menyambut dengan riang.

"Assalamualaikum ...," ucapku sambil mengelus dan mencium mereka.

"Wa'alaikumussalam," jawab mereka dengan kompak.

Baru saja meletakkan tas, Azmi datang langsung memelukku dan bertanya, "Umi kok, pulangnya lama?"

"Biasa Mbak, rapat dulu," ujarku balas memeluknya. Gadis kecilku yang satu ini memang kolokan. Tetapi dia juga sangat mandiri. Semua kebutuhan sekolahnya selalu disiapkan sendiri. Belajar dan mengerjakan PR pun sendiri. Yang penting ada aku di sampingnya, meski sudah terlelap, dia tetap semangat belajar. Sangat bertanggung jawab.


Lalu, kami pun duduk lesehan di lantai, membuat lingkaran. Sudah seperti kajian saja. Dan, mulailah anak-anak bercerita kegiatan mereka hari ini. Saling berebut bicara, ingin menjadi yang pertama dan menjadi pusat perhatian. 


"Umi tahu, nggak? Tadi Bu guru cerita, katanya, ada anak yang menderita di kubur karena sering menunda salat?" Tutur Azmi memulai ceritanya.

"Oya? Umi belum pernah denger," jawabku terus terang.

"Ih, pokoknya serem deh. Aku juga lupa tadi cerita sebenarnya kayak gimana. Pokoknya serem, deh!"

"Ih! Mbak Azmi mah, ceritanya nggak jelas!" Potong adiknya yang kecewa tidak bisa mendengarkan kelanjutan ceritanya. 

"Kalau aku tadi di sekolah main petak umpet Mi. Terus, kakiku berdarah," cerita Hakim dengan semangat. Anak ini memang paling tangguh dan paling bisa menahan rasa sakit. Pernah terkena pisau, dia hanya nyengir. Sama seperti kali ini. Cerita berdarah pun mengalir layaknya cerita biasa yang tak penting. Padahal ...


"Ha? Terus gimana? Sakit nggak? Mas Hakim nangis, nggak?" Tuh, uminya sudah khawatir banget. Anaknya mah, nyantai aja.


Begitulah keseruan anak-anak saat menceritakan kisah mereka. Saling bersahutan dan tak mau mengalah.


"Sssst ... Coba, bicaranya satu-satu. Satu orang berbicara, yang lain mendengarkan. Oke?"


"Oke, Mi!" Jawab mereka serentak seperti dikomandoi.

Itu dulu, saat kelima mutiaraku masih berkumpul di rumah. Kini, saat ketiga mutiara mulai mondok, momen itu jarang terjadi lagi. Kumpul bareng, melingkar lesehan di lantai. Seru!

Kini, kalau pun ada saat bercerita dan bercanda, hanya dengan dua anak. Tak seramai dulu. Meskipun anak bungsu tak pernah kehabisan bahan cerita. Seperti tak punya rasa lelah. 

Meski kebersamaan itu sudah jarang terjadi, semoga kami bisa selalu bersama hingga nanti di surga-Nya. Berkumpul dan bercengkerama di surga Allah ta'ala. Aamiin.

No comments: